Kembali ke Cafe

Alex melangkah masuk ke dalam kafe dengan santai, matanya langsung tertuju ke tempat duduk favoritnya di dekat panggung live music. Suasana hangat dan aroma kopi khas tempat ini langsung membuatnya merasa nyaman.

Sementara itu, Bella yang sedang memegang Hpnya nyaris terjatuh ketika melihat sosok Alex melangkah masuk. Jantungnya berdebar kencang, namun Alex tidak melihatnya karena posisinya terhalang oleh pot tanaman besar di sudut ruangan.

Alex terus berjalan hingga matanya menangkap sosok Edward di panggung, tengah sibuk menyetem gitarnya. Begitu menyadari kehadiran Alex, Edward langsung menyapanya dengan anggukan dan senyum lebar dari kejauhan.

"Bro! Akhirnya kamu nongol juga!" seru Edward sambil turun dari panggung.

Alex tersenyum kecil. "Iya, pagi tadi ayahku sudah bisa pulang. Gimana kamu baik-baik saja?"

"Aku selalu baik, apalagi kalau kamu akhirnya balik ke sini. Duduk dulu, aku pesenin kopi." Edward menepuk bahu Alex lalu melambaikan tangan ke pelayan.

Bella masih berdiri di sudut, menatap Alex dengan campuran perasaan bahagia sekaligus gugup. Setelah sekian hari tidak melihatnya, kini Alex ada di depan matanya lagi. Tapi... apakah Alex juga merindukannya?

Alex duduk santai di kursinya sambil menyeruput kopi yang baru saja diantarkan. Pandangannya beralih ke Edward yang kini duduk di depannya.

"Jadi, kapan kita ke studio musik?" tanya Alex sambil memainkan sendok kecil di tangannya.

Edward tersenyum tipis. "Aku sih kapan aja siap, tinggal kamu yang tentuin. Kayaknya kamu lagi sibuk banget belakangan ini."

Alex menghela napas. "Iya, Ayahku baru aja keluar dari rumah sakit. Aku juga mesti balik fokus ke kantor. Tapi aku butuh refreshing, main musik kayaknya bakal jadi pelarian yang pas."

Edward mengangguk. "Oke, kasih aku jadwal kamu yang kosong, nanti aku sesuaikan."

Sementara itu, Bella berdiri di dekat meja , diam-diam mencuri pandang ke arah Alex. Hari ini, pria itu terlihat lebih fresh dengan gaya kasualnya yang tetap berkelas. Yang selalu cocok di badannya. Cara Alex membawa diri selalu membuatnya terlihat berbeda di mata Bella.

Bella berusaha menenangkan debaran jantungnya. Setelah sekian lama tidak melihat Alex, kini pria itu kembali ke cafe, duduk di tempat favoritnya, berbicara santai dengan Edward seolah tidak ada yang berubah. Tapi bagi Bella, semuanya sudah berbeda karena sekarang, perasaannya pada Alex semakin dalam.

Obrolan Alex dan Edward masih berlanjut ketika tiba-tiba Alex mendapat ide, dia bersandar santai di kursinya lalu menatap Edward dengan ekspresi serius.

"Bro, kadang aku telpon kamu nggak diangkat, susah banget dihubungin," kata Alex dengan nada santai tapi penuh maksud.

Edward mengernyit. "Ya sorry lah, kadang aku lagi ngegym atau HP mati. Kenapa emang?"

Alex berpura-pura berpikir sebentar, lalu dengan wajah tanpa dosa dia berkata, "Ya kali aja aku bisa minta nomor Bella, biar kalau aku butuh sama kamu nggk susah dihubungin, aku bisa tanya dia."

Edward menatap Alex curiga. "Serius? Emang segitu pentingnya?"

"Ok, ini aku kirim."

Terdengar notifikasi dari Edward. Tapi Alex tidak membukanya langsung.

Setelah beberapa saat hanya memperhatikan dari jauh, Bella akhirnya tidak tahan lagi. Dengan langkah ragu tapi penuh tekad, dia berjalan mendekati meja Alex dan Edward.

"Hai, Kak Alex," sapa Bella dengan senyum malu-malu.

Alex, yang sedang berbicara dengan Edward, langsung menoleh. Matanya sedikit membesar, kaget sekaligus senang. Dia pikir Bella tidak ada malam ini. "Bella! Aku kira kamu nggak ada di sini."

Bella tersenyum kecil. "Aku ada, kok. Cuma tadi sibuk di belakang."

Dia lalu menarik kursi dan bergabung di meja mereka. Tatapan matanya lembut saat dia bertanya, "Gimana keadaan ayah kakak sekarang?"

Alex menghela napas lega. "Udah lebih baik, makanya aku bisa ke sini lagi. Hampir seminggu aku nggak nongkrong, kangen suasana sini juga."

Bella mengangguk, ikut merasa lega. Namun, kejutan lain datang ketika Alex tiba-tiba berkata, "Oh ya, tadi aku minta nomor kamu ke Edward. Biar kalau dia susah dihubungi, aku bisa kontak kamu."

Bella berusaha tetap tenang, tapi di dalam hatinya, ada bunga yang mekar. Meski alasannya bukan karena hal spesial, tetap saja Alex meminta nomor dia.

"Oh... iya, nggak masalah," jawab Bella, berusaha terdengar biasa saja.

Namun, pipinya sedikit merona. Dia senang. Sangat senang. Mungkin bagi Alex ini hanya hal kecil, tapi bagi Bella, ini awal dari sesuatu yang lebih besar

_____

Grace memang pintar. Teman-temannya benar-benar datang sesuai rencana. Begitu memasuki cafe, mata mereka langsung sibuk mencari target utama yaitu ALEX.

"Mana, mana dia?" bisik salah satu dari mereka, matanya menyapu ruangan.

Tidak butuh waktu lama sebelum mereka menemukannya. Sosok yang paling berkilau di antara semua tamu, duduk santai dengan senyum khasnya, tampak lebih fresh dari terakhir kali mereka bertemu.

"Gila... dia makin ganteng aja, ya," gumam salah satu teman Grace, nyaris terpesona.

Yang lain mengangguk setuju. Sudah lama mereka tidak melihat Alex secara langsung, dan sekarang, melihatnya dengan lebih santai, lebih stylish...jelas pesonanya sulit diabaikan.

"Ayo, kita cari meja deket dia," kata yang lain dengan semangat.

Dengan sedikit usaha dan keberuntungan, mereka berhasil mendapatkan meja tidak jauh dari Alex. Sekarang tinggal misi utama mereka, mengawasi gerak-gerik Alex, terutama soal siapa yang sedang bersamanya malam ini.

_____

Kini saatnya Edward naik ke panggung, memegang gitarnya, dan mulai menghangatkan suasana dengan intro lagu yang langsung mendapat sorakan kecil dari para pengunjung cafe.

Sementara itu, di meja mereka, Bella merasakan kegugupan yang aneh. Sejak tadi dia berniat kembali ke belakang , tapi saat dia hendak beranjak, tiba-tiba Alex menahan tangannya.

"Jangan dulu," kata Alex pelan, namun cukup jelas di telinga Bella.

Bella membeku sejenak. Matanya menatap Alex, mencari alasan di balik sikapnya itu.

"Aku belum sempat ngobrol banyak sama kamu," lanjut Alex, masih memegang tangan Bella dengan santai.

Bella kaget, tapi sekaligus merasa ada kupu-kupu beterbangan di hatinya. Tangannya yang kecil terasa hangat dalam genggaman Alex.

Dari meja seberang, Sarah dan Sandra saling pandang dengan mata membelalak.

"Lo liat kan? Gue nggak halu kan?" bisik Sarah, masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Sandra menelan ludah. "Gila... Alex pegang tangan Cewek itu."

Mereka langsung sigap, Sandra mengambil ponselnya dan tanpa ragu melakukan video call dengan Grace.

Saat panggilan tersambung, Grace yang sedang bersantai di rumah langsung menyipitkan mata. "Gimana ada perkembangan? Ada apa?"

"Lo harus liat ini," bisik Sandra dramatis, lalu membalikkan kamera ke arah meja Alex dan Bella.

Grace awalnya tidak paham. Tapi begitu matanya menangkap tangan Alex yang masih menggenggam tangan Bella, darahnya langsung mendidih.

"APAAN TUH?! Alex PEGANG TANGAN DIA?!?" suara Grace melengking penuh emosi.

Sarah menahan tawa, berusaha tidak menarik perhatian, sementara Sandra mendekatkan ponsel ke arah meja Alex, agar Grace bisa melihat lebih jelas.

"Lo liat sendiri kan? Dia mesra banget! Kayak nggak ada beban!" bisik Sandra, sengaja menyulut emosi Grace.

Grace langsung bangkit dari sofa, tangannya mencengkeram ponsel erat. "Kurang ajar! Bella cewek nggak tau diri! Dia pikir dia siapa, hah? Gue tunjukin ke dia siapa yang berkuasa di sini!"

Matanya berkobar penuh kemarahan. Jika Bella berpikir bisa merebut Alex darinya, maka dia jelas salah besar.

Episodes
1 Visual
2 Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3 Menulis Diary
4 Pertemuan di Rumah Sakit
5 Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6 Pria Tanpa Cinta
7 Kepulangan Grace
8 Pengakuan yang Tak Terduga
9 Curhatan Grace
10 Cinta Diam-Diam
11 Rasa yang Mulai Berkembang
12 Pertemuan dengan Teman
13 Perjodohan yang Dipertanyakan
14 Ketakutan yang Menyesakkan
15 Drama tanpa Cinta
16 Di Antara Prioritas dan Janji
17 Malam yang Panjang dirumah Sakit
18 Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19 Akhirnya Bisa Bernapas
20 Kembali ke Cafe
21 Bara Dalam Cemburu
22 Rencana Licik Grace
23 Investasi atau alasan tersembunyi
24 Perhatian Lebih
25 Cari Informasi
26 Pengakuan
27 Mengenalkan Laura
28 Rencana Ulang Tahun Alex
29 Ulang Tahun Alex
30 Syair yang Indah
31 Mengambil Keputusan
32 Meragukan Perjodohan
33 Makin Mencintaimu
34 Pertemuan di Mini Market
35 Pengakuan
36 Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37 Bernyanyi bersama
38 Pesan yang Mengusik hati
39 Rencana sepihak
40 Penculikan Bella
41 Surat Perjanjian
42 Tempat di hati
43 Jangan Berharap Cinta Dariku
44 Merasa Diatas Angin
45 Mengincar Alex
46 Gelaran Busana Ny Victoria
47 Perbincangan di Mobil
48 Kecurigaan Edward
49 Menceritakan Semuanya
50 Pertemuan di Restoran
51 Hampa
52 Pengakuan
53 Momen Makan Siang
54 Aku Cinta Padamu
55 Undangan ke Cafe
56 Diary Bella
57 Kedatangan George
58 Permainan yang Lebih Besar
59 Mengetahui Kebenaran
60 Kemarahan George
61 Penuh dengan Pertanyaan
62 Persahabatan dan Musik
63 Undangan Pernikahan
64 Kegundahan
65 Sindiran yang Mengancam
66 Hari Pernikahan
67 Kekecewaan Malam Pertama
68 Kekacauan Pagi Hari
69 Berhadapan Dengan Kenyataan
70 Pulang ke rumah
71 Masalah Perusahaan
72 Perasaan Bersalah
73 Kesiangan
74 Perilaku yang Aneh
75 Sedikit Pertengkaran
76 Bertemu Laura di Bank
77 Rencana berkonsultasi
78 Konsultasi di Cafe
79 Semakin Tertarik
80 Grace Kembali
81 Belum Ada Penyelesaian
82 Kata-Kata Bijak
83 Perasaan Kesal
84 Bertengkar Lagi
85 Memcari Tahu yang Sebenarnya
86 Tidak Boleh Ada Perceraian
87 Menuruti Keinginan Grace
88 Kepuasan yang Semu
89 Jejak Dari Italia
90 Penolakan
91 Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92 Amarah yang Memuncak
93 Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94 Luka yang Tak Terlihat
95 Kehancuran Hati
96 Pecahnya Benteng Pertahanan
97 DEAR READERS
98 Sekarang Aku Mengerti
99 Meninggalkan Sepotong Hati
100 Ancaman untuk Bella
101 Mencoba Memperbaiki Hubungan
102 Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103 Dendam yang Membakar
104 Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Visual
2
Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3
Menulis Diary
4
Pertemuan di Rumah Sakit
5
Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6
Pria Tanpa Cinta
7
Kepulangan Grace
8
Pengakuan yang Tak Terduga
9
Curhatan Grace
10
Cinta Diam-Diam
11
Rasa yang Mulai Berkembang
12
Pertemuan dengan Teman
13
Perjodohan yang Dipertanyakan
14
Ketakutan yang Menyesakkan
15
Drama tanpa Cinta
16
Di Antara Prioritas dan Janji
17
Malam yang Panjang dirumah Sakit
18
Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19
Akhirnya Bisa Bernapas
20
Kembali ke Cafe
21
Bara Dalam Cemburu
22
Rencana Licik Grace
23
Investasi atau alasan tersembunyi
24
Perhatian Lebih
25
Cari Informasi
26
Pengakuan
27
Mengenalkan Laura
28
Rencana Ulang Tahun Alex
29
Ulang Tahun Alex
30
Syair yang Indah
31
Mengambil Keputusan
32
Meragukan Perjodohan
33
Makin Mencintaimu
34
Pertemuan di Mini Market
35
Pengakuan
36
Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37
Bernyanyi bersama
38
Pesan yang Mengusik hati
39
Rencana sepihak
40
Penculikan Bella
41
Surat Perjanjian
42
Tempat di hati
43
Jangan Berharap Cinta Dariku
44
Merasa Diatas Angin
45
Mengincar Alex
46
Gelaran Busana Ny Victoria
47
Perbincangan di Mobil
48
Kecurigaan Edward
49
Menceritakan Semuanya
50
Pertemuan di Restoran
51
Hampa
52
Pengakuan
53
Momen Makan Siang
54
Aku Cinta Padamu
55
Undangan ke Cafe
56
Diary Bella
57
Kedatangan George
58
Permainan yang Lebih Besar
59
Mengetahui Kebenaran
60
Kemarahan George
61
Penuh dengan Pertanyaan
62
Persahabatan dan Musik
63
Undangan Pernikahan
64
Kegundahan
65
Sindiran yang Mengancam
66
Hari Pernikahan
67
Kekecewaan Malam Pertama
68
Kekacauan Pagi Hari
69
Berhadapan Dengan Kenyataan
70
Pulang ke rumah
71
Masalah Perusahaan
72
Perasaan Bersalah
73
Kesiangan
74
Perilaku yang Aneh
75
Sedikit Pertengkaran
76
Bertemu Laura di Bank
77
Rencana berkonsultasi
78
Konsultasi di Cafe
79
Semakin Tertarik
80
Grace Kembali
81
Belum Ada Penyelesaian
82
Kata-Kata Bijak
83
Perasaan Kesal
84
Bertengkar Lagi
85
Memcari Tahu yang Sebenarnya
86
Tidak Boleh Ada Perceraian
87
Menuruti Keinginan Grace
88
Kepuasan yang Semu
89
Jejak Dari Italia
90
Penolakan
91
Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92
Amarah yang Memuncak
93
Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94
Luka yang Tak Terlihat
95
Kehancuran Hati
96
Pecahnya Benteng Pertahanan
97
DEAR READERS
98
Sekarang Aku Mengerti
99
Meninggalkan Sepotong Hati
100
Ancaman untuk Bella
101
Mencoba Memperbaiki Hubungan
102
Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103
Dendam yang Membakar
104
Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!