Jawaban untuk Pertanyaan Sulit

Mobil Cadillac hitam itu melaju mulus memasuki halaman rumah keluarga Benjamin. Gerbang otomatis terbuka, memperlihatkan halaman luas dengan taman yang tertata rapi dan air mancur yang mengalir tenang di tengahnya. Begitu mobil berhenti, seorang asisten rumah tangga sigap membuka pintu untuk Alex dan Dadynya

Mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah pemeriksaan kesehatan Dadynya. Begitu masuk ke dalam rumah, Momynya langsung menanyakan dan menoleh ke arah suaminya yang baru saja duduk di sofa.

"Jadi gimana hasilnya, Dady?" tanya Ny Victoria, nada suaranya penuh perhatian.

Dady Alex melepas kacamatanya, memijat pelipisnya sejenak. "Nggak ada yang terlalu mengkhawatirkan. Dokter bilang aku hanya perlu lebih banyak istirahat dan mengurangi stres."

Momynya menghela napas lega, tapi tetap menunjukkan ekspresi khawatir. "Itu artinya Dady harus lebih banyak santai dan nggak terlalu sibuk kerja. Aku sudah bilang, kan?"

Tuan Ben hanya tersenyum tipis, lalu menatap Alex yang duduk di seberangnya. "Makanya, sudah waktunya Alex mulai mengambil alih perusahaan. Aku nggak bisa terus-menerus bekerja seperti dulu."

Alex menegakkan punggungnya, menatap Dadunya dengan serius. Ia tahu cepat atau lambat pembicaraan ini akan datang, tapi tetap saja, mendengarnya langsung terasa seperti beban besar di pundaknya.

"Dady yakin? Aku masih harus banyak belajar," kata Alex hati-hati.

Tuan Ben tertawa kecil. "Kamu sudah cukup belajar, Alex. Sejak beberapa tahun terakhir, kamu sudah banyak terlibat dalam keputusan-keputusan penting perusahaan. Aku lihat sendiri bagaimana cara kamu berpikir, bagaimana kamu mengambil keputusan. Kamu sudah siap."

Momynya mengangguk setuju. "Dady enggak bisa terus bekerja seperti dulu. Sudah saatnya kamu melanjutkan apa yang Dady bangun selama ini."

Alex menghela napas. Ia tahu ini bukan sesuatu yang bisa dihindari. Sejak kecil, ia sudah dipersiapkan untuk ini. "Baiklah, kalau Dady dan Momy percaya, aku akan siap."

Tuan Ben tersenyum bangga, lalu tiba-tiba nada suaranya berubah lebih santai. "Tapi ada satu hal lagi yang lebih penting."

Alex mengerutkan kening. "Apa?"

Momynya yang kini angkat bicara. "Kapan kamu mulai mencari jodoh?"

Alex terbatuk kecil, sama sekali tak menyangka pembicaraan akan beralih ke arah itu. "Hah? Kok tiba-tiba ngomongin ini?"

Dadynya terkekeh. "Kami ingin kamu punya seseorang yang bisa menemani dan mendukungmu, Alex. Memimpin perusahaan itu bukan tugas mudah, dan kamu butuh seseorang di sampingmu."

Mamanya menimpali, "Iya, Lex. Kami nggak mau kamu terlalu sibuk kerja sampai lupa membangun keluarga sendiri."

Alex menyandarkan kepalanya ke sofa, merasa topik ini jauh lebih sulit daripada membahas perusahaan. "Astaga, bisa nggak kita fokus ke satu hal dulu?"

Momynya tertawa kecil. "Kita ini keluarga, Alex. Masa depan kamu adalah hal yang paling penting buat kami. Jadi, ada yang sedang dekat?"

Alex mengusap wajahnya pelan. Ia tahu tak ada jalan keluar dari pembicaraan ini. "Belum ada, mom, Tapi nanti kalau ada, Momy pasti orang pertama yang tahu."

Momynya tersenyum puas, sementara Dadynya hanya mengangguk dengan ekspresi penuh harap.

*****

Sore itu, udara di luar terasa sejuk dengan angin lembut yang berhembus di jalanan kota. Lampu-lampu jalan bersinar temaram, menciptakan suasana yang tenang dan sedikit melankolis. Alex memarkir mobilnya di depan sebuah cafe yang sudah menjadi tempat favoritnya sejak lama.

 Huckleberry Roasters Cafe sebuah tempat yang cozy tapi penuh dengan karakter. Interiornya hangat dengan pencahayaan remang yang nyaman. Di sudut ruangan, panggung kecil dihiasi lampu-lampu gantung, tempat Edward dan band-nya biasa tampil. Musik live dari grup ini selalu menjadi daya tarik utama di sini, dan malam ini pun tak berbeda.

Begitu masuk, Alex langsung menuju tempat duduk favoritnya di dekat jendela. Seorang barista yang sudah mengenalnya dengan baik segera datang menghampiri.

"Seperti biasa, tuan Alex?"

Alex mengangguk pelan. "Iya, kopi hitam, tanpa gula."

Barista itu tersenyum dan segera pergi untuk menyiapkan pesanannya. Sementara itu, dari panggung, suara Edward mulai mengalun, diiringi gitar akustik yang dimainkan dengan begitu emosional. Lagu yang dibawakan adalah salah satu favorit Alex—melodi yang selalu bisa menenangkan pikirannya, setidaknya untuk sementara.

Hari mendekati malam, meski musik mengisi ruangan, pikirannya tetap berat. Ia duduk dengan tatapan kosong, meneguk kopinya perlahan, seolah mencoba mencari jawaban dari kekosongan yang ia rasakan. Tadi siang, hidupnya berubah dalam sekejap.

Beban tanggung jawab perusahaan kini ada di pundaknya, ditambah lagi pertanyaan tentang jodoh yang mulai ditekan oleh orang tuanya.

Di sudut ruangan, seseorang memperhatikannya dalam diam. Tak menyangka bila pria yang sudah mengisi pikirannya itu, memang selalu datang ke tempat ini.

Bella, adik Edward, duduk di meja yang tak terlalu jauh dari Alex. Gadis itu sudah lama memperhatikan sosok pria yang kini duduk sendirian di dekat jendela. Ia tak menyangka bahwa pria itu sering datang ke cafe ini, kenapa ia baru mengetahuinya.

Tapi malam ini ada sesuatu yang berbeda. Biasanya, pria itu tampak tenang dan percaya diri, tapi kali ini sorot matanya kosong, penuh beban.

Bella menggigit ujung sedotannya, menimbang-nimbang dalam hati. Ia kini tahu siapa Alex, putra tunggal dari keluarga kaya tuan Benjamin, pewaris perusahaan besar. Namun, bagi Bella, Alex malam ini bukanlah pria kaya yang memiliki segalanya. Ia hanya seorang pria yang terlihat lelah dengan hidupnya.

Saat Edward selesai membawakan beberapa lagu, Bella melihat abangnya melirik sekilas ke arah Alex, lalu mendekatinya.

"Bro, kamu kelihatan kacau malam ini," kata Edward sambil menaruh gitarnya dan menarik kursi di seberang Alex.

Alex menghela napas, menatap temannya itu dengan senyum tipis. "Bukan malam yang mudah."

Edward mengangguk paham. "Mau cerita?"

Alex menatap cangkirnya sebelum akhirnya berkata, "Dady minta aku ambil alih perusahaan. Dan Momy mulai nanyain soal jodoh."

Edward tertawa kecil. "Dua beban berat sekaligus. Pantas kamu kelihatan kayak baru dihantam benda yang berat."

Alex mengusap wajahnya. "Aku cuma... belum siap. Atau mungkin lebih tepatnya, aku nggak tahu kapan aku akan siap."

Bella masih memperhatikan mereka dari kejauhan. Entah kenapa, ia merasa ingin mendekati dan berbicara dengan Alex. Tapi ia menahan diri, memilih untuk terus mengamati.

Malam itu, meski dikelilingi musik dan obrolan, Alex tetap tenggelam dalam pikirannya sendiri. Namun, tanpa ia sadari, seseorang sudah mulai memperhatikannya lebih dari yang ia kira.

Episodes
1 Visual
2 Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3 Menulis Diary
4 Pertemuan di Rumah Sakit
5 Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6 Pria Tanpa Cinta
7 Kepulangan Grace
8 Pengakuan yang Tak Terduga
9 Curhatan Grace
10 Cinta Diam-Diam
11 Rasa yang Mulai Berkembang
12 Pertemuan dengan Teman
13 Perjodohan yang Dipertanyakan
14 Ketakutan yang Menyesakkan
15 Drama tanpa Cinta
16 Di Antara Prioritas dan Janji
17 Malam yang Panjang dirumah Sakit
18 Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19 Akhirnya Bisa Bernapas
20 Kembali ke Cafe
21 Bara Dalam Cemburu
22 Rencana Licik Grace
23 Investasi atau alasan tersembunyi
24 Perhatian Lebih
25 Cari Informasi
26 Pengakuan
27 Mengenalkan Laura
28 Rencana Ulang Tahun Alex
29 Ulang Tahun Alex
30 Syair yang Indah
31 Mengambil Keputusan
32 Meragukan Perjodohan
33 Makin Mencintaimu
34 Pertemuan di Mini Market
35 Pengakuan
36 Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37 Bernyanyi bersama
38 Pesan yang Mengusik hati
39 Rencana sepihak
40 Penculikan Bella
41 Surat Perjanjian
42 Tempat di hati
43 Jangan Berharap Cinta Dariku
44 Merasa Diatas Angin
45 Mengincar Alex
46 Gelaran Busana Ny Victoria
47 Perbincangan di Mobil
48 Kecurigaan Edward
49 Menceritakan Semuanya
50 Pertemuan di Restoran
51 Hampa
52 Pengakuan
53 Momen Makan Siang
54 Aku Cinta Padamu
55 Undangan ke Cafe
56 Diary Bella
57 Kedatangan George
58 Permainan yang Lebih Besar
59 Mengetahui Kebenaran
60 Kemarahan George
61 Penuh dengan Pertanyaan
62 Persahabatan dan Musik
63 Undangan Pernikahan
64 Kegundahan
65 Sindiran yang Mengancam
66 Hari Pernikahan
67 Kekecewaan Malam Pertama
68 Kekacauan Pagi Hari
69 Berhadapan Dengan Kenyataan
70 Pulang ke rumah
71 Masalah Perusahaan
72 Perasaan Bersalah
73 Kesiangan
74 Perilaku yang Aneh
75 Sedikit Pertengkaran
76 Bertemu Laura di Bank
77 Rencana berkonsultasi
78 Konsultasi di Cafe
79 Semakin Tertarik
80 Grace Kembali
81 Belum Ada Penyelesaian
82 Kata-Kata Bijak
83 Perasaan Kesal
84 Bertengkar Lagi
85 Memcari Tahu yang Sebenarnya
86 Tidak Boleh Ada Perceraian
87 Menuruti Keinginan Grace
88 Kepuasan yang Semu
89 Jejak Dari Italia
90 Penolakan
91 Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92 Amarah yang Memuncak
93 Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94 Luka yang Tak Terlihat
95 Kehancuran Hati
96 Pecahnya Benteng Pertahanan
97 DEAR READERS
98 Sekarang Aku Mengerti
99 Meninggalkan Sepotong Hati
100 Ancaman untuk Bella
101 Mencoba Memperbaiki Hubungan
102 Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103 Dendam yang Membakar
104 Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Visual
2
Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3
Menulis Diary
4
Pertemuan di Rumah Sakit
5
Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6
Pria Tanpa Cinta
7
Kepulangan Grace
8
Pengakuan yang Tak Terduga
9
Curhatan Grace
10
Cinta Diam-Diam
11
Rasa yang Mulai Berkembang
12
Pertemuan dengan Teman
13
Perjodohan yang Dipertanyakan
14
Ketakutan yang Menyesakkan
15
Drama tanpa Cinta
16
Di Antara Prioritas dan Janji
17
Malam yang Panjang dirumah Sakit
18
Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19
Akhirnya Bisa Bernapas
20
Kembali ke Cafe
21
Bara Dalam Cemburu
22
Rencana Licik Grace
23
Investasi atau alasan tersembunyi
24
Perhatian Lebih
25
Cari Informasi
26
Pengakuan
27
Mengenalkan Laura
28
Rencana Ulang Tahun Alex
29
Ulang Tahun Alex
30
Syair yang Indah
31
Mengambil Keputusan
32
Meragukan Perjodohan
33
Makin Mencintaimu
34
Pertemuan di Mini Market
35
Pengakuan
36
Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37
Bernyanyi bersama
38
Pesan yang Mengusik hati
39
Rencana sepihak
40
Penculikan Bella
41
Surat Perjanjian
42
Tempat di hati
43
Jangan Berharap Cinta Dariku
44
Merasa Diatas Angin
45
Mengincar Alex
46
Gelaran Busana Ny Victoria
47
Perbincangan di Mobil
48
Kecurigaan Edward
49
Menceritakan Semuanya
50
Pertemuan di Restoran
51
Hampa
52
Pengakuan
53
Momen Makan Siang
54
Aku Cinta Padamu
55
Undangan ke Cafe
56
Diary Bella
57
Kedatangan George
58
Permainan yang Lebih Besar
59
Mengetahui Kebenaran
60
Kemarahan George
61
Penuh dengan Pertanyaan
62
Persahabatan dan Musik
63
Undangan Pernikahan
64
Kegundahan
65
Sindiran yang Mengancam
66
Hari Pernikahan
67
Kekecewaan Malam Pertama
68
Kekacauan Pagi Hari
69
Berhadapan Dengan Kenyataan
70
Pulang ke rumah
71
Masalah Perusahaan
72
Perasaan Bersalah
73
Kesiangan
74
Perilaku yang Aneh
75
Sedikit Pertengkaran
76
Bertemu Laura di Bank
77
Rencana berkonsultasi
78
Konsultasi di Cafe
79
Semakin Tertarik
80
Grace Kembali
81
Belum Ada Penyelesaian
82
Kata-Kata Bijak
83
Perasaan Kesal
84
Bertengkar Lagi
85
Memcari Tahu yang Sebenarnya
86
Tidak Boleh Ada Perceraian
87
Menuruti Keinginan Grace
88
Kepuasan yang Semu
89
Jejak Dari Italia
90
Penolakan
91
Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92
Amarah yang Memuncak
93
Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94
Luka yang Tak Terlihat
95
Kehancuran Hati
96
Pecahnya Benteng Pertahanan
97
DEAR READERS
98
Sekarang Aku Mengerti
99
Meninggalkan Sepotong Hati
100
Ancaman untuk Bella
101
Mencoba Memperbaiki Hubungan
102
Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103
Dendam yang Membakar
104
Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!