7 Memulai Hidup Dengan Lebih Baik: Hubungan Yang Hangat

Mo Lin melangkah keluar kamar dengan rasa penasaran yang menguasai dirinya. Begitu sampai di ruang tamu, matanya semakin terbelalak.

Ruangan yang biasanya penuh dengan barang-barang berserakan dan debu tebal kini tampak hampir tak dikenali. Lantai bersih, meja di sudut ruangan telah diatur rapi, dan bahkan dapur kecil di belakangnya tidak lagi dipenuhi tumpukan piring kotor.

Di tengah semua itu, Mo Xie duduk di sofa tua yang kini terlihat lebih baik karena sudah dilap. Dia mengenakan pakaian sederhana, menyeruput secangkir kopi panas sambil menonton televisi kecil yang gambarnya buram dan sesekali terganggu sinyal. Meski begitu, dia tampak benar-benar menikmati suasana itu, seolah tidak peduli dengan kualitas gambar yang buruk.

“Ka-kak?” panggil Mo Lin dengan ragu, matanya masih menyapu ruangan dengan heran. “Apa yang terjadi di sini? Siapa yang membersihkan semuanya?”

Mo Xie menoleh dengan santai, matanya memancarkan ketenangan yang sulit dijelaskan. “Aku.”

Mo Lin berkedip beberapa kali, memastikan dia mendengar dengan benar. “Kau? Sejak kapan kau… peduli pada hal-hal seperti ini?”

Mo Xie hanya tersenyum tipis, menaruh cangkirnya di meja. “Sejak aku memutuskan untuk memperbaiki semuanya.”

“Semua ini… kau lakukan semalam?” tanya Mo Lin, suaranya setengah tidak percaya. Ia melangkah mendekat, memperhatikan setiap sudut ruangan dengan lebih cermat. Bahkan barang-barang kecil seperti vas retak di sudut ruangan tampak bersih dari debu.

“Aku tidak bisa tidur,” jawab Mo Xie dengan nada datar. “Jadi aku memanfaatkan waktu untuk melakukan sesuatu yang berguna.”

Mo Lin duduk di samping kakaknya, masih sulit percaya. “Tapi… kau biasanya tidak peduli, Kak. Kenapa tiba-tiba begini? Kau bahkan membersihkan kamarku.”

Mo Xie menatap Mo Lin, ekspresinya sedikit melunak. “Kau adikku, Lin’er. Aku sadar selama ini aku telah mengabaikanmu. Mulai sekarang, aku ingin memastikan kau tidak hidup di lingkungan yang membuatmu merasa seperti… tidak berharga.”

Mo Lin terdiam, matanya sedikit berkaca-kaca mendengar kata-kata itu. Kakaknya yang selama ini cuek, dingin, dan nyaris tidak pernah menunjukkan perhatian, tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang begitu peduli. “Kak, apa ini benar-benar kau?” tanyanya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan.

Mo Xie tertawa kecil, sesuatu yang langka. “Jangan terlalu terkejut. Aku hanya… ingin memperbaiki apa yang bisa kuperbaiki.”

Mo Lin tersenyum tipis, meski rasa herannya belum sepenuhnya hilang. Dia mengambil cangkir kopi di meja dan menyesapnya sedikit. Rasa hangat itu mengingatkannya bahwa, meski aneh, perubahan ini terasa menyenangkan.

“Tapi, Kak, kau harus tidur juga. Kau tidak bisa terus begadang seperti ini,” ujar Mo Lin dengan nada khawatir. “Kau bisa sakit.”

Mo Xie menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja. Jangan khawatir tentang aku. Fokus saja pada dirimu sendiri.”

Mo Lin mengangguk, meski di hatinya ia tahu ada sesuatu yang besar telah berubah pada kakaknya. Namun, ia memutuskan untuk tidak menanyakannya lebih jauh. Yang terpenting baginya saat ini adalah menikmati momen langka ini—ketika dia merasa diperhatikan oleh satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Mo Lin memutuskan untuk melakukan sesuatu pagi itu. Dengan rumah yang sudah bersih dan tertata rapi, ia ingin memasak sarapan untuk dirinya dan kakaknya. Lagipula, ia merasa sedikit bersalah karena kakaknya harus mengerjakan pekerjaan rumah semalaman.

Namun, ketika ia melangkah ke dapur kecil mereka, matanya melebar lagi karena terkejut. Di meja makan sederhana yang biasanya kosong, sudah ada dua piring nasi goreng dengan irisan telur di atasnya. Asap tipis masih mengepul, menandakan makanan itu baru saja selesai dimasak.

Mo Lin menoleh ke arah Mo Xie yang kini berdiri di ambang pintu dapur, dengan tangan menyilangkan dada dan senyum tipis yang hampir membuatnya tidak percaya itu nyata.

“Kenapa kau di sini?” tanya Mo Lin, nada suaranya tenang. “Bukannya kau seharusnya mandi dan bersiap untuk sekolah?”

“Aku… ingin masak sarapan,” jawab Mo Lin canggung. Ia menatap makanan di meja. “Tapi… kau sudah melakukannya.”

“Tentu saja,” jawab Mo Xie tanpa ragu. “Kau butuh sarapan sebelum sekolah, dan aku tahu kau tidak suka terlambat. Jadi, aku pikir lebih baik aku yang menyiapkannya.”

Mo Lin terdiam sesaat, lalu menggeleng kecil sambil tersenyum. “Kau berubah banyak, Kak. Tapi aku tidak tahu apakah aku harus senang atau khawatir.”

“Anggap saja sebagai kompensasi,” balas Mo Xie santai, lalu ia menunjuk ke arah kamar mandi. “Aku juga sudah menyiapkan air hangat. Pergilah mandi. Kau tidak punya banyak waktu.”

Mata Mo Lin membulat. “Kau bahkan menyiapkan air hangat?”

Mo Xie mengangkat bahu. “Kau adikku, Lin’er. Ini hal yang seharusnya aku lakukan.”

Mo Lin menghela napas, meskipun senyumnya tetap tergurat di wajahnya. “Baiklah, aku menyerah. Aku akan mandi dulu, tapi nanti kau harus makan sarapan ini juga, ya.”

Mo Xie mengangguk, menggeser kursi untuk duduk kembali di ruang tamu. Sementara itu, Mo Lin masuk ke kamar mandi, menikmati kemewahan kecil berupa air hangat yang jarang mereka dapatkan.

Setelah selesai mandi dan mengenakan seragam SMA-nya yang bersih dan rapi, Mo Lin keluar dari kamar dengan langkah bersemangat. Rambut panjangnya masih basah, tapi ia terlihat segar. Ia mendapati Mo Xie sedang duduk di sofa, menyantap sarapannya dengan perlahan, seperti sedang menikmati setiap suapannya.

“Kak, kau juga harus bersiap,” kata Mo Lin sambil memasang dasinya di depan cermin kecil di ruang tamu. “Kau tidak boleh terlambat ke akademi. Ayah sudah berusaha keras agar kita mendapatkan pendidikan terbaik.”

Mo Xie melirik adiknya sekilas, lalu kembali mengunyah. “Aku tahu.”

Mo Lin menatap kakaknya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Mo Xie memang tidak berbakat dalam kultivasi, tapi usahanya untuk terus belajar di Akademi Jingfeng adalah sesuatu yang selalu ia kagumi.

Distrik Jingfeng adalah kawasan bergengsi, dan bisa diterima di sana adalah kebanggaan tersendiri, terutama bagi mereka berdua yang berasal dari distrik kumuh seperti Xuanshi. Itu semua berkat didikan dari ayah mereka, Mo Guan, yang selalu bekerja keras untuk menafkahi keluarga mereka.

Namun sayang, nasib baik tidak datang pada sang ayah. Mo Guan harus meregang nyawa dalam kecelakaan konstruksi beberapa bulan lalu. Sekarang, hanya tersisa Mo Xie dan Mo Lin, dua saudara yang harus saling menjaga untuk bertahan hidup.

“Kak,” panggil Mo Lin lagi. “Kau tidak perlu memaksakan diri terlalu keras. Aku tahu kau ingin membuktikan sesuatu, tapi… jangan lupa untuk menjaga dirimu juga.”

Mo Xie menaruh sumpitnya dan menatap Mo Lin dengan lembut, sesuatu yang jarang ia lakukan di kehidupan pertamanya. “Aku tidak memaksakan diri, Lin’er. Aku hanya melakukan apa yang menurutku perlu. Dan aku janji, aku akan menjaga diriku.”

Mo Lin terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. “Baiklah, aku percaya padamu. Tapi jangan sampai terlambat, ya.”

Mo Xie mengangguk, meneguk sisa kopinya sebelum berdiri. “Aku tidak pernah terlambat untuk hal yang penting.”

Episodes
1 1 Mo Xie: Kebangkitan Iblis di Dunia Modern
2 2 Pembalasan Iblis Yang Terpendam: Mo Xie Menghancurkan Perundung
3 3 Kematian Sue Lan: Pembalasan Pertama
4 4 Kultivator Yang Menyerap Aura Negatif: Dunia Yang Dipenuhi Penderitaan
5 5 Distrik Xuanshi: Hidup Di Bawah Garis Kemiskinan
6 6 Alasan Kembali Ke Masa Lalu: Tekad Melindungi Adiknya
7 7 Memulai Hidup Dengan Lebih Baik: Hubungan Yang Hangat
8 8 Berita Di Pagi Hari: Apa Itu Keadilan?
9 9 Akademi Kultivasi Zhenhai: Dua Devisi Yang Saling Berlawanan
10 10 Duel Yang Mempertaruhkan Harga Diri: Mo Xie Melawan Tian Lei
11 11 Kekalahan Yang Memalukan: Kedatangan Primadona Akademi
12 12 Teman Sekelas Yang Munafik: Mo Xie Yang Tidak Peduli
13 13 Kultivator Kuno Vs Kultivator Modern: Siapa Yang Lebih Hebat?
14 14 Mo Xie dan Gadis yang Nyaris Tak Terlihat
15 15 Perkelahian Di Distrik Xuanshi: Kultivator Peringkat Silver
16 16 Lonceng Kematian Di Tangah Malam: Kematian Yu Feng
17 17 Hari Yang Damai Setelah Tragedi: Keseharian Mo Lin
18 18 Bertahan di Dunia Keras: Mo Xie dan Pekerjaan Berbahaya
19 19 Agensi Teratai Merah: Menantang Anggota Agensi
20 20 Ujian Calon Agensi: Melawan Kultivator Gold
21 21 Satu Pukulan, Seribu Yuan: Mo Xie Menguasai Taruhan
22 22 Mengambil Misi Pertama Sebagai Anggota Agensi Teratai Merah
23 23 Zona Orange: Tempat Para Pemburu Menjadi Mangsa
24 24 Melawan Beast Tingkat 6: Inti Demonic Yang Semakin Kuat
25 25 Perburuan Bloodfang Tiger: Kemunculan Tamu Tak Diundang
26 26 Pertempuran di Hutan: Keberanian atau Kebodohan?
27 27 Membunuh Tiga Kultivator Peringkat Gold: Menyelesaikan Misi
28 28 Pagi Hari Yang Damai: Interogasi Yang Menegangkan
29 29 Bisikan di Antara Dua Hati: Mo Xie dan Lin Xiaoyu
30 30 Pelajaran Pengendalian Sihir: Elemen Air Yang Fleksibel
31 31 Kejutan di Lapangan Akademi Zhenhai: Serangan Angin Mo Xie
32 32 Satu Langkah Lebih Dekat: Qing Wei Mencurigai Mo Xie
33 33 Malam yang Dingin, Kursi yang Kosong: Mo Xie dan Harapan yang Memudar
34 34 Kekerasan Di Rumah Tangga: Perasaan Yang Tak Dapat Diartikan
35 35 Pagi Hari Yang Suram: Perburuan Di Lembah Beracun
36 36 Lembah Beracun: Sarang Black Viper Dan Kemunculan Orang-orang Bodoh
37 37 Mo Xie di Surga Hiburan: Klub, Alkohol, dan Wanita
38 38 Anak Orang Kaya Yang Sombong: Arti Kesenangan
39 39 Malam yang Tak Terlupakan: Mo Xie dan Yu Lan
40 40 Pagi Yang Hangat: Benang Merah Yang Selalu Mengarah Pada Satu Nama
41 41 Qing Wei: Pemimpin yang Dihormati, Ayah yang Gagal
42 42 Monopoli CFC: Ketika Kekayaan Lebih Berkuasa daripada Kekuatan
43 43 Darah dan Penyesalan: Dendam yang Tak Terhindarkan
44 44 Ayah yang Menjual Putrinya, Iblis yang Mengadilinya
45 45 Kematian Lin Gua: Dosa yang Harus Dibayar dengan Darah
46 46 Bunga Putih dan Perasaan yang Samar: Duka atau Lega
47 47 Kultivator Peringkat Platinum: Orang Yang Melukai Jin Hao.
48 48 Tantangan Duel Dari Seorang Wanita: Kultivator Tersembunyi
49 49 Shi Hua: Kultivator Platinum, Anggota Inti Agensi Langit Surgawi
50 50 Mansion Mewah Keluarga Qing: Hubungan Yu Lan dengan Qing Wei.
51 51 Hasrat Yang Terpendam: Yu Lan dan Mo Xie
52 52 Pagi yang Tenang di Distrik Xuanshi: Preman Yang Pemarah
Episodes

Updated 52 Episodes

1
1 Mo Xie: Kebangkitan Iblis di Dunia Modern
2
2 Pembalasan Iblis Yang Terpendam: Mo Xie Menghancurkan Perundung
3
3 Kematian Sue Lan: Pembalasan Pertama
4
4 Kultivator Yang Menyerap Aura Negatif: Dunia Yang Dipenuhi Penderitaan
5
5 Distrik Xuanshi: Hidup Di Bawah Garis Kemiskinan
6
6 Alasan Kembali Ke Masa Lalu: Tekad Melindungi Adiknya
7
7 Memulai Hidup Dengan Lebih Baik: Hubungan Yang Hangat
8
8 Berita Di Pagi Hari: Apa Itu Keadilan?
9
9 Akademi Kultivasi Zhenhai: Dua Devisi Yang Saling Berlawanan
10
10 Duel Yang Mempertaruhkan Harga Diri: Mo Xie Melawan Tian Lei
11
11 Kekalahan Yang Memalukan: Kedatangan Primadona Akademi
12
12 Teman Sekelas Yang Munafik: Mo Xie Yang Tidak Peduli
13
13 Kultivator Kuno Vs Kultivator Modern: Siapa Yang Lebih Hebat?
14
14 Mo Xie dan Gadis yang Nyaris Tak Terlihat
15
15 Perkelahian Di Distrik Xuanshi: Kultivator Peringkat Silver
16
16 Lonceng Kematian Di Tangah Malam: Kematian Yu Feng
17
17 Hari Yang Damai Setelah Tragedi: Keseharian Mo Lin
18
18 Bertahan di Dunia Keras: Mo Xie dan Pekerjaan Berbahaya
19
19 Agensi Teratai Merah: Menantang Anggota Agensi
20
20 Ujian Calon Agensi: Melawan Kultivator Gold
21
21 Satu Pukulan, Seribu Yuan: Mo Xie Menguasai Taruhan
22
22 Mengambil Misi Pertama Sebagai Anggota Agensi Teratai Merah
23
23 Zona Orange: Tempat Para Pemburu Menjadi Mangsa
24
24 Melawan Beast Tingkat 6: Inti Demonic Yang Semakin Kuat
25
25 Perburuan Bloodfang Tiger: Kemunculan Tamu Tak Diundang
26
26 Pertempuran di Hutan: Keberanian atau Kebodohan?
27
27 Membunuh Tiga Kultivator Peringkat Gold: Menyelesaikan Misi
28
28 Pagi Hari Yang Damai: Interogasi Yang Menegangkan
29
29 Bisikan di Antara Dua Hati: Mo Xie dan Lin Xiaoyu
30
30 Pelajaran Pengendalian Sihir: Elemen Air Yang Fleksibel
31
31 Kejutan di Lapangan Akademi Zhenhai: Serangan Angin Mo Xie
32
32 Satu Langkah Lebih Dekat: Qing Wei Mencurigai Mo Xie
33
33 Malam yang Dingin, Kursi yang Kosong: Mo Xie dan Harapan yang Memudar
34
34 Kekerasan Di Rumah Tangga: Perasaan Yang Tak Dapat Diartikan
35
35 Pagi Hari Yang Suram: Perburuan Di Lembah Beracun
36
36 Lembah Beracun: Sarang Black Viper Dan Kemunculan Orang-orang Bodoh
37
37 Mo Xie di Surga Hiburan: Klub, Alkohol, dan Wanita
38
38 Anak Orang Kaya Yang Sombong: Arti Kesenangan
39
39 Malam yang Tak Terlupakan: Mo Xie dan Yu Lan
40
40 Pagi Yang Hangat: Benang Merah Yang Selalu Mengarah Pada Satu Nama
41
41 Qing Wei: Pemimpin yang Dihormati, Ayah yang Gagal
42
42 Monopoli CFC: Ketika Kekayaan Lebih Berkuasa daripada Kekuatan
43
43 Darah dan Penyesalan: Dendam yang Tak Terhindarkan
44
44 Ayah yang Menjual Putrinya, Iblis yang Mengadilinya
45
45 Kematian Lin Gua: Dosa yang Harus Dibayar dengan Darah
46
46 Bunga Putih dan Perasaan yang Samar: Duka atau Lega
47
47 Kultivator Peringkat Platinum: Orang Yang Melukai Jin Hao.
48
48 Tantangan Duel Dari Seorang Wanita: Kultivator Tersembunyi
49
49 Shi Hua: Kultivator Platinum, Anggota Inti Agensi Langit Surgawi
50
50 Mansion Mewah Keluarga Qing: Hubungan Yu Lan dengan Qing Wei.
51
51 Hasrat Yang Terpendam: Yu Lan dan Mo Xie
52
52 Pagi yang Tenang di Distrik Xuanshi: Preman Yang Pemarah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!