Pertemuan di Rumah Sakit

Alex turun dari mobilnya, kemudian menuju kedalam rumah.

Begitu melangkah masuk, dari ruang keluarga, Alex langsung disambut oleh aroma lembut lavender yang menyebar dari diffuser di sudut ruangan. Interior rumahnya yang luas, dengan lantai marmer mengkilap dan lampu gantung kristal yang berkilauan, terasa begitu nyaman.

Di ruang keluarga, ibunyasduduk dengan anggun di sofa empuk berwarna krem, ditemani ayahnya yang sedang membaca koran bisnis.

"Kamu baru pulang, Alex?" suara ibunya terdengar lembut tapi tetap penuh wibawa.

Alex melepas jasnya dan menyerahkannya pada salah satu asisten rumah tangga yang sigap mengambilnya. "Iya, Mom. Tadi habis dari toko musik lalu janjian ketemu teman-teman di cafe."

Ayahnya melipat korannya dan menatap Alex sekilas dari balik kacamatanya. "Bagus, tetap jaga koneksi. Teman-teman seperti itu bisa berguna nanti."

Alex hanya mengangguk kecil. Ia sudah terbiasa dengan cara berpikir ayahnya yang selalu strategis. Belum sempat ia duduk, ibunya melanjutkan pembicaraan.

"Oh iya, Lex," ibunya berkata sambil merapikan selendang sutranya, "kapan kamu bisa antar dadymu ke dokter? Mau konsultasi soal badannya yang sering lemas dan pegal itu."

Alex menghela napas pelan sambil melirik ayahnya. Sejak beberapa bulan terakhir, ayahnya memang sering mengeluh soal nyeri di badan, tapi tetap saja enggan ke dokter kalau tidak benar-benar dipaksa.

"Besok pagi bisa enggak, Dad?" tanyanya.

"Biar besok aku coba atur jadwal ke kantor dengan William."

Ayahnya mendengus kecil, meletakkan koran di meja kaca di depannya. "Besok pagi? Nggak bisa siang saja?"

Ibunya langsung menggeleng. "Daddy selalu menunda-nunda. Besok pagi lebih baik, kan? Toh, Alex bisa atur jadwalnya."

Alex tersenyum kecil, tahu betul bahwa ibunya kalau sudah bicara seperti itu, keputusan sudah final, karena ibunya sangat memperhatikan kesehatan suaminya.

"Baiklah, Mom. Besok pagi aku kosongkan jadwal. Kita berangkat jam berapa, Daddy?"

"Jam sembilan?" jawab ayahnya akhirnya, meski nada suaranya terdengar setengah terpaksa.

Ibunya tersenyum puas. "Nah, begitu. Biar nggak makin parah. Jangan terlalu sibuk sampai lupa jaga kesehatan sendiri."

Alex mengangguk, setuju dengan omongan ibunya

"Daddy..., di keluarga kita, bisnis memang penting, tapi kesehatan tetap jadi prioritas," ibunya menambahkan.

*****

 "Bang, vitamin abang habis nih!" serunya begitu melihat abangnya, Edward, sedang asyik mengutak-atik barang yang baru dibelinya, di ruang tengah.

Edward menghela napas, "Ya ampun, Bella. Habis lagi? Abang baru minum beberapa hari, kan?"

"Iya, tapi kan abang minum tiap hari. Bella beliin ya" Bella memasang wajah memelas. Bella tidak ingin abangnya sakit

karena vitamin itu membantu kebugaran fisik abangnya.

"Hmm, oke deh. Tapi nanti ya, abang tanggung selesain dulu sama nih barang," jawab Edward, matanya masih fokus ke efek musik.

Bella mengangguk mengerti. Ia tahu abangnya itu tidak pernah benar-benar menolak permintaannya.

Pagi harinya, Bella sudah siap dengan jaket dan helmnya. "Bang, Bella jalan ya. Abang mau nitip sesuatu lagi?"

"Nggak ada, Bella. Vitamin aja cukup," jawab Edward dari dalam kamarnya.

Bella mengangguk dan segera melajukan motornya. Ia sudah hafal betul di mana Edward biasa membeli vitaminnya. Apotek yang tidak jauh dari rumah mereka.

Namun, sesampainya di sana, Bella harus menelan kekecewaan.

"Maaf, Mbak. Vitamin yang Mbak cari sedang kosong," kata petugas apotek dengan ramah.

"Kosong? Wah, kok bisa?" Bella bingung. Padahal, baru beberapa hari yang lalu abangnya membelinya disini dan masih meminum vitamin itu.

"Iya, Mbak. Memang lagi banyak yang cari vitamin ini. Mungkin Mbak bisa coba cari di apotek lain," saran petugas itu.

Bella berpikir sejenak. Ia tidak mau mengecewakan abangnya. Akhirnya, ia teringat ada Rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari apotek. Ia ingat, di Rumah Sakit itu ada apotek juga menjual beberapa jenis vitamin. "Baiklah, saya coba cari di tempat lain dulu," pamit Bella.

Rumah sakit tu terlihat cukup ramai. Bella memarkirkan motornya dan masuk ke dalam. Ia langsung menuju apotek dan mencari vitamin yang biasa dibeli abangnya.

Saat Bella sedang mencari-cari vitamin, matanya tidak sengaja menangkap sosok yang sangat familiar. Seorang pria yang selama ini selalu ada di pikirannya. Pria yang pernah ia temui di sebuah toko musik, kemarin.

Jantung Bella berdebar kencang. Ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan pria itu di tempat seperti ini. Alex terlihat sedang duduk mengantri menunggu pesanan obat.

Bella mencoba untuk tidak terlalu memperhatikannya. Ia fokus pada vitamin yang sedang ia cari. Namun, rasa penasarannya tidak bisa ia tahan. Ia sesekali melirik ke arah Alex.

Tiba-tiba, pria itu menoleh dan melihat kearah Bella. Sontak ia tersenyum, "Hei, kamu Isabella kan, adiknya Edward?"

Bella yang gugup hanya bisa mengangguk.

 "Iya, kita ketemu di toko musik kemarin," jawab Bella dengan suara sedikit bergetar.

Alex tersenyum, " Iya saya ingat.'"

Bella mengangguk lagi, ia tertunduk tidak berani melihat wajah Alex yang tersenyum begitu tampan, Ia masih merasa sangat gugup.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini, kamu membeli apa?"

"Aku beli vitamin untuk abang Edward."

"Aku juga suka membeli vitamin di sini," kata Alex.

"Oh ya?" Bella sedikit terkejut.

"Kakak sedang mencari vitamin juga?" tanya Bella.

"Tidak, aku sedang mengantarkan ayahku berobat, beberapa hari ini kesehatannya agak menurun."

" Oh, Aku turut prihatin kak, semoga kesehatannya cepat pulih." Bella mendoakan.

"lho kenapa abangmu tidak membelinya sendiri, memang abangmu lagi kemana?"

"Dia lagi ada dirumah, ini niatanku sendiri saja membelikan vitaminnya, agar beliau tetap fit," terang Bella.

"Sepertinya kamu sayang sekali dengan abangmu ya.. beruntung pria yang mendapatkan kamu, pasti diperhatiin ha..ha.."

"Ih kakak, biasa aja kok," muka Bella menjadi memerah tersipu malu.

Pengambilan resep obat atas nama tuan Benjamin sudah terpanggil.

Alex menyudahi obrolannya yang singkat itu dengan Bella.

"Ok Bella, aku pergi dulu ya,

Salam ya untuk kakak kamu,"seru Alex.

"Pasti," jawab Bella sambil tersenyum.

Setelah mendapatkan vitamin yang dicarinya, Bella segera kembali ke rumah. Ia sudah tidak sabar ingin menceritakan pengalamannya kepada Edward.

"Bang, Bella udah dapat vitaminnya nih!" seru Bella begitu sampai di rumah. Edward yang sedang mengutak-atik gitar di kamarnya langsung menghampiri adiknya. "Makasih ya, adikku yang cantik !"

Bella menyerahkan vitamin itu kepada Edward. "Oh iya, tadi Bella ketemu sama cowok ganteng di apotek," cerita Bella sambil tersenyum.

"Cowok ganteng? Siapa?" tanya Edward penasaran.

"Itu lho, yang kita ketemu di toko musik," jawab Bella.

"Oh, Alexander? Kok bisa ketemu di apotek?" Edward semakin penasaran.

"Iya, kak Alex nemenin Ayahnya berobat," jawab Bella.

"O gitu, Edward mengangguk-angguk.

"Wah, kebetulan banget ya. Mungkin aja kalian jodoh," goda Edward.

Bella hanya tersenyum mendengar ucapan kakaknya. Ia sendiri tidak tahu apakah ia memiliki perasaan khusus terhadap pria itu atau tidak. Yang jelas, ia merasa senang bisa bertemu dengannya lagi.

Episodes
1 Visual
2 Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3 Menulis Diary
4 Pertemuan di Rumah Sakit
5 Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6 Pria Tanpa Cinta
7 Kepulangan Grace
8 Pengakuan yang Tak Terduga
9 Curhatan Grace
10 Cinta Diam-Diam
11 Rasa yang Mulai Berkembang
12 Pertemuan dengan Teman
13 Perjodohan yang Dipertanyakan
14 Ketakutan yang Menyesakkan
15 Drama tanpa Cinta
16 Di Antara Prioritas dan Janji
17 Malam yang Panjang dirumah Sakit
18 Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19 Akhirnya Bisa Bernapas
20 Kembali ke Cafe
21 Bara Dalam Cemburu
22 Rencana Licik Grace
23 Investasi atau alasan tersembunyi
24 Perhatian Lebih
25 Cari Informasi
26 Pengakuan
27 Mengenalkan Laura
28 Rencana Ulang Tahun Alex
29 Ulang Tahun Alex
30 Syair yang Indah
31 Mengambil Keputusan
32 Meragukan Perjodohan
33 Makin Mencintaimu
34 Pertemuan di Mini Market
35 Pengakuan
36 Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37 Bernyanyi bersama
38 Pesan yang Mengusik hati
39 Rencana sepihak
40 Penculikan Bella
41 Surat Perjanjian
42 Tempat di hati
43 Jangan Berharap Cinta Dariku
44 Merasa Diatas Angin
45 Mengincar Alex
46 Gelaran Busana Ny Victoria
47 Perbincangan di Mobil
48 Kecurigaan Edward
49 Menceritakan Semuanya
50 Pertemuan di Restoran
51 Hampa
52 Pengakuan
53 Momen Makan Siang
54 Aku Cinta Padamu
55 Undangan ke Cafe
56 Diary Bella
57 Kedatangan George
58 Permainan yang Lebih Besar
59 Mengetahui Kebenaran
60 Kemarahan George
61 Penuh dengan Pertanyaan
62 Persahabatan dan Musik
63 Undangan Pernikahan
64 Kegundahan
65 Sindiran yang Mengancam
66 Hari Pernikahan
67 Kekecewaan Malam Pertama
68 Kekacauan Pagi Hari
69 Berhadapan Dengan Kenyataan
70 Pulang ke rumah
71 Masalah Perusahaan
72 Perasaan Bersalah
73 Kesiangan
74 Perilaku yang Aneh
75 Sedikit Pertengkaran
76 Bertemu Laura di Bank
77 Rencana berkonsultasi
78 Konsultasi di Cafe
79 Semakin Tertarik
80 Grace Kembali
81 Belum Ada Penyelesaian
82 Kata-Kata Bijak
83 Perasaan Kesal
84 Bertengkar Lagi
85 Memcari Tahu yang Sebenarnya
86 Tidak Boleh Ada Perceraian
87 Menuruti Keinginan Grace
88 Kepuasan yang Semu
89 Jejak Dari Italia
90 Penolakan
91 Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92 Amarah yang Memuncak
93 Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94 Luka yang Tak Terlihat
95 Kehancuran Hati
96 Pecahnya Benteng Pertahanan
97 DEAR READERS
98 Sekarang Aku Mengerti
99 Meninggalkan Sepotong Hati
100 Ancaman untuk Bella
101 Mencoba Memperbaiki Hubungan
102 Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103 Dendam yang Membakar
104 Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Visual
2
Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3
Menulis Diary
4
Pertemuan di Rumah Sakit
5
Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6
Pria Tanpa Cinta
7
Kepulangan Grace
8
Pengakuan yang Tak Terduga
9
Curhatan Grace
10
Cinta Diam-Diam
11
Rasa yang Mulai Berkembang
12
Pertemuan dengan Teman
13
Perjodohan yang Dipertanyakan
14
Ketakutan yang Menyesakkan
15
Drama tanpa Cinta
16
Di Antara Prioritas dan Janji
17
Malam yang Panjang dirumah Sakit
18
Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19
Akhirnya Bisa Bernapas
20
Kembali ke Cafe
21
Bara Dalam Cemburu
22
Rencana Licik Grace
23
Investasi atau alasan tersembunyi
24
Perhatian Lebih
25
Cari Informasi
26
Pengakuan
27
Mengenalkan Laura
28
Rencana Ulang Tahun Alex
29
Ulang Tahun Alex
30
Syair yang Indah
31
Mengambil Keputusan
32
Meragukan Perjodohan
33
Makin Mencintaimu
34
Pertemuan di Mini Market
35
Pengakuan
36
Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37
Bernyanyi bersama
38
Pesan yang Mengusik hati
39
Rencana sepihak
40
Penculikan Bella
41
Surat Perjanjian
42
Tempat di hati
43
Jangan Berharap Cinta Dariku
44
Merasa Diatas Angin
45
Mengincar Alex
46
Gelaran Busana Ny Victoria
47
Perbincangan di Mobil
48
Kecurigaan Edward
49
Menceritakan Semuanya
50
Pertemuan di Restoran
51
Hampa
52
Pengakuan
53
Momen Makan Siang
54
Aku Cinta Padamu
55
Undangan ke Cafe
56
Diary Bella
57
Kedatangan George
58
Permainan yang Lebih Besar
59
Mengetahui Kebenaran
60
Kemarahan George
61
Penuh dengan Pertanyaan
62
Persahabatan dan Musik
63
Undangan Pernikahan
64
Kegundahan
65
Sindiran yang Mengancam
66
Hari Pernikahan
67
Kekecewaan Malam Pertama
68
Kekacauan Pagi Hari
69
Berhadapan Dengan Kenyataan
70
Pulang ke rumah
71
Masalah Perusahaan
72
Perasaan Bersalah
73
Kesiangan
74
Perilaku yang Aneh
75
Sedikit Pertengkaran
76
Bertemu Laura di Bank
77
Rencana berkonsultasi
78
Konsultasi di Cafe
79
Semakin Tertarik
80
Grace Kembali
81
Belum Ada Penyelesaian
82
Kata-Kata Bijak
83
Perasaan Kesal
84
Bertengkar Lagi
85
Memcari Tahu yang Sebenarnya
86
Tidak Boleh Ada Perceraian
87
Menuruti Keinginan Grace
88
Kepuasan yang Semu
89
Jejak Dari Italia
90
Penolakan
91
Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92
Amarah yang Memuncak
93
Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94
Luka yang Tak Terlihat
95
Kehancuran Hati
96
Pecahnya Benteng Pertahanan
97
DEAR READERS
98
Sekarang Aku Mengerti
99
Meninggalkan Sepotong Hati
100
Ancaman untuk Bella
101
Mencoba Memperbaiki Hubungan
102
Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103
Dendam yang Membakar
104
Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!