Beberapa hari kemudian, sekarang adalah seleksi terakhir. Memang hanya selisih beberapa hari saja. Rika berjalan menuju ke aula dimana di sana diadakannya seleksi.
"Udah masuk sana" Amel mendorong tubuh Rika untuk masuk.
"Gue batalin aja, males"
"Ya ampun Rik, sayang tau kalau lo mundur. Udah gue do'ain dari sini. Sana masuk!" Paksa Amel mendorong tubuh Rika masuk ke dalam.
Iya tak iya, Rika masuk. Hampir semuanya sudah ada. Pak Robert (selaku kepala sekolah) di dampingi beberapa guru untuk mengecek dan mengintai.
"Baik, seleksi terakhir akan kita mulai. Sebelum itu, tak ada buku, handphone atau peralatan bantu lainnya. Semuanya dimasukan kedalam tas! Jika ada murid yang ketahuan menyontek akan terkena denda. Mengerti?" Ucap Pak Robert.
"Mengerti pak!"
Para panitia memberikan kertas seleksi. Rika menerima dan mengerjakannya. Sebenarnya malas juga untuk mengerjakan apalagi di sampingnya ada Sania.
Semuanya berjalan dengan lancar, hingga mata Rika melirik kearah sebelah.
Rika berdecih "Bawa contekan ternyata?" Batin Rika.
Rika yang tak peduli melanjutkan kembali mengerjakan seleksinya. Hingga kertas yang sudah dibentuk bola menggelinding kearahnya.
Bu Gen yang melihat kertas tersebut berjalan menghampiri meja Rika, berjongkok dan mengambil kertas tersebut.
"Ini apa?"
Rika menoleh, menatap kertas yang dipegang oleh Bu Gen. Menatap ke samping, terdapat Sania yang tersenyum remeh kepadanya.
"Bukan punya saya" Ucap Rika dengan santai.
Dirinya tau hal ini akan terjadi, tapi Rika yang sifatnya bodo amat, tak peduli. Percuma juga kalau dirinya melawan atau tidak pun hal ini juga akan terjadi.
Rika berjalan menuju ke kamar mandi, tapi langkahnya terhenti ketika mendengarkan namanya tersebut.
"Gue bakal bikin Rika gak lolos seleksi" Ucap gadis tersebut yaitu Sania.
Rika yang ingin melanjutkan jalannya berhenti di depan kamar mandi. Dirinya penasaran apa yang akan dia lakukan terhadapnya.
"Maksud lo gimana?" Tanya gadis lainnya dengan jam tangan pink yang bertengger pada tangan kanannya.
"Nanti waktu seleksi, di jam pertengahan gue akan buka lembaran yang berisi jawaban dan nanti gue bakal lempar kearah Rika. Gue pastiin dia akan kena denda dan gak akan lulus" Ucap Sania dengan senyum jahatnya.
"Bagus juga ide lo, semoga aja Rika gak lulus" Ucap gadis dengan baju berwarna putih.
Rika yang mendengarkan hal tersebut tersenyum, gak ada habisnya buat ganggu hidup orang.
Makanya sebelum Rika masuk, dirinya ingin mengundurkan diri dari seleksi. Tapi karena paksaan dari Amel mau tak mau Rika menuruti.
"Kalau bukan punya kamu kenapa ada di bawah kamu?" Tanya Bu Gen sambil membaca kertas yang berisi contekan.
"Saya gak tau bu"
"Kamu tau kan kalau ada yang menyontek akan kena denda?" Bu Gen menatap tajam Rika.
Padahal Bu Gen berharap banyak pada Rika, tau sendiri Rika cukup pintar untuk perlombaan seperti ini. Eh malah ini terjadi
"Saya tau! Tapi itu bukan punya saya. Kalau ibu gak percaya ibu bisa cek tulisannya"
"Ya elah, orang bohong mana mau ngaku. Kalau ngaku penjara penuh kali" Cibir Sania.
Rika hanya diam. "Baik, karena kamu udah ketahuan menyontek. Kamu tidak lolos dalam seleksi ini"
Rika mengangguk membereskan barang-barang dengan santai. "Tanpa ibu minta saya juga akan pergi sendiri. Permisi" Rika berjalan meninggalkan aula.
Sebelum itu dia membisikan suatu hal ke telinganya Sania.
"Tenang aja gue gak akan sebar rekaman dimana lo dan dua anak buah lo rencana-in ini semua. Tapi lo ingat satu hal, gue bisa aja bongkar kebusukan lo" Bisikan Rika.
Sania yang mendengarkan itu hanya tersenyum remeh. "Gak peduli"
...…...
"Lho kok lo keluar?" Amel bingung melihat keberadaan Rika yang sudah selesai. Kan dituduh menyontek.
"Biasa"
"Berulah lagi?" Rika mengangguk. "Gila tuh cewek, makin hari gak makin bener, malah makin menjadi" Amel hanya bisa menggelengkan kepala.
"Kantin aja, haus gue" Rika merangkul pundak Amel menuju ke kantin yang dekat dengan aula.
"Bentar-bentar-bentar, kenapa gak lo lawan aja?" Tanya Amel sambil berjalan menuju ke kantin.
"Males"
...…...
"Gue kekamar mandi dulu" Pamit Rika yang langsung menuju ke kamar mandi.
Cukup rame di dalam kamar mandi, Rika tak peduli, dengan cepat dirinya masuk kedalam kamar mandi. Lima menit akhirnya dirinya selesai juga.
Memutar kunci dan membuka pintu.
Byur..
Air yang ada di atas pintu tumpah membasahi baju Rika, memejamkan matanya. Menahan amarah yang ada di dalam dirinya.
Menatap ke sekitar, banyak anak yang membicarakannya dengan bisik-bisik.
"Siapa yang taruh air di atas pintu?" Rika menatap tajam mereka.
"Jawab!" Teriak Rika yang membuat mereka semua menggeleng dan meninggalkan kamar mandi.
Bruk
Mendobrak pintu dengan kesal.
Amel masuk, dirinya kaget melihat Rika yang basah kuyup seperti ini. "Lo mandi Rik?" Beo Amel yang dapat tatapan tajam dari Rika.
"Ndasmu! Ya kali gue mandi sampe basah kuyup gini" Kesal Rika.
"Entar gue bawa kaos deh kayaknya sih" Amel mengeledah tasnya dan menemukan handuk kecil serta kaos hitam dengan logo 'BTS' di saku kanannya.
"Thanks" Rika mengambil baju pemberian Amel dan masuk kembali ke kamar mandi.
Sekitar lima menit Rika sudah selesai dengan gantinya. Untung saja Amel bawa tasnya dan membawa baju kalau gak sudah basah kuyup Rika nya.
"Kok bisa sih sampai ketumpahan air gini?" Tanya Amel menyandarkan diri di wastafel menatap Rika yang mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Siapa lagi kalau bukan tuh anak. Gue gak bisa diem aja lama kelamaan dia makin ngelunjak"
"Iya sih, lo kasih pelajaran aja biar jera" Ucap Amel yang setuju dengan ucapan Rika.
...…...
Menatap tajam seseorang yang dari tadi Rika cari, berjalan menghampiri meja tersebut.
Bruk
Rika mendobrak meja Sania yang membuat dirinya serta kedua temannya kaget. Bukan hanya kedua temannya saja melainkan satu kantin dibuat kaget oleh dobrakan tersebut.
"Sial maksud lo apa!" Ucap Sania yang tak Terima.
"Lo tanya maksud gue apa? Gue tanya sama lo! Maksud lo apa taruh ember di atas pintu kamar mandi?" Rika menatap Sania datar.
"Bukan gue yang lakuin"
"Bukan lo, tapi anak buah lo" Amel menatap tajam kedua teman Sania, bukan teman hanya babu.
"Terus kalau iya kenapa?" Ucap Sania menatap nyalang musuhnya.
Rika tersenyum remeh, mengambil gelas berisi jus jeruk dan menguyur ke wajah Sania.
"Akh"
Semua mahasiswa-mahasiswi tak ada yang memisahkan mereka, mereka malah melihat dan merekam pertengkaran ini.
Ini bukan hal yang tak terjadi, ini adalah hal wajar. Sania. dan Rika adalah musuh bebuyutan mulai SMA hingga kuliah mereka tak berhenti untuk bertengkar.
Bukan Sania namanya kalau gak cari masalah.
"Berani lo guyur gue?"
"Kenapa takut? Biar otak lo bersih! Gue kasih peringatan sama lo. Gue bisa kapan aja bukan semua kebusukan lo, tapi karena gue gak mau tambah masalah jadi rumit jadi gue diemin lo"
"Terus gue takut sama sampah kayak lo?" Tanya Sania yang tak kalah tajam menatap Rika.
Walaupun begitu dirinya juga sedikit takut. Apalagi Rika punya bukti tentang kejahatan yang pernah ia lakukan.
Rika memang bisa saja melaporkan tindakan Sania, sudah tau Rika malas memperpanjang urusan. Jadi dirinya akan diam, jangan salah di balik kediaman Rika dia bisa saja membongkar kelakuan jahat yang siapapun lakukan.
"Sampah! Teriak sampah" Cibir Amel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
haduhhhhjjjj puasa puasa kok bahas sampah😅😂
2021-04-21
2
Dea Relita
hadir 10 like kak, semangat selalu di tunggu feedbacknya.
2021-03-18
0
Nindita Larasaty
Gk sopan bngt sih lu Rika manggil calsum lo gue, calis macam apa lu gk ada sopan"nya.
2021-03-06
1