Drama tanpa Cinta

Suasana rumah sakit masih sunyi. Hanya suara detak mesin medis dan langkah kaki perawat sesekali terdengar di lorong.

Alex terbangun dengan tubuh kaku dan leher pegal. Ia menghela napas panjang, menggerakkan bahunya yang terasa berat.

Baru saat itu ia sadar... ada kepala bersandar di bahunya.

Grace.

Ia tertidur di sana, dengan napas teratur dan wajah yang tampak begitu damai. Seolah-olah tak ada yang lebih nyaman selain bersandar pada Alex.

Alex menghela napas pelan, menatap langit-langit. Ini situasi yang tidak diinginkannya.

"Grace, bangun," ucapnya dengan suara rendah, sambil menggoyangkan bahunya sedikit.

Grace menggeliat pelan, kelopak matanya terbuka, lalu mendapati dirinya masih bersandar di bahu Alex. Sejenak ia terdiam, lalu buru-buru menjauh.

"Oh... maaf. Aku ketiduran," katanya gugup, cepat-cepat merapikan rambutnya.

Alex tidak menanggapinya. Tanpa banyak kata, ia bangkit dan langsung berjalan ke ruang ICU.

Langkahnya sedikit terburu-buru. Ada sesuatu yang mendesaknya.

Saat tiba di depan ruangan, jantungnya berdebar lebih kencang. Tangannya terasa dingin saat hendak membuka pintu.

Namun saat melihat ke dalam...

Ayahnya sudah sadar.

Mata pria tua itu terbuka, meski masih tampak lemah. Mesin-mesin yang terhubung menunjukkan tanda-tanda stabil.

"Dad..." suara Alex bergetar, matanya sedikit memanas.

Ia melangkah mendekat, menggenggam tangan ayahnya. Terasa hangat.

Alex segera menghampiri perawat yang baru saja keluar dari ruang ICU.

"Suster, bagaimana kondisi ayah saya?" tanyanya dengan suara serius.

Suster itu tersenyum kecil, "Kondisinya sudah stabil, Tuan Alex. Kami akan tetap memantau selama beberapa hari ke depan, tetapi beliau sudah melewati masa kritis."

Alex mengangguk lega. Beban yang menekan dadanya sedikit berkurang.

Ia langsung masuk ke dalam ruangan, melihat sosok ayahnya yang kini terbaring dengan mata terbuka. Wajahnya masih pucat, tapi jelas ada kesadaran di sana.

"Dad..." Alex mendekat, suaranya lebih lembut dari biasanya.

Ayahnya menoleh, mata tuanya berbinar melihat putranya datang. Tetapi sesuatu di balik punggung Alex membuatnya lebih senang...sosok Grace yang berdiri di belakangnya.

"Alex... kamu datang bersama Grace?" tanyanya dengan suara lemah, tetapi penuh harapan.

Alex menahan napas sejenak. Sial, dia tidak bisa menyangkalnya sekarang.

Dengan ekspresi datar, ia hanya mengangguk kecil. Tidak ada pilihan lain, seolah-olah harus bersikap ramah kepada Grace demi menenangkan ayahnya.

Grace, yang menangkap situasi itu, segera melangkah mendekat. Dengan wajah penuh perhatian, ia menyentuh lembut tangan ayah Alex.

"Om, senang melihat om sudah lebih baik," katanya dengan senyum hangat, tetapi dalam hatinya ia tahu...

Alex hanya berpura-pura.

Namun, tak masalah.

Selama dunia masih percaya bahwa ia dan Alex adalah pasangan yang cocok, ia akan memanfaatkannya.

Pagi itu, setelah berbicara dengan dokter dan memastikan kondisi ayahnya stabil, Alex akhirnya merasa sedikit tenang.

Ia segera menghubungi ibunya. “Mom, Daddy sudah lebih baik. Dokter bilang kondisinya stabil, tapi tetap harus dipantau.”

“Syukurlah, Alex. Kamu sendiri bagaimana? Istirahatlah sebentar.”

“Aku baik-baik saja, Mom. Aku akan mengantar Grace pulang dulu.”

Grace yang berdiri di dekatnya tersenyum kecil. Ia tidak menyangka Alex akan mengantarnya sendiri.

Tanpa banyak bicara, mereka menuju parkiran. Alex tampak letih, tetapi tetap menyetir sendiri.

Di tengah perjalanan, Grace melirik Alex yang berkendara dengan ekspresi lelah. Matanya sedikit merah, dahinya berkeringat meskipun AC mobil menyala.

“Alex, kamu kelihatan pucat.”

Alex menghela napas panjang. “Aku hanya kurang tidur.”

Grace tanpa ragu mengambil tisu dari tasnya dan dengan lembut menyeka keringat di wajah Alex.

Alex tersentak, sedikit terkejut dengan tindakan Grace. Tapi anehnya, ia tidak menghindar.

Grace menahan senyum. Dalam hatinya, ia merasa menang.

“Lihat? Kamu butuh istirahat,” ujarnya lembut, tangannya masih menggenggam tisu di dekat wajah Alex.

Alex hanya diam, membiarkan Grace merawatnya sejenak.

Di momen itu, jarak di antara mereka terasa lebih dekat dari sebelumya

Mobil melaju di jalan yang masih sepi pagi itu. Alex mengemudi dalam diam, matanya fokus ke depan, tetapi pikirannya bercabang. Keadaan ayahnya, kelelahan yang menumpuk, dan sekarang...Grace.

Grace menyeka pelipis Alex tanpa meminta izin. Sudah terlalu lama ia menunggu momen seperti ini—bersama Alex, hanya mereka berdua.

Alex menoleh sekilas, sedikit terkejut, tetapi tidak menolak.

"Kamu kelihatan capek banget, Alex," ucap Grace pelan.

“Aku baik-baik saja.”

Grace menyeka dengan penuh perasaan seolah ia menginginkan lebih.

Tanpa sadar, tangannya berpindah ke tangan Alex yang sedang menggenggam setir. Alex menegang.

Dan sebelum ia bisa bereaksi, Grace mencondongkan tubuhnya, mendekat... lalu mengecup pipi Alex.

Alex langsung menekan rem mendadak!

Mobil berhenti di pinggir jalan dengan hentakan yang cukup keras.

Alex menoleh cepat, matanya tajam penuh kemarahan.

“Apa yang kamu lakukan, Grace?!” suaranya dalam dan dingin.

Grace terkejut, tidak menyangka reaksi Alex akan sekeras ini. “Aku cuma...”

"Jangan pernah lakukan itu lagi," potong Alex tajam.

Grace menelan ludah, merasa malu. Ia hanya ingin menunjukkan perasaannya, tapi Alex jelas menetapkan batasan.

Mobil kembali melaju, tetapi suasana di dalamnya terasa dingin dan menegangkan.

_____

Mobil berhenti perlahan di halaman rumah Grace. Pagi itu masih sunyi, tetapi di dalam mobil, ketegangan terasa begitu nyata.

Sebelum Grace sempat membuka pintu, Alex menahan pergelangan tangannya.

"Dengar baik-baik, Grace," ucap Alex, suaranya dingin dan tegas. "Apa yang terjadi di antara kita ini hanya drama. Aku harap kamu juga mengerti dan jangan bilang pada siapa pun bahwa ini lebih dari itu."

Grace menoleh, menatapnya dengan mata yang sulit ditebak. Ia ingin membantah, ingin mengatakan bahwa hatinya tak menganggap ini sekadar drama. Tapi ia tahu, Alex tidak akan peduli.

Dengan lirih, Grace hanya mengangguk.

Alex menghela napas, lalu membuka pintu mobil dan keluar. Ia memaksakan diri untuk bersikap sopan, menunjukkan tanggung jawabnya telah mengantar Grace dengan baik.

Saat mereka melangkah masuk ke rumah, orang tua Grace menyambut dengan senyum. Mereka mengira semuanya berjalan baik-baik saja.

Tapi hanya Alex dan Grace yang tahu, ini hanyalah sandiwara.

Episodes
1 Visual
2 Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3 Menulis Diary
4 Pertemuan di Rumah Sakit
5 Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6 Pria Tanpa Cinta
7 Kepulangan Grace
8 Pengakuan yang Tak Terduga
9 Curhatan Grace
10 Cinta Diam-Diam
11 Rasa yang Mulai Berkembang
12 Pertemuan dengan Teman
13 Perjodohan yang Dipertanyakan
14 Ketakutan yang Menyesakkan
15 Drama tanpa Cinta
16 Di Antara Prioritas dan Janji
17 Malam yang Panjang dirumah Sakit
18 Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19 Akhirnya Bisa Bernapas
20 Kembali ke Cafe
21 Bara Dalam Cemburu
22 Rencana Licik Grace
23 Investasi atau alasan tersembunyi
24 Perhatian Lebih
25 Cari Informasi
26 Pengakuan
27 Mengenalkan Laura
28 Rencana Ulang Tahun Alex
29 Ulang Tahun Alex
30 Syair yang Indah
31 Mengambil Keputusan
32 Meragukan Perjodohan
33 Makin Mencintaimu
34 Pertemuan di Mini Market
35 Pengakuan
36 Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37 Bernyanyi bersama
38 Pesan yang Mengusik hati
39 Rencana sepihak
40 Penculikan Bella
41 Surat Perjanjian
42 Tempat di hati
43 Jangan Berharap Cinta Dariku
44 Merasa Diatas Angin
45 Mengincar Alex
46 Gelaran Busana Ny Victoria
47 Perbincangan di Mobil
48 Kecurigaan Edward
49 Menceritakan Semuanya
50 Pertemuan di Restoran
51 Hampa
52 Pengakuan
53 Momen Makan Siang
54 Aku Cinta Padamu
55 Undangan ke Cafe
56 Diary Bella
57 Kedatangan George
58 Permainan yang Lebih Besar
59 Mengetahui Kebenaran
60 Kemarahan George
61 Penuh dengan Pertanyaan
62 Persahabatan dan Musik
63 Undangan Pernikahan
64 Kegundahan
65 Sindiran yang Mengancam
66 Hari Pernikahan
67 Kekecewaan Malam Pertama
68 Kekacauan Pagi Hari
69 Berhadapan Dengan Kenyataan
70 Pulang ke rumah
71 Masalah Perusahaan
72 Perasaan Bersalah
73 Kesiangan
74 Perilaku yang Aneh
75 Sedikit Pertengkaran
76 Bertemu Laura di Bank
77 Rencana berkonsultasi
78 Konsultasi di Cafe
79 Semakin Tertarik
80 Grace Kembali
81 Belum Ada Penyelesaian
82 Kata-Kata Bijak
83 Perasaan Kesal
84 Bertengkar Lagi
85 Memcari Tahu yang Sebenarnya
86 Tidak Boleh Ada Perceraian
87 Menuruti Keinginan Grace
88 Kepuasan yang Semu
89 Jejak Dari Italia
90 Penolakan
91 Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92 Amarah yang Memuncak
93 Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94 Luka yang Tak Terlihat
95 Kehancuran Hati
96 Pecahnya Benteng Pertahanan
97 DEAR READERS
98 Sekarang Aku Mengerti
99 Meninggalkan Sepotong Hati
100 Ancaman untuk Bella
101 Mencoba Memperbaiki Hubungan
102 Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103 Dendam yang Membakar
104 Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Visual
2
Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3
Menulis Diary
4
Pertemuan di Rumah Sakit
5
Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6
Pria Tanpa Cinta
7
Kepulangan Grace
8
Pengakuan yang Tak Terduga
9
Curhatan Grace
10
Cinta Diam-Diam
11
Rasa yang Mulai Berkembang
12
Pertemuan dengan Teman
13
Perjodohan yang Dipertanyakan
14
Ketakutan yang Menyesakkan
15
Drama tanpa Cinta
16
Di Antara Prioritas dan Janji
17
Malam yang Panjang dirumah Sakit
18
Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19
Akhirnya Bisa Bernapas
20
Kembali ke Cafe
21
Bara Dalam Cemburu
22
Rencana Licik Grace
23
Investasi atau alasan tersembunyi
24
Perhatian Lebih
25
Cari Informasi
26
Pengakuan
27
Mengenalkan Laura
28
Rencana Ulang Tahun Alex
29
Ulang Tahun Alex
30
Syair yang Indah
31
Mengambil Keputusan
32
Meragukan Perjodohan
33
Makin Mencintaimu
34
Pertemuan di Mini Market
35
Pengakuan
36
Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37
Bernyanyi bersama
38
Pesan yang Mengusik hati
39
Rencana sepihak
40
Penculikan Bella
41
Surat Perjanjian
42
Tempat di hati
43
Jangan Berharap Cinta Dariku
44
Merasa Diatas Angin
45
Mengincar Alex
46
Gelaran Busana Ny Victoria
47
Perbincangan di Mobil
48
Kecurigaan Edward
49
Menceritakan Semuanya
50
Pertemuan di Restoran
51
Hampa
52
Pengakuan
53
Momen Makan Siang
54
Aku Cinta Padamu
55
Undangan ke Cafe
56
Diary Bella
57
Kedatangan George
58
Permainan yang Lebih Besar
59
Mengetahui Kebenaran
60
Kemarahan George
61
Penuh dengan Pertanyaan
62
Persahabatan dan Musik
63
Undangan Pernikahan
64
Kegundahan
65
Sindiran yang Mengancam
66
Hari Pernikahan
67
Kekecewaan Malam Pertama
68
Kekacauan Pagi Hari
69
Berhadapan Dengan Kenyataan
70
Pulang ke rumah
71
Masalah Perusahaan
72
Perasaan Bersalah
73
Kesiangan
74
Perilaku yang Aneh
75
Sedikit Pertengkaran
76
Bertemu Laura di Bank
77
Rencana berkonsultasi
78
Konsultasi di Cafe
79
Semakin Tertarik
80
Grace Kembali
81
Belum Ada Penyelesaian
82
Kata-Kata Bijak
83
Perasaan Kesal
84
Bertengkar Lagi
85
Memcari Tahu yang Sebenarnya
86
Tidak Boleh Ada Perceraian
87
Menuruti Keinginan Grace
88
Kepuasan yang Semu
89
Jejak Dari Italia
90
Penolakan
91
Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92
Amarah yang Memuncak
93
Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94
Luka yang Tak Terlihat
95
Kehancuran Hati
96
Pecahnya Benteng Pertahanan
97
DEAR READERS
98
Sekarang Aku Mengerti
99
Meninggalkan Sepotong Hati
100
Ancaman untuk Bella
101
Mencoba Memperbaiki Hubungan
102
Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103
Dendam yang Membakar
104
Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!