17 Hari Yang Damai Setelah Tragedi: Keseharian Mo Lin

Keesokan paginya.

Sinar matahari pagi yang lembut masuk melalui celah jendela apartemen sederhana keluarga Mo. Mo Lin bangun dengan mata yang masih mengantuk, rambutnya acak-acakan, dan piyama bermotif sederhana masih melekat di tubuhnya.

Ia mengucek matanya, lalu berjalan keluar dari kamar menuju ruang tengah. Begitu keluar, dia melihat Mo Xie yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambut basah kakaknya masih meneteskan air, dan ia sedang mengeringkannya dengan handuk kecil.

Wajahnya tampak segar, namun ada sorot misterius di matanya yang tak pernah benar-benar dipahami oleh Mo Lin.

“Pagi, Kak,” sapa Mo Lin sambil menguap kecil.

“Pagi,” balas Mo Xie, kali ini dengan nada lembut yang hangat, berbeda dari sikap dingin dan menyeramkan yang biasa ia tunjukkan kepada musuh-musuhnya. “Aku sudah menyiapkan sarapan. Ayo makan sebelum dingin.”

Mo Lin mengangguk dan duduk di meja makan kecil mereka. Di atas meja sudah tersaji dua piring nasi goreng sederhana dengan telur ceplok di atasnya, serta dua gelas teh hangat.

Mo Lin tersenyum tipis. Meski hidup sederhana, ia senang melihat perubahan kakaknya yang menjadi lebih baik—dari yang sebelumnya suram dan jarang berbicara.

Saat mereka makan bersama, Mo Lin menatap kakaknya dengan ragu-ragu, mencoba mencari waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu.

Akhirnya, ia memberanikan diri untuk membuka mulut. “Kak... bahan makanan kita hampir habis. Uang kita cukup nggak buat belanja minggu ini?”

Mo Xie berhenti makan sejenak dan menatap adiknya. Setelah beberapa detik, ia mengeluarkan dompet kulit usang dari saku celananya. Ia mengambil uang sebesar 50 Yuan dan menyerahkannya kepada Mo Lin.

“Ini, belanjakan untuk bahan makanan. Kalau ada sisa, simpan saja.”

Mo Lin menerima uang itu dengan senyum cerah. “Terima kasih, Kak. Aku akan mengaturnya sebaik mungkin.”

“Jangan lupa beli yang bergizi,” kata Mo Xie sambil melanjutkan makannya. “Aku tidak ingin kau jatuh sakit.”

Mo Lin mengangguk penuh semangat. Setelah selesai sarapan, ia segera mandi, mengganti pakaian, dan bersiap pergi ke pasar tradisional di Distrik Xuanshi.

Karena hari itu adalah hari Minggu dan mereka libur sekolah, Mo Lin berencana menghabiskan waktu pagi dengan berbelanja.

Di pasar tradisional, Mo Lin berjalan menyusuri gang sempit yang penuh dengan pedagang dan pengunjung. Hiruk-pikuk suara tawar-menawar serta aroma masakan khas pasar memenuhi udara.

Di sana, ia mendengar sekumpulan ibu-ibu berbicara dengan suara rendah di dekat kios sayur.

“Semalam aneh sekali, kan?” bisik salah satu ibu-ibu, sesekali melirik ke sekeliling. “Aku mendengar suara jeritan di gedung apartemenku.”

“Iya, aku juga dengar. Katanya ada sesuatu yang tidak wajar terjadi. Tapi polisi yang datang karena menerima laporan tidak menemukan apa pun,” tambah yang lain.

“Mereka pasti membesar-besarkan cerita,” pikir Mo Lin sambil melanjutkan belanjanya, meski dalam hati ia sedikit tertarik dengan informasi itu mengingat tempat yang mereka bicarakan adalah gedung apartemennya sendiri.

Mo Lin berhenti di kios pertama, membeli lima kilogram beras seharga 30 Yuan. Ia kemudian melanjutkan ke kios sayur dan membeli beberapa bahan seperti wortel, kentang, dan kangkung, dengan total harga 10 Yuan. Untuk melengkapi, ia juga membeli tahu dan tempe dari kios lain seharga 5 Yuan.

Setelah selesai, Mo Lin melihat uang yang tersisa. Ada sekitar 5 Yuan lagi di kantongnya. Ia memutuskan untuk membeli dua bungkus kecil roti manis sebagai camilan mereka di rumah, yang harganya 3 Yuan. Dengan begitu, masih tersisa 2 Yuan yang bisa ia tabung.

Dengan tas belanja penuh di tangan, Mo Lin berjalan pulang sambil tersenyum. Ia merasa lega karena berhasil mengatur uang dengan baik dan diam-diam merasa bangga bisa membantu kakaknya menjaga kondisi keuangan mereka.

Sesampainya di rumah, ia mendapati Mo Xie sedang duduk di meja, membaca buku filsafat kehidupan sambil sesekali menggelengkan kepala, seolah tidak setuju dengan isi buku tersebut.

“Aku sudah belanja,” kata Mo Lin sambil menunjukkan tas belanjaannya.

Mo Xie mengangkat wajahnya, lalu memberikan anggukan kecil. “Bagus. Setidaknya kita bisa mendapatkan makanan yang layak setiap hari.”

Mo Lin tersenyum lebar. “Itu benar, Kak!”

Siang itu, setelah semua belanjaan disusun rapi di dapur, Mo Xie dan Mo Lin memutuskan untuk duduk santai di ruang tamu. Televisi kecil mereka menampilkan kartun klasik tentang seekor kucing dan tikus yang saling kejar-kejaran, membuat suasana sedikit lebih ringan.

Mo Lin, yang masih mengenakan pakaian sederhana dan duduk bersila di lantai, sesekali tertawa kecil melihat adegan lucu ketika si tikus mengerjai kucing yang mengejarnya di layar.

Sementara itu, Mo Xie duduk di sofa tua dengan sikap tenang, tatapannya tak sepenuhnya tertuju pada televisi. Seolah pikirannya sedang merenung, ia akhirnya membuka pembicaraan.

“Lin'er,” panggil Mo Xie sambil melirik ke arah adiknya. “Bagaimana sekolahmu belakangan ini?”

Mo Lin sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Kakaknya jarang menanyakan hal-hal pribadi seperti ini. Namun, ia tersenyum kecil dan menjawab dengan nada ceria. “Semuanya baik-baik saja, Kak. Aku masih fokus belajar, dan nilai-nilaiku tetap stabil.”

Mo Xie mengangguk pelan. “Bagus. Aku tahu lingkungan sekolahmu tidak mudah. Banyak anak orang kaya di sana, bukan?”

Mo Lin mengangguk, senyumnya agak memudar. “Iya, banyak sekali. Tapi aku sudah terbiasa. Aku juga punya beberapa teman baik sekarang. Mereka memperlakukanku dengan baik meskipun tahu aku hanya seorang penerima beasiswa.”

Ada sedikit rasa lega di wajah Mo Xie. Ia tahu betapa sulitnya dunia yang tidak adil bagi orang-orang seperti mereka. Namun, sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, Mo Lin melanjutkan dengan suara yang lebih pelan, hampir seperti gumaman.

“Tapi...”

Mo Xie memiringkan kepalanya sedikit. “Tapi apa?”

Mo Lin terdiam sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam. “Ada satu hal yang mengganggu, Kak. Minggu lalu, teman sekelasku, Sue Lan, ditemukan tewas... dan cara kematiannya...” Ia menunduk, menelan ludah sebelum melanjutkan, “...sangat mengerikan.”

Mo Xie memperhatikan perubahan ekspresi Mo Lin dengan cermat. Ia tahu Sue Lan adalah gadis yang sering membuli adiknya, meski Mo Lin tidak pernah membicarakan hal itu secara jujur.

“Sue Lan? Apakah dia gadis yang sering membulimu?” tanya Mo Xie, meski sudah tahu jawabannya.

Mo Lin terdiam, berpikir untuk tidak menyembunyikan apa pun lagi dari kakaknya. Akhirnya, ia mengangguk. “Iya... dia sering memanggilku dengan sebutan kasar, bahkan pernah menjebakku hingga hampir dikeluarkan dari sekolah. Tapi... aku tidak pernah membayangkan sesuatu seperti ini akan terjadi padanya.”

Mo Xie tetap tenang, tetapi ada kilatan kejam di matanya ketika mengingat kematian Sue Lan—di tangannya sendiri.

"Begitulah takdir," ucapnya dengan suara tenang. "Kau tidak pernah tahu kapan kematian akan menimpa seseorang. Kau tidak perlu memikirkannya, Lin'er. Setidaknya sekarang tidak ada yang mengganggumu."

Episodes
1 1 Mo Xie: Kebangkitan Iblis di Dunia Modern
2 2 Pembalasan Iblis Yang Terpendam: Mo Xie Menghancurkan Perundung
3 3 Kematian Sue Lan: Pembalasan Pertama
4 4 Kultivator Yang Menyerap Aura Negatif: Dunia Yang Dipenuhi Penderitaan
5 5 Distrik Xuanshi: Hidup Di Bawah Garis Kemiskinan
6 6 Alasan Kembali Ke Masa Lalu: Tekad Melindungi Adiknya
7 7 Memulai Hidup Dengan Lebih Baik: Hubungan Yang Hangat
8 8 Berita Di Pagi Hari: Apa Itu Keadilan?
9 9 Akademi Kultivasi Zhenhai: Dua Devisi Yang Saling Berlawanan
10 10 Duel Yang Mempertaruhkan Harga Diri: Mo Xie Melawan Tian Lei
11 11 Kekalahan Yang Memalukan: Kedatangan Primadona Akademi
12 12 Teman Sekelas Yang Munafik: Mo Xie Yang Tidak Peduli
13 13 Kultivator Kuno Vs Kultivator Modern: Siapa Yang Lebih Hebat?
14 14 Mo Xie dan Gadis yang Nyaris Tak Terlihat
15 15 Perkelahian Di Distrik Xuanshi: Kultivator Peringkat Silver
16 16 Lonceng Kematian Di Tangah Malam: Kematian Yu Feng
17 17 Hari Yang Damai Setelah Tragedi: Keseharian Mo Lin
18 18 Bertahan di Dunia Keras: Mo Xie dan Pekerjaan Berbahaya
19 19 Agensi Teratai Merah: Menantang Anggota Agensi
20 20 Ujian Calon Agensi: Melawan Kultivator Gold
21 21 Satu Pukulan, Seribu Yuan: Mo Xie Menguasai Taruhan
22 22 Mengambil Misi Pertama Sebagai Anggota Agensi Teratai Merah
23 23 Zona Orange: Tempat Para Pemburu Menjadi Mangsa
24 24 Melawan Beast Tingkat 6: Inti Demonic Yang Semakin Kuat
25 25 Perburuan Bloodfang Tiger: Kemunculan Tamu Tak Diundang
26 26 Pertempuran di Hutan: Keberanian atau Kebodohan?
27 27 Membunuh Tiga Kultivator Peringkat Gold: Menyelesaikan Misi
28 28 Pagi Hari Yang Damai: Interogasi Yang Menegangkan
29 29 Bisikan di Antara Dua Hati: Mo Xie dan Lin Xiaoyu
30 30 Pelajaran Pengendalian Sihir: Elemen Air Yang Fleksibel
31 31 Kejutan di Lapangan Akademi Zhenhai: Serangan Angin Mo Xie
32 32 Satu Langkah Lebih Dekat: Qing Wei Mencurigai Mo Xie
33 33 Malam yang Dingin, Kursi yang Kosong: Mo Xie dan Harapan yang Memudar
34 34 Kekerasan Di Rumah Tangga: Perasaan Yang Tak Dapat Diartikan
35 35 Pagi Hari Yang Suram: Perburuan Di Lembah Beracun
36 36 Lembah Beracun: Sarang Black Viper Dan Kemunculan Orang-orang Bodoh
37 37 Mo Xie di Surga Hiburan: Klub, Alkohol, dan Wanita
38 38 Anak Orang Kaya Yang Sombong: Arti Kesenangan
39 39 Malam yang Tak Terlupakan: Mo Xie dan Yu Lan
40 40 Pagi Yang Hangat: Benang Merah Yang Selalu Mengarah Pada Satu Nama
41 41 Qing Wei: Pemimpin yang Dihormati, Ayah yang Gagal
42 42 Monopoli CFC: Ketika Kekayaan Lebih Berkuasa daripada Kekuatan
43 43 Darah dan Penyesalan: Dendam yang Tak Terhindarkan
44 44 Ayah yang Menjual Putrinya, Iblis yang Mengadilinya
45 45 Kematian Lin Gua: Dosa yang Harus Dibayar dengan Darah
46 46 Bunga Putih dan Perasaan yang Samar: Duka atau Lega
47 47 Kultivator Peringkat Platinum: Orang Yang Melukai Jin Hao.
48 48 Tantangan Duel Dari Seorang Wanita: Kultivator Tersembunyi
49 49 Shi Hua: Kultivator Platinum, Anggota Inti Agensi Langit Surgawi
50 50 Mansion Mewah Keluarga Qing: Hubungan Yu Lan dengan Qing Wei.
51 51 Hasrat Yang Terpendam: Yu Lan dan Mo Xie
52 52 Pagi yang Tenang di Distrik Xuanshi: Preman Yang Pemarah
Episodes

Updated 52 Episodes

1
1 Mo Xie: Kebangkitan Iblis di Dunia Modern
2
2 Pembalasan Iblis Yang Terpendam: Mo Xie Menghancurkan Perundung
3
3 Kematian Sue Lan: Pembalasan Pertama
4
4 Kultivator Yang Menyerap Aura Negatif: Dunia Yang Dipenuhi Penderitaan
5
5 Distrik Xuanshi: Hidup Di Bawah Garis Kemiskinan
6
6 Alasan Kembali Ke Masa Lalu: Tekad Melindungi Adiknya
7
7 Memulai Hidup Dengan Lebih Baik: Hubungan Yang Hangat
8
8 Berita Di Pagi Hari: Apa Itu Keadilan?
9
9 Akademi Kultivasi Zhenhai: Dua Devisi Yang Saling Berlawanan
10
10 Duel Yang Mempertaruhkan Harga Diri: Mo Xie Melawan Tian Lei
11
11 Kekalahan Yang Memalukan: Kedatangan Primadona Akademi
12
12 Teman Sekelas Yang Munafik: Mo Xie Yang Tidak Peduli
13
13 Kultivator Kuno Vs Kultivator Modern: Siapa Yang Lebih Hebat?
14
14 Mo Xie dan Gadis yang Nyaris Tak Terlihat
15
15 Perkelahian Di Distrik Xuanshi: Kultivator Peringkat Silver
16
16 Lonceng Kematian Di Tangah Malam: Kematian Yu Feng
17
17 Hari Yang Damai Setelah Tragedi: Keseharian Mo Lin
18
18 Bertahan di Dunia Keras: Mo Xie dan Pekerjaan Berbahaya
19
19 Agensi Teratai Merah: Menantang Anggota Agensi
20
20 Ujian Calon Agensi: Melawan Kultivator Gold
21
21 Satu Pukulan, Seribu Yuan: Mo Xie Menguasai Taruhan
22
22 Mengambil Misi Pertama Sebagai Anggota Agensi Teratai Merah
23
23 Zona Orange: Tempat Para Pemburu Menjadi Mangsa
24
24 Melawan Beast Tingkat 6: Inti Demonic Yang Semakin Kuat
25
25 Perburuan Bloodfang Tiger: Kemunculan Tamu Tak Diundang
26
26 Pertempuran di Hutan: Keberanian atau Kebodohan?
27
27 Membunuh Tiga Kultivator Peringkat Gold: Menyelesaikan Misi
28
28 Pagi Hari Yang Damai: Interogasi Yang Menegangkan
29
29 Bisikan di Antara Dua Hati: Mo Xie dan Lin Xiaoyu
30
30 Pelajaran Pengendalian Sihir: Elemen Air Yang Fleksibel
31
31 Kejutan di Lapangan Akademi Zhenhai: Serangan Angin Mo Xie
32
32 Satu Langkah Lebih Dekat: Qing Wei Mencurigai Mo Xie
33
33 Malam yang Dingin, Kursi yang Kosong: Mo Xie dan Harapan yang Memudar
34
34 Kekerasan Di Rumah Tangga: Perasaan Yang Tak Dapat Diartikan
35
35 Pagi Hari Yang Suram: Perburuan Di Lembah Beracun
36
36 Lembah Beracun: Sarang Black Viper Dan Kemunculan Orang-orang Bodoh
37
37 Mo Xie di Surga Hiburan: Klub, Alkohol, dan Wanita
38
38 Anak Orang Kaya Yang Sombong: Arti Kesenangan
39
39 Malam yang Tak Terlupakan: Mo Xie dan Yu Lan
40
40 Pagi Yang Hangat: Benang Merah Yang Selalu Mengarah Pada Satu Nama
41
41 Qing Wei: Pemimpin yang Dihormati, Ayah yang Gagal
42
42 Monopoli CFC: Ketika Kekayaan Lebih Berkuasa daripada Kekuatan
43
43 Darah dan Penyesalan: Dendam yang Tak Terhindarkan
44
44 Ayah yang Menjual Putrinya, Iblis yang Mengadilinya
45
45 Kematian Lin Gua: Dosa yang Harus Dibayar dengan Darah
46
46 Bunga Putih dan Perasaan yang Samar: Duka atau Lega
47
47 Kultivator Peringkat Platinum: Orang Yang Melukai Jin Hao.
48
48 Tantangan Duel Dari Seorang Wanita: Kultivator Tersembunyi
49
49 Shi Hua: Kultivator Platinum, Anggota Inti Agensi Langit Surgawi
50
50 Mansion Mewah Keluarga Qing: Hubungan Yu Lan dengan Qing Wei.
51
51 Hasrat Yang Terpendam: Yu Lan dan Mo Xie
52
52 Pagi yang Tenang di Distrik Xuanshi: Preman Yang Pemarah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!