Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama

Bella terbangun karena cahaya matahari yang menyilaukannya. Lalu ia menutup matanya kembali, tetapi cahaya itu terus memancar. Bella membuka matanya lagi dan melihat sekelilingnya. Huuaammhh.... jam berapa sekarang ( gumamnya)?" Jam dinding menunjukkan pukul 9 pagi.

Sesaat terdengar suara dari luar kamar memanggil namanya seraya mengetuk pintu.

"Bell.. Bella... tok.. tok..tok.. ayo bangun, tok..tok..tok.. Bella... huh!! susah amat sih kalo dibangunin."

"Iyaaa.. Bang Ed, aku udah bangun kok, ada apa sih kayak ada kebakaran aja"

Bella lalu turun dari tempat tidurnya menuju arah pintu kamarnya yang diketuk. Cklek, " Apaan sih Bang?" Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Gimana sih, katanya kamu mau ikut Abang ke toko musik. Ayo siap-siap, kata si Paul ada toko musik yang baru dibuka di State Street, katanya tokonya lumayan luas dan kumplit juga."

"Duh Bang Ed, baru juga jam sembilan pagi," sambil menunjuk kearah jam dinding di kamarnya.

"Aku juga belum nyiapin sarapan, bersihin kamar, beres-beres rumah, walaupun rumah kontrakan tapi kan harus tetap bersih dan rapi, Bang."

Edward selama ini menyewa rumah sederhana dengan tiga kamar kecil didalamya. Rumah itu lumayan fungsional dan asri, ada teras kecil didepan dan halaman yang tidak begitu luas tetapi cukup untuk menata tanaman hias dan pohon peneduh, disebelahnya ada carport bisa untuk tamu yang ingin memarkir satu mobil. Selain Edward dan Bella yang menghuni rumah itu, ada juga Paul yang ikut menginap tetapi hanya sesekali karena sebenarnya Paul sudah mempunyai rumah warisan dari orang tuanya tapi karena rumah itu lumayan jauh dari tempat ia bekerja akhirnya dia ikut dengan Edward karena memang mereka satu kerjaan.

"Ah, sudahlah kamu itu jangan pikirin sarapan, dan lain-lain. Pokoknya sekarang kamu mandi terus kita berangkat kesana."

"Bang Ed, ngapain sih pagi-pagi amat, paling juga tokonya buka jam sebelasan. Daripada kita nunggu lama disitu mendingan aku beres-beres dulu disini, lagian juga abang belum sarapan,nanti maagnya kambuh lagi."

"Haaahh.. kamu itu ya, kaya ibu-ibu bawel. Mustinya kamu tuh udah cari calon suami. Mau aku cariin?" Seraya tersenyum usil.

"Phuuft... bukannya abang mustinya yang cari calon istri.Inget umur bang, udah 32 taun lho he..he..."

"Dasar ini anak enggak mau kalah, ya udah kamu mau bikin sarapan apa? Kasih tau aku kalo sudah siap."

*****

"William, saya ingin membahas jadwal pengiriman barang ke luar negeri minggu ini. Apa yang sudah kamu siapkan?"

"Saya sudah membuat daftar jadwal pengiriman, termasuk pengiriman ke Asia dan Eropa, Bos. Saya juga sudah menghubungi pihak logistik untuk memastikan bahwa semua barang sudah siap untuk dikirim."

"Coba saya ingin lihat daftar tersebut. Apa kamu sudah mengurus dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk ekspor, seperti Sertificate of Origin dan komersial invoicenya?"

"Sudah Bos. Saya juga sudah menghubungi pihak bea cukai untuk memastikan bahwa semua prosedur ekspor sudah dipenuhi."

 "Bagus. O,ya coba kamu pantau pengiriman barang dan pastikan bahwa semua barang sampai di tujuan dengan selamat. Apa kamu sudah menghubungi pihak logistik untuk memantau."

"Baik Bos, saya akan memastikan bahwa semua informasi tentang pengiriman sudah terupdate dan dapat diakses oleh tim."

"Baik, saya percaya kamu bisa melakukannya."

"Will, apakah ada hal lain yang perlu saya ketahui tentang jadwal minggu ini?"

 "Tidak ada, Bos. Saya sudah memastikan bahwa semua jadwal kerja sudah teratur."

"Ok, berarti siang ini rapat dengan klien tidak ada ya. Siang ini saya ada keperluan, kalau ada yang menanyakan, besok saja lansung ke ruangan saya."

"Baik Bos, apakah perlu saya antar Bos?"

"Tidak usah saya pergi sendiri saja."

*****

"Bang, dimana bang Paul, dari tadi enggak keliatan?"

"Dia pulang dulu ke rumahnya."

"Oh, jadi kita berdua aja yang berangkat?"

"Iya dia udah pergi kesana beberapa hari yang lalu, kebetulan lewat sana, dia bilang sih barang-barangnya banyak pilihan. Makanya aku penasaran, kalo ada yang oke dan harganya cocok ya..beli."

"Iya bang, siapa tau juga masih harga promo, kan tokonya baru."

"Tapi kita enggak bisa lama ya, bang? Nanti sore kita harus ke cafe.."

"Iya... ini juga cuma liat-liat aja dulu.."

Setibanya di toko musik, Edward memarkirkan motornya. Agak susah juga mencari parkiran yang kosong, akhirnya dia dapat ditempat yang agak jauh dari pintu masuk toko.

Bella menunggu diteras toko, sambil memainkan jari-jarinya di touchscreen handphone untuk membalas pesan dari temannya.

Edward berlari-lari kecil menghampiri adiknya itu, lalu bersama-sama masuk kedalam toko.

"Woow.. tokonya luas ya, bang."

Toko itu penuh dengan alat musik yang tersusun rapi. Gitar tergantung di dinding, keyboard berjejer di satu sisi, semua dengan berbagai merk dan rak penuh dengan aksesoris serta piringan hitam memenuhi sudut ruangan. Aroma kayu gitar dan cat baru bercampur, juga melodi lembut yang diputar dari speaker toko. Membuat pengunjung menjadi betah berlama-lama didalam.

Bella berjalan mendekati aksesoris musik sambil memutar-mutar ujung rambutnya, kebiasaan yang selalu muncul saat ia merasa antusias.

Di sebelahnya, Edward berdiri diam, matanya tidak fokus pada alat musik di sekitarnya, tetapi pada sosok yang dia merasa sering melihatnya, dimana? Tapi akhirnya tidak ia pedulikan, ia kembali melihat alat musik.

Beberapa saat, Bella merasakan panggilan untuk pergi ke toilet, Bella segera minta izin ke abangnya untuk pergi sebentar.

Tiba-tiba, seorang pria muncul dari balik rak drum elektrik. "Hai, sorry apa anda orang yang show di Huckleberry Roasters Cafe?" suaranya penuh keheranan, tapi juga hangat.

"Ah, eh.., iya betul tuan." pertanyaan itu membuat Edward gugup. Karena baru tadi dia memperhatikan pria itu yang memang dia sering melihatnya.

"Perkenalkan, Nama saya Alexander, panggil saja saya Alex, siapa namamu?"

" Kalau aku Edward, panggil saja aku Ed tuan."

" Ah, tolong jangan panggil saya tuan, Alex saja, dan lagi kayaknya kita seumur. Berapa umurmu?"

"Umur?! Oh... 32 taun."

"Ah betul kita seumuran, saya 33 tahun. Senang berkenalan denganmu Edward."

"Ee.. tuan Alex.. kal.."

"Tuan lagi!"

"Oh.. sorry maksudku, Alex kalo memang kita seumuran,bahasanya jangan kaku gini, jujur aja aku nggak biasa."

"Ha..ha..ha.. ya,ya sorry aku terbiasa bicara seperti ini ditempat kerjaku."

"Oke, nggak jadi masalah..."

"Ed, aku itu pelanggan di Huckleberry Roasters Cafe. Di cafe tempatmu bekerja. Aku senang berlama-lama disana, karna aku senang musikmu. Aku penyuka musik."

"Oh.. terima kasih."

Alat musik apa yang kamu kuasai, Alex?"

"Ada beberapa, tapi aku lebih menyukai gitar akustik."

"Kalo kamu sendiri gimana?"

"Aku suka semua jenis gitar."

Bella baru keluar dari toilet, di area toko dia tidak melihat dimana abangnya berada. Akhirnya dia putuskan untuk mencari sambil mengamati alat-alat musik yang ada.

Bella menoleh ke arah kanan, ternyata abangnya sudah terlihat olehnya, tapi... siapa pria yang bersama abangnya itu??

Matanya membulat, melihat sosok pria yang begitu sempurna di matanya. Bella menghampiri keduanya.

"Bang, aku cari-cari tadi ternyata disini."

"Eh, Bell kenalin ini temen abang.."

"Hai.. aku Alex." Matanya yang biru memandanginya dengan tajam, tangannya diulurkan menunggu balasan salam dari Bella.

"Aku Isabella, tapi panggil saja aku Bella, Om.."Membalas salam dari Alex.

" Om..?? Ha..ha..ha.. setua itukah aku Bella?

Aku seumuran dengan abangmu ini, jadi panggil aja aku kakak."

Alex berdiri di depannya dengan postur yang tegap. Jas hitam yang terlihat rapi dan kemeja putih bergaris yang terpasang dengan sempurna di atas tubuhnya yang atletis, membuatnya terlihat seperti seorang eksekutif muda yang sukses. Namun, ada sesuatu dalam senyumnya yang begitu manis yang membuatnya terlihat terkesan lebih elegan.

Bella merasa ada perasaan lain saat perkenalan itu, ada rasa dalam pandangan pertama.

Episodes
1 Visual
2 Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3 Menulis Diary
4 Pertemuan di Rumah Sakit
5 Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6 Pria Tanpa Cinta
7 Kepulangan Grace
8 Pengakuan yang Tak Terduga
9 Curhatan Grace
10 Cinta Diam-Diam
11 Rasa yang Mulai Berkembang
12 Pertemuan dengan Teman
13 Perjodohan yang Dipertanyakan
14 Ketakutan yang Menyesakkan
15 Drama tanpa Cinta
16 Di Antara Prioritas dan Janji
17 Malam yang Panjang dirumah Sakit
18 Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19 Akhirnya Bisa Bernapas
20 Kembali ke Cafe
21 Bara Dalam Cemburu
22 Rencana Licik Grace
23 Investasi atau alasan tersembunyi
24 Perhatian Lebih
25 Cari Informasi
26 Pengakuan
27 Mengenalkan Laura
28 Rencana Ulang Tahun Alex
29 Ulang Tahun Alex
30 Syair yang Indah
31 Mengambil Keputusan
32 Meragukan Perjodohan
33 Makin Mencintaimu
34 Pertemuan di Mini Market
35 Pengakuan
36 Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37 Bernyanyi bersama
38 Pesan yang Mengusik hati
39 Rencana sepihak
40 Penculikan Bella
41 Surat Perjanjian
42 Tempat di hati
43 Jangan Berharap Cinta Dariku
44 Merasa Diatas Angin
45 Mengincar Alex
46 Gelaran Busana Ny Victoria
47 Perbincangan di Mobil
48 Kecurigaan Edward
49 Menceritakan Semuanya
50 Pertemuan di Restoran
51 Hampa
52 Pengakuan
53 Momen Makan Siang
54 Aku Cinta Padamu
55 Undangan ke Cafe
56 Diary Bella
57 Kedatangan George
58 Permainan yang Lebih Besar
59 Mengetahui Kebenaran
60 Kemarahan George
61 Penuh dengan Pertanyaan
62 Persahabatan dan Musik
63 Undangan Pernikahan
64 Kegundahan
65 Sindiran yang Mengancam
66 Hari Pernikahan
67 Kekecewaan Malam Pertama
68 Kekacauan Pagi Hari
69 Berhadapan Dengan Kenyataan
70 Pulang ke rumah
71 Masalah Perusahaan
72 Perasaan Bersalah
73 Kesiangan
74 Perilaku yang Aneh
75 Sedikit Pertengkaran
76 Bertemu Laura di Bank
77 Rencana berkonsultasi
78 Konsultasi di Cafe
79 Semakin Tertarik
80 Grace Kembali
81 Belum Ada Penyelesaian
82 Kata-Kata Bijak
83 Perasaan Kesal
84 Bertengkar Lagi
85 Memcari Tahu yang Sebenarnya
86 Tidak Boleh Ada Perceraian
87 Menuruti Keinginan Grace
88 Kepuasan yang Semu
89 Jejak Dari Italia
90 Penolakan
91 Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92 Amarah yang Memuncak
93 Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94 Luka yang Tak Terlihat
95 Kehancuran Hati
96 Pecahnya Benteng Pertahanan
97 DEAR READERS
98 Sekarang Aku Mengerti
99 Meninggalkan Sepotong Hati
100 Ancaman untuk Bella
101 Mencoba Memperbaiki Hubungan
102 Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103 Dendam yang Membakar
104 Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Visual
2
Ada Rasa Dalam Pandangan Pertama
3
Menulis Diary
4
Pertemuan di Rumah Sakit
5
Jawaban untuk Pertanyaan Sulit
6
Pria Tanpa Cinta
7
Kepulangan Grace
8
Pengakuan yang Tak Terduga
9
Curhatan Grace
10
Cinta Diam-Diam
11
Rasa yang Mulai Berkembang
12
Pertemuan dengan Teman
13
Perjodohan yang Dipertanyakan
14
Ketakutan yang Menyesakkan
15
Drama tanpa Cinta
16
Di Antara Prioritas dan Janji
17
Malam yang Panjang dirumah Sakit
18
Tidak Perlu Berharap Terlalu Banyak
19
Akhirnya Bisa Bernapas
20
Kembali ke Cafe
21
Bara Dalam Cemburu
22
Rencana Licik Grace
23
Investasi atau alasan tersembunyi
24
Perhatian Lebih
25
Cari Informasi
26
Pengakuan
27
Mengenalkan Laura
28
Rencana Ulang Tahun Alex
29
Ulang Tahun Alex
30
Syair yang Indah
31
Mengambil Keputusan
32
Meragukan Perjodohan
33
Makin Mencintaimu
34
Pertemuan di Mini Market
35
Pengakuan
36
Diantara Ungkapan Perasaan Masing-masing
37
Bernyanyi bersama
38
Pesan yang Mengusik hati
39
Rencana sepihak
40
Penculikan Bella
41
Surat Perjanjian
42
Tempat di hati
43
Jangan Berharap Cinta Dariku
44
Merasa Diatas Angin
45
Mengincar Alex
46
Gelaran Busana Ny Victoria
47
Perbincangan di Mobil
48
Kecurigaan Edward
49
Menceritakan Semuanya
50
Pertemuan di Restoran
51
Hampa
52
Pengakuan
53
Momen Makan Siang
54
Aku Cinta Padamu
55
Undangan ke Cafe
56
Diary Bella
57
Kedatangan George
58
Permainan yang Lebih Besar
59
Mengetahui Kebenaran
60
Kemarahan George
61
Penuh dengan Pertanyaan
62
Persahabatan dan Musik
63
Undangan Pernikahan
64
Kegundahan
65
Sindiran yang Mengancam
66
Hari Pernikahan
67
Kekecewaan Malam Pertama
68
Kekacauan Pagi Hari
69
Berhadapan Dengan Kenyataan
70
Pulang ke rumah
71
Masalah Perusahaan
72
Perasaan Bersalah
73
Kesiangan
74
Perilaku yang Aneh
75
Sedikit Pertengkaran
76
Bertemu Laura di Bank
77
Rencana berkonsultasi
78
Konsultasi di Cafe
79
Semakin Tertarik
80
Grace Kembali
81
Belum Ada Penyelesaian
82
Kata-Kata Bijak
83
Perasaan Kesal
84
Bertengkar Lagi
85
Memcari Tahu yang Sebenarnya
86
Tidak Boleh Ada Perceraian
87
Menuruti Keinginan Grace
88
Kepuasan yang Semu
89
Jejak Dari Italia
90
Penolakan
91
Daniel Mengungkap Fakta kepada Alex
92
Amarah yang Memuncak
93
Rumah yang Tak Lagi Menenangkan
94
Luka yang Tak Terlihat
95
Kehancuran Hati
96
Pecahnya Benteng Pertahanan
97
DEAR READERS
98
Sekarang Aku Mengerti
99
Meninggalkan Sepotong Hati
100
Ancaman untuk Bella
101
Mencoba Memperbaiki Hubungan
102
Langkah yang Tak Bisa Ditunda
103
Dendam yang Membakar
104
Tak Ada Lagi Tempat Bersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!