Akhirnya Bisa Bernapas

Setelah hampir seminggu penuh bolak-balik rumah sakit, akhirnya hari ini ayah Alex bisa pulang. Semua sudah disiapkan dengan baik, mobil jemputan, kamar yang sudah ditata ulang, serta perawat pribadi yang akan mengawasi kesehatan sang ayah di rumah.

Di dalam mobil, Mommy Alex terus memastikan semuanya dalam kondisi aman. "Kamu udah pastiin oksigen portablenya ada di rumah, kan?"

"Udah, Mom," jawab Alex, tangannya tetap fokus di setir.

"Dan obat-obatannya juga nggak ada yang kelupaan?"

Alex menghela napas pelan. "Semuanya udah lengkap, tenang aja."

Di jok belakang, Daddy hanya tersenyum kecil. "Udah, udah, jangan terlalu panik. Aku baik-baik aja."

Mommy menghela napas, lalu menatap Alex. "Kamu hebat, Lex. Selama ini kamu yang paling sibuk ngurus semuanya."

Alex hanya tersenyum tipis, dia merasa beban yang selama ini menekan dadanya mulai sedikit terangkat.

Begitu sampai di rumah, beberapa asisten rumah tangga langsung membantu membawa Daddy masuk ke kamarnya. Mommy masih sibuk memastikan semua berjalan lancar, sementara Alex berdiri di tengah ruang tamu, melihat sekeliling.

Untuk pertama kalinya dalam seminggu terakhir, dia merasa bisa benar-benar bernapas lega.

Akhirnya, nggak ada lagi jadwal bolak-balik rumah sakit, nggak ada lagi tidur seadanya di sofa ruang tunggu, dan yang paling penting...akhirnya dia bisa menikmati waktunya sendiri lagi, tanpa ada Grace yang terus-terusan menempel.

Alex menjatuhkan dirinya ke sofa, menutup mata sebentar, menikmati momen kebebasan ini.

Tapi belum sampai lima menit, HPnya bergetar.

Sebuah pesan masuk. Dari Grace.

"Kamu lagi apa?"

Alex menatap layar itu sebentar, lalu tanpa berpikir panjang, dia melempar HPnya ke meja dan merebahkan kepalanya ke sandaran sofa.

Hari ini, dia cuma mau menikmati kedamaian. Tanpa gangguan.

_____

Grace duduk di sofa kamarnya, menatap layar HP dengan kesal. Sejak tadi ia sudah beberapa kali mengirim pesan ke Alex, tapi tidak ada satu pun yang dibalas.

"Habis nganterin ayahnya pulang kok langsung ghosting sih?" gumamnya sambil menggigit bibir.

Ia mencoba menelepon, tapi hanya terdengar nada sambung tanpa jawaban.

"Hhh... Alex, kamu jangan bikin aku cemas begini."

Pikiran buruk mulai memenuhi kepalanya. Jangan-jangan setelah ayahnya pulang, Alex makin menjaga jarak darinya? Apa ini pertanda kalau dia bakal makin sulit bertemu dengan Alex?

Tidak, itu tidak boleh terjadi!

Grace buru-buru bangkit dari sofa dan berjalan mondar-mandir di kamarnya. Dia harus mencari cara supaya Alex tetap dalam genggamannya.

Di saat yang sama, di lantai bawah, ayahnya baru saja selesai membaca laporan bisnis yang terasa sedikit... mengecewakan.

"Grace!" panggilnya dengan nada tegas.

Grace menghela napas panjang sebelum akhirnya turun ke ruang kerja ayahnya.

"Ada apa, Pa?" tanyanya, berusaha terdengar manja.

Ayahnya menatapnya tajam. "Bisnismu belakangan ini agak terabaikan. Aku lihat performa butikmu menurun, klien-klienmu mulai berkurang, dan kamu lebih sering menghilang. Kamu pikir perusahaan bisa jalan sendiri tanpa perhatian dari pemiliknya?"

Grace melipat tangannya, lalu bersandar di meja kerja ayahnya. "Relax, Pa. Aku cuma lagi sibuk dengan urusan lain."

"Urusan lain yang lebih penting dari bisnismu sendiri?"

Grace tersenyum percaya diri. "Nanti juga kalau aku menikah dengan Alex, aku nggak perlu repot ngurusin bisnis lagi. Alex yang bakal menafkahiku, kan?"

Ayahnya menghela napas panjang sambil menggeleng. "Jangan bodoh, Grace. Hanya karena dia anak pengusaha sukses, bukan berarti kamu bisa bergantung sepenuhnya padanya. Kamu harus tetap mandiri."

"Tapi, Pa..."

"Sudah. Aku mau kamu lebih fokus ke pekerjaanmu. Jangan mengandalkan orang lain untuk masa depanmu."

Grace menggigit bibirnya. Ayahnya jelas tidak mendukung idenya. Tapi dalam hatinya, ia tetap yakin bahwa Alex adalah jalannya menuju kehidupan yang lebih mudah.

Dia hanya butuh satu hal: memastikan Alex tidak lepas dari genggamannya.

_____

Sore itu, setelah sekian lama tidak menginjakkan kaki di cafe, Alex akhirnya punya waktu untuk kembali. Dan yang lebih membuatnya bersemangat bukan hanya suasana cafe atau musik livenya, tapi seseorang yang diam-diam membuat harinya terasa lebih berwarna—Bella.

Selesai mandi, Alex berdiri di depan lemari pakaian, memilih outfit yang pas. Kali ini, dia tidak mengenakan setelan formal seperti biasanya. Sebagai gantinya, ia memilih gaya yang lebih santai, tapi tetap keren. Jeans slim fit, kaus hitam polos, dan jaket kulit ringan yang selalu membuatnya terlihat lebih muda dari usianya. Sepatu sneakers favoritnya melengkapi penampilannya.

Ia tersenyum puas melihat bayangannya di cermin. "Oke, ini cukup cool."

Begitu keluar dari kamar, ibunya yang duduk di ruang tamu langsung menatapnya dengan curiga.

"Mau ke mana kamu, Alex? Kok kelihatan niat banget gayanya?" tanyanya dengan alis terangkat.

Alex hanya tersenyum santai sambil meraih kunci mobil. "Ke cafenya Edward, Mom. Udah lama nggak nongkrong di sana."

Ibunya mendengus kecil. "Hmm... ke cafe, atau ada seseorang yang mau kamu temui di sana?"

Alex tertawa kecil, tapi tidak menjawab. Dengan cepat, ia pamit dan langsung menuju mobilnya.

Selama perjalanan, jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Ini aneh. Biasanya, ia tidak pernah merasa seperti ini hanya karena ingin pergi ke suatu tempat. Tapi kali ini, rasanya ada sesuatu yang berbeda.

Apakah karena Edward? Tidak.

Ataukah karena Bella?

Senyumnya mengembang tanpa sadar. Ya, pasti karena Bella.

_____

Grace duduk di kamarnya, gelisah. Alex makin susah dihubungi. Sejak ayahnya pulang dari rumah sakit, bukannya makin dekat, Alex justru semakin jauh.

Dengan sedikit ragu, ia menelepon ibunya Alex, berpura-pura sekadar menanyakan kabar. Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya ia langsung ke intinya.

"Mommy, Alex lagi di mana ya? Dari tadi aku hubungi nggak dibalas."

Ibunya Alex menjawab dengan santai, "Oh, tadi dia bilang mau ke cafe temannya itu, Edward. Katanya udah lama nggak ke sana."

Jantung Grace berdegup lebih cepat. "Ke cafenya Edward? Jangan-jangan... dia mau ketemu cewek itu?"

Tanpa pikir panjang, ia langsung membuka grup WhatsApp teman-temannya dan mengetik cepat.

Grace: "Girls, Gue butuh bantuan."

Tak butuh waktu lama, grup pun ramai dengan balasan.

Nicol: "Kenapa? Masalah Alex?"

Sarah: "Jangan bilang ini soal cewek itu?"

Grace: "Iya. Kayaknya dia ke cafe temennya Edward, dan gue yakin dia bakal ketemu cewek itu lagi."

Sarah: "Bella? Lo serius?"

Sandra: "Wah, ini nggak bisa dibiarkan. Jadi kita harus ngapain?"

Grace: "Gue butuh kalian buat ke sana sekarang. Cek keadaan, lihat apa yang terjadi."

Sarah,: "Oke, Gue dan Sandra berangkat sekarang. Sekalian cari kopi enak."

Karin: "Gue nggak bisa ikut, tapi kasih update terus ya. Gue penasaran banget."

Grace tersenyum puas. "Kita lihat, apa yang sebenarnya terjadi malam ini."

Episodes
1 Visual
2 Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3 Menulis Diary
4 Pertemuan di Rumah Sakit
5 Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6 Pria Tanpa Cinta
7 Kepulangan Grace
8 Pengakuan yang Tak Terduga
9 Curhatan Grace
10 Cinta Diam-Diam
11 Rasa yang Mulai Berkembang
12 Pertemuan dengan Teman
13 Perjodohan yang Dipertanyakan
14 Ketakutan yang Menyesakkan
15 Drama tanpa Cinta
16 Di Antara Prioritas dan Janji
17 Malam yang Panjang dirumah Sakit
18 Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19 Akhirnya Bisa Bernapas
20 Kembali ke Cafe
21 Bara Dalam Cemburu
22 Rencana Licik Grace
23 Investasi atau alasan tersembunyi
24 Perhatian Lebih
25 Cari Informasi
26 Pengakuan
27 Mengenalkan Laura
28 Rencana Ulang Tahun Alex
29 Ulang Tahun Alex
30 Syair yang Indah
31 Mengambil Keputusan
32 Meragukan Perjodohan
33 Makin Mencintaimu
34 Pertemuan di Mini Market
35 Pengakuan
36 Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37 Bernyanyi bersama
38 Pesan yang Mengusik hati
39 Rencana sepihak
40 Penculikan Bella
41 Surat Perjanjian
42 Tempat di hati
43 Jangan Berharap Cinta Dariku
44 Merasa Diatas Angin
45 Mengincar Alex
46 Gelaran Busana Ny Victoria
47 Perbincangan di Mobil
48 Kecurigaan Edward
49 Menceritakan Semuanya
50 Pertemuan di Restoran
51 Hampa
52 Pengakuan
53 Momen Makan Siang
54 Aku Cinta Padamu
55 Undangan ke Cafe
56 Diary Bella
57 Kedatangan George
58 Permainan yang Lebih Besar
59 Mengetahui Kebenaran
60 Kemarahan George
61 Penuh dengan Pertanyaan
62 Persahabatan dan Musik
63 Undangan Pernikahan
64 Kegundahan
65 Sindiran yang Mengancam
66 Hari Pernikahan
67 Kekecewaan Malam Pertama
68 Kekacauan Pagi Hari
69 Berhadapan Dengan Kenyataan
70 Pulang ke rumah
71 Masalah Perusahaan
72 Perasaan Bersalah
73 Kesiangan
74 Perilaku yang Aneh
75 Sedikit Pertengkaran
76 Bertemu Laura di Bank
77 Rencana berkonsultasi
78 Konsultasi di Cafe
79 Semakin Tertarik
80 Grace Kembali
81 Belum Ada Penyelesaian
82 Kata-Kata Bijak
83 Perasaan Kesal
84 Bertengkar Lagi
85 Memcari Tahu yang Sebenarnya
86 Tidak Boleh Ada Perceraian
87 Menuruti Keinginan Grace
88 Kepuasan yang Semu
89 Jejak Dari Italia
90 Penolakan
91 Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92 Amarah yang Memuncak
93 Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94 Luka yang Tak Terlihat
95 Kehancuran Hati
96 Pecahnya Benteng Pertahanan
97 DEAR READERS
98 Sekarang Aku Mengerti
99 Meninggalkan Sepotong Hati
100 Ancaman untuk Bella
101 Mencoba Memperbaiki Hubungan
102 Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103 Dendam yang Membakar
104 Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Visual
2
Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3
Menulis Diary
4
Pertemuan di Rumah Sakit
5
Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6
Pria Tanpa Cinta
7
Kepulangan Grace
8
Pengakuan yang Tak Terduga
9
Curhatan Grace
10
Cinta Diam-Diam
11
Rasa yang Mulai Berkembang
12
Pertemuan dengan Teman
13
Perjodohan yang Dipertanyakan
14
Ketakutan yang Menyesakkan
15
Drama tanpa Cinta
16
Di Antara Prioritas dan Janji
17
Malam yang Panjang dirumah Sakit
18
Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19
Akhirnya Bisa Bernapas
20
Kembali ke Cafe
21
Bara Dalam Cemburu
22
Rencana Licik Grace
23
Investasi atau alasan tersembunyi
24
Perhatian Lebih
25
Cari Informasi
26
Pengakuan
27
Mengenalkan Laura
28
Rencana Ulang Tahun Alex
29
Ulang Tahun Alex
30
Syair yang Indah
31
Mengambil Keputusan
32
Meragukan Perjodohan
33
Makin Mencintaimu
34
Pertemuan di Mini Market
35
Pengakuan
36
Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37
Bernyanyi bersama
38
Pesan yang Mengusik hati
39
Rencana sepihak
40
Penculikan Bella
41
Surat Perjanjian
42
Tempat di hati
43
Jangan Berharap Cinta Dariku
44
Merasa Diatas Angin
45
Mengincar Alex
46
Gelaran Busana Ny Victoria
47
Perbincangan di Mobil
48
Kecurigaan Edward
49
Menceritakan Semuanya
50
Pertemuan di Restoran
51
Hampa
52
Pengakuan
53
Momen Makan Siang
54
Aku Cinta Padamu
55
Undangan ke Cafe
56
Diary Bella
57
Kedatangan George
58
Permainan yang Lebih Besar
59
Mengetahui Kebenaran
60
Kemarahan George
61
Penuh dengan Pertanyaan
62
Persahabatan dan Musik
63
Undangan Pernikahan
64
Kegundahan
65
Sindiran yang Mengancam
66
Hari Pernikahan
67
Kekecewaan Malam Pertama
68
Kekacauan Pagi Hari
69
Berhadapan Dengan Kenyataan
70
Pulang ke rumah
71
Masalah Perusahaan
72
Perasaan Bersalah
73
Kesiangan
74
Perilaku yang Aneh
75
Sedikit Pertengkaran
76
Bertemu Laura di Bank
77
Rencana berkonsultasi
78
Konsultasi di Cafe
79
Semakin Tertarik
80
Grace Kembali
81
Belum Ada Penyelesaian
82
Kata-Kata Bijak
83
Perasaan Kesal
84
Bertengkar Lagi
85
Memcari Tahu yang Sebenarnya
86
Tidak Boleh Ada Perceraian
87
Menuruti Keinginan Grace
88
Kepuasan yang Semu
89
Jejak Dari Italia
90
Penolakan
91
Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92
Amarah yang Memuncak
93
Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94
Luka yang Tak Terlihat
95
Kehancuran Hati
96
Pecahnya Benteng Pertahanan
97
DEAR READERS
98
Sekarang Aku Mengerti
99
Meninggalkan Sepotong Hati
100
Ancaman untuk Bella
101
Mencoba Memperbaiki Hubungan
102
Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103
Dendam yang Membakar
104
Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!