Di Antara Prioritas dan Janji

Setelah mengantar Grace, Alex segera kembali ke rumah. Langkahnya terasa berat, tubuhnya mulai merasakan efek dari kelelahan yang menumpuk. Begitu memasuki rumah, ia langsung menuju kamar mandi, membiarkan air hangat mengalir deras di atas kepalanya, berharap bisa menyegarkan pikirannya yang penuh tekanan.

Selesai mandi, ia mengenakan kemeja putih dan celana bahan gelap, lalu berjalan keluar kamar sambil mengancingkan bajunya. Di luar, Mommy sudah bersiap kembali ke rumah sakit. Saat melihat Alex keluar, ia menatap putranya dengan penuh perhatian.

“Mom, aku harus ke kantor dulu. Tolong gantikan aku menjaga Daddy.”

Mommy mengangguk dengan lembut. “Tentu saja, Sayang. Daddy pasti senang kalau tahu kamu tetap menjalankan tanggung jawabmu.”

“Kalau ada apa-apa, kabari aku secepatnya,” ujar Alex sebelum mencium pipi ibunya dan melangkah keluar rumah.

Sesampainya di kantor, Alex langsung disambut oleh William yang sudah menunggunya dengan beberapa berkas di tangan.

“Bos, kita sudah siap untuk rapat dengan klien eksport-import. Semua dokumen sudah lengkap,” lapor William.

“Baik, kita langsung ke ruang rapat,” kata Alex, berjalan dengan langkah panjang, mencoba mengalihkan pikirannya dari kekhawatiran tentang ayahnya.

Di ruang rapat, pertemuan berjalan cukup intens. Klien dari luar negeri membahas beberapa kendala yang mereka hadapi terkait pengiriman, sementara Alex berusaha tetap profesional meski pikirannya masih terbagi.

William beberapa kali mencuri pandang ke arah Alex, menyadari bahwa bosnya itu tampak sedikit lebih lelah dari biasanya. Namun, ia tidak berani bertanya banyak saat Alex masih bisa menangani rapat dengan baik.

Satu jam berlalu, dan akhirnya rapat selesai. Setelah menutup dokumen di depannya, Alex menyandarkan tubuhnya di kursi. Ia meraih ponselnya, lalu tiba-tiba teringat janjinya sore ini untuk melihat studio musik bersama Edward.

Alex segera menghubungi Edward.

“Ed, maaf. Aku belum bisa ke sana hari ini. Ayahku dirawat.”

Di seberang telepon, Edward yang sedang duduk santai di cafe mengubah ekspresinya menjadi serius.

“Oh, dirawat?? Kenapa? Nanti aku sempatkan membesuk ayahmu. Bro, enggak masalah urusan itu. Ayahmu yang paling penting sekarang. Kapan pun kamu siap, kita bisa atur lagi.”

Alex menghela napas lega. “Terima kasih, Ed. Aku benar-benar menghargai pengertiannya.”

“Gak usah dipikirin, Bro. Jaga ayahmu dulu. Nanti kalau sudah ada waktu, kita bisa atur lagi,” balas Edward dengan suara tulus.

Alex tersenyum tipis. Dalam hidupnya yang penuh tekanan sebagai pewaris perusahaan, jarang sekali ia menemukan orang seperti Edward, orang yang tidak menuntut atau memaksanya.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar lagi, kali ini dari Mommy.

Jantung Alex berdegup lebih cepat. Tanpa ragu, ia langsung mengangkatnya.

“Mom?”

“Alex, Daddy sudah dipindahkan ke kamar biasa. Dokter bilang kondisinya membaik,” suara Mommy terdengar sedikit lebih tenang.

Alex menutup matanya sejenak, merasa beban di dadanya sedikit berkurang. “Syukurlah, Mom. Aku akan segera ke sana.”

Setelah menutup telepon, ia bersandar di kursinya, menatap langit-langit kantor dengan tatapan kosong. Ia masih lelah,tapi setidaknya ada sedikit kelegaan di hatinya.

Ia segera bangkit, mengenakan jasnya, dan berjalan keluar ruangan.

William yang baru saja masuk terkejut melihat Alex bersiap pergi. “Bos, ada meeting lain setelah makan siang. Apa saya harus menjadwal ulang?”

Alex menggeleng. “Aku akan kembali sebelum itu. Sekarang aku harus ke rumah sakit.”

William mengangguk mengerti. “Baik, Bos. Hati-hati di jalan.”

Alex tidak menjawab, hanya melangkah cepat menuju mobilnya, dan bersiap melajukan kendaraan.

_____

Setelah seharian berjuang dengan pekerjaan di kantor, Alex kembali ke rumah sakit tanpa sempat berganti pakaian. Kemejanya masih sama seperti pagi tadi, sedikit kusut dengan sisa aroma parfum yang bercampur dengan kelelahan. Setibanya di ruangan VVIP tempat ayahnya dirawat, Mommy yang setia mendampingi suaminya langsung menoleh ke arah putranya.

“Alex, kamu pasti lelah. Pulanglah dulu, mandi dan istirahat sebentar. Mommy bisa menjaga Daddy.”

Namun, Alex menggeleng tegas. “Aku tidak akan kemana-mana, Mom. Aku di sini untuk menggantikan Mommy.”

Mommy hanya bisa menghela napas, memahami keras kepala putranya. “Baiklah, tapi setidaknya makan sesuatu dulu.”

Alex hanya tersenyum tipis, lalu berjalan mendekati tempat tidur ayahnya. Sang ayah tampak lebih baik, meski masih lemah. Matanya terbuka perlahan dan menatap Alex dengan bangga.

“Kau tetap di sini?” suara ayahnya serak.

Alex mengangguk. “Tentu saja, Dad. Aku tidak akan meninggalkanmu.”

Ayahnya tersenyum lemah, lalu menutup matanya kembali untuk beristirahat.

Malam semakin larut ketika keluarga Grace datang membesuk. Ayah dan ibu Grace masuk lebih dulu dengan membawa paket buah segar dalam keranjang rotan yang dihiasi pita biru.

“Kami ikut prihatin dengan kondisi ini. Semoga cepat membaik,” kata ayah Grace dengan nada penuh simpati.

“Terima kasih,” jawab Mommy dengan tulus.

Sementara itu, Grace yang datang bersama orang tuanya tak bisa melepaskan pandangannya dari Alex. Pria itu masih memakai pakaian kantornya, dasinya sudah dilepas, tetapi kemejanya tetap tertutup rapi. Raut wajahnya terlihat lelah, namun tetap mempertahankan ketenangannya.

Saat tatapan mereka bertemu, Alex hanya memberikan senyum seadanya sebelum kembali fokus pada ayahnya. Grace merasa aneh. Ada sesuatu dalam ekspresi Alex yang sulit ia pahami.

Sekitar satu jam setelah keluarga Grace datang, pintu ruangan kembali terbuka.

“Permisi...”

Suara itu membuat Alex menoleh. Senyumnya langsung merekah saat melihat Edward masuk bersama adiknya, Bella.

Edward melangkah mendekat dengan santai, sementara Bella mengikuti di belakangnya sambil membawa sebuah tas berisi makanan. Ada sesuatu dalam ekspresi Alex yang berubah saat melihat Bella datang.

“Bro, bagaimana kondisi Tuan Benjamin?” tanya Edward sambil menepuk bahu Alex ringan.

“Sudah lebih baik. Terima kasih sudah datang.”

“Pastinya kami datang bro kamu adalah sahabatku. Kami juga bawa sesuatu,” ujar Edward sambil menunjuk Bella.

Bella tersenyum lembut dan mengangkat tas yang dibawanya. “Aku membuat beberapa makanan sehat untuk Tuan Benjamin.”

Alex menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Oh ya? Apa saja?”

Bella membuka tas dan mengeluarkan beberapa wadah makanan. Dengan suara lembut, ia menjelaskan, “Aku buat sup ayam tanpa lemak, direbus dengan rempah alami supaya jantungnya tetap kuat. Ada juga oat dengan potongan buah beri, baik untuk jantung karena kaya antioksidan. Dan jus delima segar, ini bisa membantu melancarkan peredaran darah.”

Alex menatap Bella dengan penuh kekaguman. “Kamu buat semua ini sendiri?”

Bella mengangguk pelan. “Aku ingin Tuan Ben cepat pulih, jadi aku belajar beberapa resep sehat.”

Tanpa sadar, Alex tersenyum. Matanya berbinar saat menatap Bella, seolah melihat sosok yang begitu tulus dan perhatian. Ia mengambil salah satu wadah dan membukanya, menghirup aroma lezat sup yang dibuat Bella.

“Terima kasih, Bella. Ini benar-benar perhatian yang luar biasa.”

Bella tersipu dan menundukkan kepala, tetapi tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya karena Alex menyukai usahanya.

Namun, momen itu tidak luput dari perhatian Grace. Dari sudut ruangan, ia melihat ekspresi Alex yang berbeda saat menatap Bella. Ada kehangatan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Sesuatu dalam hatinya terasa mencubit.

Dalam diam, Grace mengepalkan tangannya. "Tidak... aku tidak akan membiarkan ini terjadi," batinnya

Malam itu, di dalam ruang rumah sakit, tanpa kata-kata yang diucapkan, sebuah perasaan mulai tumbuh. Apakah ini sebuah pertarungan hati?

Episodes
1 Visual
2 Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3 Menulis Diary
4 Pertemuan di Rumah Sakit
5 Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6 Pria Tanpa Cinta
7 Kepulangan Grace
8 Pengakuan yang Tak Terduga
9 Curhatan Grace
10 Cinta Diam-Diam
11 Rasa yang Mulai Berkembang
12 Pertemuan dengan Teman
13 Perjodohan yang Dipertanyakan
14 Ketakutan yang Menyesakkan
15 Drama tanpa Cinta
16 Di Antara Prioritas dan Janji
17 Malam yang Panjang dirumah Sakit
18 Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19 Akhirnya Bisa Bernapas
20 Kembali ke Cafe
21 Bara Dalam Cemburu
22 Rencana Licik Grace
23 Investasi atau alasan tersembunyi
24 Perhatian Lebih
25 Cari Informasi
26 Pengakuan
27 Mengenalkan Laura
28 Rencana Ulang Tahun Alex
29 Ulang Tahun Alex
30 Syair yang Indah
31 Mengambil Keputusan
32 Meragukan Perjodohan
33 Makin Mencintaimu
34 Pertemuan di Mini Market
35 Pengakuan
36 Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37 Bernyanyi bersama
38 Pesan yang Mengusik hati
39 Rencana sepihak
40 Penculikan Bella
41 Surat Perjanjian
42 Tempat di hati
43 Jangan Berharap Cinta Dariku
44 Merasa Diatas Angin
45 Mengincar Alex
46 Gelaran Busana Ny Victoria
47 Perbincangan di Mobil
48 Kecurigaan Edward
49 Menceritakan Semuanya
50 Pertemuan di Restoran
51 Hampa
52 Pengakuan
53 Momen Makan Siang
54 Aku Cinta Padamu
55 Undangan ke Cafe
56 Diary Bella
57 Kedatangan George
58 Permainan yang Lebih Besar
59 Mengetahui Kebenaran
60 Kemarahan George
61 Penuh dengan Pertanyaan
62 Persahabatan dan Musik
63 Undangan Pernikahan
64 Kegundahan
65 Sindiran yang Mengancam
66 Hari Pernikahan
67 Kekecewaan Malam Pertama
68 Kekacauan Pagi Hari
69 Berhadapan Dengan Kenyataan
70 Pulang ke rumah
71 Masalah Perusahaan
72 Perasaan Bersalah
73 Kesiangan
74 Perilaku yang Aneh
75 Sedikit Pertengkaran
76 Bertemu Laura di Bank
77 Rencana berkonsultasi
78 Konsultasi di Cafe
79 Semakin Tertarik
80 Grace Kembali
81 Belum Ada Penyelesaian
82 Kata-Kata Bijak
83 Perasaan Kesal
84 Bertengkar Lagi
85 Memcari Tahu yang Sebenarnya
86 Tidak Boleh Ada Perceraian
87 Menuruti Keinginan Grace
88 Kepuasan yang Semu
89 Jejak Dari Italia
90 Penolakan
91 Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92 Amarah yang Memuncak
93 Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94 Luka yang Tak Terlihat
95 Kehancuran Hati
96 Pecahnya Benteng Pertahanan
97 DEAR READERS
98 Sekarang Aku Mengerti
99 Meninggalkan Sepotong Hati
100 Ancaman untuk Bella
101 Mencoba Memperbaiki Hubungan
102 Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103 Dendam yang Membakar
104 Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Visual
2
Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3
Menulis Diary
4
Pertemuan di Rumah Sakit
5
Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6
Pria Tanpa Cinta
7
Kepulangan Grace
8
Pengakuan yang Tak Terduga
9
Curhatan Grace
10
Cinta Diam-Diam
11
Rasa yang Mulai Berkembang
12
Pertemuan dengan Teman
13
Perjodohan yang Dipertanyakan
14
Ketakutan yang Menyesakkan
15
Drama tanpa Cinta
16
Di Antara Prioritas dan Janji
17
Malam yang Panjang dirumah Sakit
18
Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19
Akhirnya Bisa Bernapas
20
Kembali ke Cafe
21
Bara Dalam Cemburu
22
Rencana Licik Grace
23
Investasi atau alasan tersembunyi
24
Perhatian Lebih
25
Cari Informasi
26
Pengakuan
27
Mengenalkan Laura
28
Rencana Ulang Tahun Alex
29
Ulang Tahun Alex
30
Syair yang Indah
31
Mengambil Keputusan
32
Meragukan Perjodohan
33
Makin Mencintaimu
34
Pertemuan di Mini Market
35
Pengakuan
36
Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37
Bernyanyi bersama
38
Pesan yang Mengusik hati
39
Rencana sepihak
40
Penculikan Bella
41
Surat Perjanjian
42
Tempat di hati
43
Jangan Berharap Cinta Dariku
44
Merasa Diatas Angin
45
Mengincar Alex
46
Gelaran Busana Ny Victoria
47
Perbincangan di Mobil
48
Kecurigaan Edward
49
Menceritakan Semuanya
50
Pertemuan di Restoran
51
Hampa
52
Pengakuan
53
Momen Makan Siang
54
Aku Cinta Padamu
55
Undangan ke Cafe
56
Diary Bella
57
Kedatangan George
58
Permainan yang Lebih Besar
59
Mengetahui Kebenaran
60
Kemarahan George
61
Penuh dengan Pertanyaan
62
Persahabatan dan Musik
63
Undangan Pernikahan
64
Kegundahan
65
Sindiran yang Mengancam
66
Hari Pernikahan
67
Kekecewaan Malam Pertama
68
Kekacauan Pagi Hari
69
Berhadapan Dengan Kenyataan
70
Pulang ke rumah
71
Masalah Perusahaan
72
Perasaan Bersalah
73
Kesiangan
74
Perilaku yang Aneh
75
Sedikit Pertengkaran
76
Bertemu Laura di Bank
77
Rencana berkonsultasi
78
Konsultasi di Cafe
79
Semakin Tertarik
80
Grace Kembali
81
Belum Ada Penyelesaian
82
Kata-Kata Bijak
83
Perasaan Kesal
84
Bertengkar Lagi
85
Memcari Tahu yang Sebenarnya
86
Tidak Boleh Ada Perceraian
87
Menuruti Keinginan Grace
88
Kepuasan yang Semu
89
Jejak Dari Italia
90
Penolakan
91
Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92
Amarah yang Memuncak
93
Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94
Luka yang Tak Terlihat
95
Kehancuran Hati
96
Pecahnya Benteng Pertahanan
97
DEAR READERS
98
Sekarang Aku Mengerti
99
Meninggalkan Sepotong Hati
100
Ancaman untuk Bella
101
Mencoba Memperbaiki Hubungan
102
Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103
Dendam yang Membakar
104
Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!