Bab.19

 Berada di dalam mobil, yang sejak tadi terasa hening. langit hanya terdiam saja, biasanya bocah itu selalu berceloteh apalagi bersama dengan papi nya.

 Faris begitu menyayangi putra nya, dia merasa kasihan karena selama ini langit butuh sosok ibu, dia terlalu egois. Selama ini dia berusaha menjadi sosok pengganti buat ibu langit, tapi ternyata itu tak cukup, lihat saja bocah itu malah terlihat melamun sepanjang perjalanan.

  "Nak, ada apa, kenapa melamun?" tanya nya sambil tersenyum tipis ke arah putra nya

"Tidak pih, aku baik baik saja!" ucap nya sambil menatap jalanan

"Papi tau, mungkin kamu belum menerima Aruna, tapi percayalah dia wanita yang baik, papi jamin kamu bakalan mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari nya!"

"Aku masih terlalu takut pih, teman ku memiliki ibu tiri dan ternyata ibu nya jahat dan kejam, aku takut!" ucap nya sambil menundukkan kepala

Faris menghela nafas berat nya, menoleh ke arah putra nya. mungkin ini yang menyebabkan putra nya tak suka dia menikah lagi, karena takut ibu sambung nya akan berbuat sesuatu untuknya.

 Faris memberhentikan mobil nya ke pinggir, dan menatap putra nya dengan sendu.

"Apa kamu masih belum bisa menerima Tante Aruna sayang?"

"Aku masih terlalu takut pih, aku takut seperti akan bernasib seperti ibu nya zain!" ucap nya dengan masih menunduk

 Zain adalah sahabat nya di sekolah, Zain memiliki ibu tiri yang kejam, sejak menikah lagi papa nya itu tak pernah memperdulikan nya. bahkan dia kerap sekali murung saat pergi ke sekolah.

"Dengarkan papi nak, tak semua ibu tiri itu jahat, tak semua orang bersikap seperti ibu nya zain, papi memilih Aruna karena yakin dengan sifat lemah lembut nya, akan berhasil membuat mu nyaman, papi merasa bersalah dengan mu, langit. selama ini kamu butuh sosok seorang ibu, kau butuh pelukan seorang ibu, tapi papi egois membiarkan mu mandiri sejak kecil.

"Maafkan papi nak, ini salah papi, Tante Aruna tak salah, dia wanita yang baik, percayalah nak, papi yang telah membuat nya menjadi istri papi, papi merasa bersalah dengan wanita itu, dia sudah banyak menderita.

Langit hanya terdiam menatap papi nya yang berbicara menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi. langit ini termasuk anak yang cerdas, untung saja kepintaran Faris nurun ke langit.

"Kamu tau, Tante Aruna juga memiliki ibu tiri, dia begitu kejam kepada Tante Aruna, kalau kamu mau tau banyak hal, cobalah bertanya kepada nya, seperti apa kehidupan nya di masa lalu bersama ibu tiri nya sendiri!"

"Bagaimana pih, ceritakan kepada ku!" ucap bocah itu yang ikut penasaran.

Faris tersenyum tipis melihat wajah anak nya yang penasaran. Dia tau langit ini termasuk anak yang memiliki insting yang kuat, dan rasa penasaran yang cukup tinggi.

"Kalau kamu penasaran tanyakan saja kepada mami kamu itu, ayok sudah siang bentar lagi masuk ke kelas, let's go!" ucap Faris tersenyum tipis

"Pih." ucap nya dengan cemberut

Dia masih terlalu penasaran tentang apa yang dibilang papi nya tadi, haruskah dia bertanya kepada wanita itu, tapi dia terlalu gengsi untuk dekat dengan Aruna, papi nya memang menyebalkan!"

"Kamu jangan seperti Oma mu langit, merendahkan orang lain, dan juga berkata kasar kepada orang yang ga bersalah sedikitpun. Bukan Tante Aruna yang menjebak pernikahan ini, papi lah yang bersalah dengan Aruna, jadi papi mohon jangan terhasut omongan Oma kamu itu ya?"

"Hmm.."

"Bagus, good boy. jangan terlalu diam, bergaul lah dengan anak anak lainnya. papi ke kantor dulu, cup.." assalamualaikum.

 "Walaikumsalam.."Jawab nya yang masih memandang mobil papi nya yang sudah mulai jauh tak terlihat

"Haruskah aku bertanya dengan Tante Aruna?" gumam bocah itu dengan wajah datar nya

***

Di desa saat ini terjadi kekacauan di rumah milik beni, sawah nya gagal panen, karena banyak nya tikus tikus yang menyerang padi milik nya, apalagi beberapa buah di kebun juga banyak yang mati, musim kemarau membuat nya menjadi rugi besar tahun ini.

 "Ayah, kenapa kok wajah nya murung terus?" tanya Susi yang masih bersantai sambil memakan gorengan dari tetangga sebelah

"Semu nya hancur Bu, kita rugi besar tahun ini!" desis nya dengan wajah frustasi.

"Apa! bagaimana bisa, apa yang terjadi yah. Kamu ga becus ya jaga kebun dan sawah nya?" teriak susi dengan nada sarkas

Mendengar penuturan istri nya, membuat pak beni menoleh dan menatap tajam.

 "Bisa bisa nya kau menyalahkan ku, ini semua karena ulah mu juga. Setiap hari tau nya duit-duit terus!" bentaknya dengan keras

"Kok nyalahin ibu si yah. Itu kewajiban mu memberikan ku uang, lagi pula sawah, kebun, dan rumah ini juga bukan punya mu!" ketus nya dengan sinis

"Bu, yah. Kok berantem sih pagi pagi begini" ucap Ketty yang baru bangun tidur.

"Kamu juga, udah siang bukannya bangun, siapin sarapan, malah enak enakan berduaan terus!" sindir Susi.

Ketty kesal melihat ibu nya itu, dia hanya bisa diam, sebab memang yang diucapkan ibu nya benar, dia selalu bangun siang.

"Ibu kan tau, aku ga bisa masak, selama ini kan yang masak anak tiri ibu itu!" sindir nya dengan wajah kesal

"Belajar lah, kamu gimana sih Ket, oh ya kamu bujuk suami kamu, buat bantuin ayah yang lagi gagal panen, beri uang atau apa gitu, ini engga ada peran penting nya selama tinggal disini.'' ucap Susi kepada putri nya.

Mendengar ucapan ibu nya membuat Ketty masuk ke dalam kamar, dia terlalu pusing dengan permasalahan nya dengan Aryo, ditambah tuntutan ibu nya yang harus meminta Aryo untuk membantu ekonomi keluarga nya.

Aryo yang baru bangun menatap sinis ke arah mertua nya itu, tiap hari berantem terus, dia terlalu pusing saat ini, apa lagi masalah desa yang saat ini menganggu pemikiran nya.

"Mau kemana, Kamu Aryo?" tanya Beni yang melihat menantu nya keluar.

"Ke kantor desa pak, lagi ada rapat!" singkat nya dengan nada datar

Beni tak bisa menahan nya, dia rencana nya meminta bantuan kepada menantu nya itu, tapi Aryo seperti nya lagi sibuk.

"Pak, kenapa ga dibilang sih sama Aryo?"

"Dia lagi sibuk seperti nya!" ucap Beni dengan duduk sambil memijat kepala nya yang terasa pusing.

"Bilang dong pak, dia kan menantu juga, ibu ga bisa bantu, tau sendiri di puskesmas lagi sepi job nya!"

"Mana Ketty, panggil dia kesini, biar bapak yang bicara, suruh suami nya bantu bapak yang lagi sulit ini!" ucap Beni kepada susi

"Bapak aja panggil sendiri, dia kan tau permasalahan kita tadi, malah masuk ke kamar dan ga perduli gitu!" ketus susi yang sudah berpakaian rapi

"Aku pergi dulu, si Nia udah nelpon ada pasien katanya!" ucap Susi yang langsung nyelonong tanpa salaman kepada suami nya itu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***