Curhatan Grace

Pagi itu, suasana di ruang makan terasa canggung. Meja panjang yang penuh dengan hidangan lezat tak mampu mencairkan kebekuan di antara mereka. Alex duduk di ujung meja, menundukkan kepala, menyendok sarapannya dalam diam.

Ibunya, yang duduk di seberangnya, berusaha menciptakan suasana hangat. "Kamu belum coba omelet ini, Alex. Ini favoritmu, kan?" suaranya lembut, penuh harap.

Namun, Alex hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus pada piringnya. Ia mengunyah cepat, ingin segera menyelesaikan makanannya tanpa harus terjebak dalam obrolan yang tak diinginkannya.

Ayahnya duduk tegak, menyesap kopi tanpa banyak bicara, tapi tatapannya tajam, mengawasi putranya yang terus menghindari pembicaraan tentang perjodohan dengan Grace.

Dalam hitungan menit, Alex menyelesaikan sarapannya. Ia menaruh sendok dan garpu dengan sedikit suara, lalu bangkit. "Aku ada urusan," katanya singkat sebelum melangkah pergi, meninggalkan keheningan yang lebih dalam di rumah mewah itu.

_____

Sesampainya di kantor, Alex langsung menuju ruangannya. Ia melepas jas, meletakkan tas di meja, lalu menghubungi William.

"William, bisa ke sini sebentar?"

Tak butuh waktu lama, William masuk dengan tablet di tangannya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Alex mengusap wajahnya, masih terbebani oleh suasana pagi tadi di rumah. "Ada jadwal penting hari ini?" tanyanya tanpa basa-basi.

William mengecek jadwal. "Hanya beberapa rapat internal, tapi tidak ada yang mendesak. Jika perlu, bisa saya atur ulang."

Alex mengangguk. "Baik, kalau begitu aku akan keluar sebentar. Jika ada hal mendesak, hubungi aku."

Begitu keluar dari kantor, Alex langsung masuk ke mobilnya. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Edward, berharap temannya saat ini tidak sibuk.

"Halo, Ed?"

"Alex! Tumben nelpon. Ada apa?"

"Kau di rumah?"

"Kebetulan iya. Ada apa?"

"Aku mau main ke tempatmu, apa aku tidak mengganggumu sekarang."

"Ok, buatmu pintu rumahku selalu terbuka, bro."

"Tapi aku nggak tahu alamatnya."

Edward tertawa kecil. "Baiklah, catat. Aku di Country Road Everton. Dekat dengan Everton Park. Kau bisa pakai GPS, nanti kalau nyasar kasih tahu aku."

"Baik, aku segera ke sana," ujar Alex sebelum mengakhiri panggilan.

Ia memasukkan alamat itu ke GPS, menyalakan mesin mobil, dan melaju menuju rumah Edward.

_____

Mobil hitam Alex berhenti di depan rumah Edward. Dari jendela kamar, Bella sudah melihat kedatangannya. Hatinya berdebar kencang. Ini pertama kalinya Alex datang ke rumah mereka. Apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia berpakaian lebih rapi? Atau mungkin menyapanya dengan senyuman ramah?

Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara bel berbunyi. Bella tersentak. Ia buru-buru merapikan rambutnya, mengatur napas, lalu berjalan ke pintu.

Saat pintu terbuka, tatapan mereka bertemu. Alex berdiri di ambang pintu dengan ekspresi santai namun tetap berwibawa. Bella berusaha menenangkan dirinya, berharap wajahnya tidak menunjukkan betapa gugupnya ia.

"Hai Bella, Edward ada?" tanya Alex langsung.

Bella mengangguk cepat. "Dia di ruang tengah, lagi latihan musik," jawabnya, suaranya sedikit bergetar.

Dari dalam rumah, suara Edward terdengar. "Masuk saja, Alex! Aku di sini!" serunya.

Alex mengangguk singkat kepada Bella, lalu melangkah masuk. Bella menutup pintu, berusaha menenangkan jantungnya yang masih berdetak tak karuan.

Alex melangkah masuk ke ruang tengah dan langsung terkejut. Ternyata bukan hanya Edward yang ada di sana, tetapi juga seorang pria lain.

"Oh, kenalkan, ini Paul," kata Edward santai. "Dia juga tinggal di sini dan bagian dari band."

Alex menjabat tangan Paul. "Senang bertemu denganmu."

Setelah perkenalan singkat, Alex memperhatikan ruangan itu. Alat musik berserakan, gitar listrik di sudut, keyboard di meja kecil, dan beberapa lembar partitur di lantai. Ia mengernyit. "Kenapa kalian latihan di sini? Kenapa nggak di studio?"

Edward tertawa. "Mana mungkin kami mampu menyewa studio? Apalagi punya studio sendiri," katanya dengan nada bercanda.

Alex menyandarkan tubuhnya di sofa. "Kalau kalian latihan di sini terus, bisa mengganggu tetangga."

Edward mengangkat bahu. "Yah, aku sudah kebal dengan omongan mereka. Mau bagaimana lagi?"

Alex berpikir sejenak, lalu berkata, "Bagaimana kalau aku membantu kalian mendapatkan tempat latihan yang layak? Aku punya kenalan yang bisa membantu mengatur studio untuk kalian."

Edward langsung menggeleng. "Ah, nggak usah, Alex. Aku nggak mau merepotkanmu."

"Tapi aku mau membantu," kata Alex tegas. "Aku akan atur semuanya."

Sementara mereka berbincang, Bella mendengar percakapan mereka dari dapur. Sambil mendengarkan, ia menyiapkan sarapan pancake dengan sirup maple, daging asap renyah, scrambled eggs, dan secangkir kopi hitam.

Setelah semua siap, Bella membawa nampan berisi sarapan dan menghampiri mereka. "Kalian pasti belum makan. Aku buatkan sarapan," katanya sambil tersenyum.

Paul langsung mengambil piring, "Wah, terima kasih, Bella! Aku lapar banget."

Namun, Alex mengangkat tangannya, menolak dengan halus. "Aku sudah sarapan tadi. Terima kasih, Bella."

Bella hanya mengangguk, sedikit kecewa tapi tetap berusaha tersenyum.

Di ruang tengah, Edward dan Paul mulai memainkan lagu, sementara Alex mengambil gitar yang tergeletak di sofa dan ikut bergabung. Suasana begitu menyenangkan, sampai-sampai Alex benar-benar lupa tentang masalahnya sendiri, tentang perjodohan, tentang tekanan dari keluarganya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, ia merasa bebas.

Saat suasana sedang asyik dengan alunan musik, tiba-tiba suara dering telepon menginterupsi. Alex melihat layar ponselnya—William. Ia menghela napas, lalu bangkit dan berjalan menjauh dari mereka, mencari tempat yang lebih tenang. Tanpa sadar, langkahnya membawanya ke dekat kamar Bella.

"Ya, William, ada apa?" tanya Alex setelah mengangkat telepon.

Dari seberang, suara asistennya terdengar. "Bos, nona Grace datang ke kantor. Dia ingin bertemu dengan Anda. Katanya, dia membawa oleh-oleh dari Italia yang belum sempat dia berikan untuk ibu Anda."

Alex menutup matanya sesaat, merasakan kejengkelan yang muncul di dalam dirinya. Lagi-lagi wanita itu muncul dalam hidupnya tanpa ia kehendaki. Rasanya seperti belenggu yang semakin mengikat erat.

Dengan nada sedikit tinggi, ia menjawab, "William, kasihkan saja langsung ke ibuku. Aku nggak perlu bertemu dengannya."

"Tapi, Bos.."

"Sudah, lakukan saja," potong Alex cepat, lalu langsung mematikan panggilan.

Ia menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, tanpa ia sadari, Bella yang berada di dalam kamarnya bisa mendengar percakapannya. Ia hanya diam di balik pintu, bertanya-tanya siapa Grace sebenarnya dalam hidup Alex.

*****

Siang itu, Grace datang ke rumah keluarga Alex dengan sebuah kotak berisi oleh-oleh dari Italia. Ia disambut hangat oleh Ibu Alex, yang selalu terlihat anggun dan tenang dalam setiap keadaan.

"Ah, Grace, sayang, masuklah." Ibu Alex tersenyum ramah sambil menyambutnya di ruang tamu yang luas dan elegan. "Bagaimana perjalananmu ke sini? Capek?"

Grace menggeleng pelan, mencoba tersenyum. "Tidak, Tante. Aku malah senang bisa datang ke sini lagi."

Mereka duduk di sofa, dan pelayan segera datang membawa teh hangat serta camilan kecil. Grace meletakkan kotak oleh-oleh di meja.

"Ini sedikit oleh-oleh dari Italia, Tante. Aku harap Tante suka," katanya sambil mendorong kotak itu mendekat.

Ibu Alex tersenyum lembut. "Kau memang anak yang baik, Grace. Terima kasih. Tapi... sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu?"

Mendengar pertanyaan itu, senyuman Grace perlahan memudar. Matanya berkaca-kaca, dan ia menundukkan kepala.

"Tante... aku tidak tahu harus bagaimana lagi," suaranya terdengar sedikit bergetar. "Aku sudah mencoba menemui Alex di kantornya tadi, tapi dia tidak ada. Aku meninggalkan pesan lewat asistennya, tapi...dia menolakku lagi. Dia bahkan tidak mau menerima teleponku."

Ibu Alex menatapnya dengan penuh simpati.

Grace menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan dengan suara pelan, "Aku tahu mungkin ini terlalu cepat baginya. Aku juga tahu dia tidak terbiasa dengan perjodohan ini. Tapi...aku benar-benar ingin mengenalnya lebih dekat, Tante. Aku ingin menunjukkan bahwa aku tulus."

Air mata akhirnya jatuh di pipinya. Ia segera menyekanya, merasa malu karena menangis di hadapan Ibu Alex.

Ibu Alex meraih tangan Grace dengan lembut, menggenggamnya erat. "Sayang, jangan menangis. Aku mengerti perasaanmu."

Grace menatapnya dengan mata penuh harapan. "Tante... apa aku masih punya kesempatan?"

Ibu Alex mengusap tangannya dengan penuh kasih sayang. "Tentu saja, Grace. Alex hanya butuh waktu untuk menerima semuanya. Aku akan bicara dengannya. Percayalah, dia bukan pria yang tidak punya hati."

Grace mengangguk pelan. "Terima kasih, Tante. Aku hanya ingin dia memberiku kesempatan."

Ibu Alex tersenyum penuh keyakinan. Dalam hatinya, ia sudah memutuskan apapun yang terjadi, ia akan membujuk Alex.

Karena baginya, Grace adalah calon yang sempurna untuk menjadi bagian dari keluarga mereka.

Episodes
1 Visual
2 Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3 Menulis Diary
4 Pertemuan di Rumah Sakit
5 Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6 Pria Tanpa Cinta
7 Kepulangan Grace
8 Pengakuan yang Tak Terduga
9 Curhatan Grace
10 Cinta Diam-Diam
11 Rasa yang Mulai Berkembang
12 Pertemuan dengan Teman
13 Perjodohan yang Dipertanyakan
14 Ketakutan yang Menyesakkan
15 Drama tanpa Cinta
16 Di Antara Prioritas dan Janji
17 Malam yang Panjang dirumah Sakit
18 Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19 Akhirnya Bisa Bernapas
20 Kembali ke Cafe
21 Bara Dalam Cemburu
22 Rencana Licik Grace
23 Investasi atau alasan tersembunyi
24 Perhatian Lebih
25 Cari Informasi
26 Pengakuan
27 Mengenalkan Laura
28 Rencana Ulang Tahun Alex
29 Ulang Tahun Alex
30 Syair yang Indah
31 Mengambil Keputusan
32 Meragukan Perjodohan
33 Makin Mencintaimu
34 Pertemuan di Mini Market
35 Pengakuan
36 Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37 Bernyanyi bersama
38 Pesan yang Mengusik hati
39 Rencana sepihak
40 Penculikan Bella
41 Surat Perjanjian
42 Tempat di hati
43 Jangan Berharap Cinta Dariku
44 Merasa Diatas Angin
45 Mengincar Alex
46 Gelaran Busana Ny Victoria
47 Perbincangan di Mobil
48 Kecurigaan Edward
49 Menceritakan Semuanya
50 Pertemuan di Restoran
51 Hampa
52 Pengakuan
53 Momen Makan Siang
54 Aku Cinta Padamu
55 Undangan ke Cafe
56 Diary Bella
57 Kedatangan George
58 Permainan yang Lebih Besar
59 Mengetahui Kebenaran
60 Kemarahan George
61 Penuh dengan Pertanyaan
62 Persahabatan dan Musik
63 Undangan Pernikahan
64 Kegundahan
65 Sindiran yang Mengancam
66 Hari Pernikahan
67 Kekecewaan Malam Pertama
68 Kekacauan Pagi Hari
69 Berhadapan Dengan Kenyataan
70 Pulang ke rumah
71 Masalah Perusahaan
72 Perasaan Bersalah
73 Kesiangan
74 Perilaku yang Aneh
75 Sedikit Pertengkaran
76 Bertemu Laura di Bank
77 Rencana berkonsultasi
78 Konsultasi di Cafe
79 Semakin Tertarik
80 Grace Kembali
81 Belum Ada Penyelesaian
82 Kata-Kata Bijak
83 Perasaan Kesal
84 Bertengkar Lagi
85 Memcari Tahu yang Sebenarnya
86 Tidak Boleh Ada Perceraian
87 Menuruti Keinginan Grace
88 Kepuasan yang Semu
89 Jejak Dari Italia
90 Penolakan
91 Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92 Amarah yang Memuncak
93 Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94 Luka yang Tak Terlihat
95 Kehancuran Hati
96 Pecahnya Benteng Pertahanan
97 DEAR READERS
98 Sekarang Aku Mengerti
99 Meninggalkan Sepotong Hati
100 Ancaman untuk Bella
101 Mencoba Memperbaiki Hubungan
102 Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103 Dendam yang Membakar
104 Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Visual
2
Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3
Menulis Diary
4
Pertemuan di Rumah Sakit
5
Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6
Pria Tanpa Cinta
7
Kepulangan Grace
8
Pengakuan yang Tak Terduga
9
Curhatan Grace
10
Cinta Diam-Diam
11
Rasa yang Mulai Berkembang
12
Pertemuan dengan Teman
13
Perjodohan yang Dipertanyakan
14
Ketakutan yang Menyesakkan
15
Drama tanpa Cinta
16
Di Antara Prioritas dan Janji
17
Malam yang Panjang dirumah Sakit
18
Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19
Akhirnya Bisa Bernapas
20
Kembali ke Cafe
21
Bara Dalam Cemburu
22
Rencana Licik Grace
23
Investasi atau alasan tersembunyi
24
Perhatian Lebih
25
Cari Informasi
26
Pengakuan
27
Mengenalkan Laura
28
Rencana Ulang Tahun Alex
29
Ulang Tahun Alex
30
Syair yang Indah
31
Mengambil Keputusan
32
Meragukan Perjodohan
33
Makin Mencintaimu
34
Pertemuan di Mini Market
35
Pengakuan
36
Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37
Bernyanyi bersama
38
Pesan yang Mengusik hati
39
Rencana sepihak
40
Penculikan Bella
41
Surat Perjanjian
42
Tempat di hati
43
Jangan Berharap Cinta Dariku
44
Merasa Diatas Angin
45
Mengincar Alex
46
Gelaran Busana Ny Victoria
47
Perbincangan di Mobil
48
Kecurigaan Edward
49
Menceritakan Semuanya
50
Pertemuan di Restoran
51
Hampa
52
Pengakuan
53
Momen Makan Siang
54
Aku Cinta Padamu
55
Undangan ke Cafe
56
Diary Bella
57
Kedatangan George
58
Permainan yang Lebih Besar
59
Mengetahui Kebenaran
60
Kemarahan George
61
Penuh dengan Pertanyaan
62
Persahabatan dan Musik
63
Undangan Pernikahan
64
Kegundahan
65
Sindiran yang Mengancam
66
Hari Pernikahan
67
Kekecewaan Malam Pertama
68
Kekacauan Pagi Hari
69
Berhadapan Dengan Kenyataan
70
Pulang ke rumah
71
Masalah Perusahaan
72
Perasaan Bersalah
73
Kesiangan
74
Perilaku yang Aneh
75
Sedikit Pertengkaran
76
Bertemu Laura di Bank
77
Rencana berkonsultasi
78
Konsultasi di Cafe
79
Semakin Tertarik
80
Grace Kembali
81
Belum Ada Penyelesaian
82
Kata-Kata Bijak
83
Perasaan Kesal
84
Bertengkar Lagi
85
Memcari Tahu yang Sebenarnya
86
Tidak Boleh Ada Perceraian
87
Menuruti Keinginan Grace
88
Kepuasan yang Semu
89
Jejak Dari Italia
90
Penolakan
91
Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92
Amarah yang Memuncak
93
Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94
Luka yang Tak Terlihat
95
Kehancuran Hati
96
Pecahnya Benteng Pertahanan
97
DEAR READERS
98
Sekarang Aku Mengerti
99
Meninggalkan Sepotong Hati
100
Ancaman untuk Bella
101
Mencoba Memperbaiki Hubungan
102
Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103
Dendam yang Membakar
104
Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!