6 Alasan Kembali Ke Masa Lalu: Tekad Melindungi Adiknya

“Dunia ini terlalu kotor. Terlalu lemah. Aku, yang telah melampaui batas kematian, dipaksa kembali ke tempat seperti ini? Ironis sekali.”

Pikirannya melayang ke kehidupan masa lalunya di Alam Shenzhou. Sebagai iblis merah yang ditakuti, dia pernah berdiri di puncak dunia yang dipenuhi kekuatan absolut.

Setiap langkahnya bisa mengguncang bumi, setiap kata yang keluar dari mulutnya mampu menghancurkan jiwa siapa saja. Namun, semua itu direnggut darinya—termasuk tubuhnya yang penuh dengan kekuatan mengerikan.

Sekarang, dia hanya seorang manusia biasa di dunia fana ini. Tubuhnya lemah, meski inti demonic di dalamnya terus mengumpulkan kekuatan untuk mempertahankan eksistensinya.

Mo Xie mendengus, merasakan penghinaan dari takdir. Namun, di balik penghinaan itu, ada tekad yang membara.

“Aku akan mengubah tempat ini. Tidak—aku akan menguasainya,” gumam Mo Xie, suaranya pelan namun penuh kepastian.

Dia akhirnya tiba di kontrakannya, sebuah kamar sempit yang terletak di lantai dua bangunan tua. Tangga menuju kamarnya berderit setiap kali dia menginjaknya, seolah-olah akan runtuh kapan saja.

Pintu kamarnya terbuat dari kayu yang sudah rapuh, dengan engsel yang berkarat. Namun, itu tidak mengganggunya. Mo Xie membuka pintu dan masuk ke dalam. Udara busuk dan pengap dari tumpukan sampah dan kotoran di ruangan itu terasa sangat mencekik.

Mo Xie mengerutkan kening. “Sebegitu burukkah hidupku dulu?” gumamnya pelan.

Menghiraukan suasana rumah yang berantakan, Mo Xie berjalan perlahan menuju sebuah kamar dengan tempelan kertas bergambar kelinci di pintunya. Itu adalah kamar adiknya, Mo Lin.

Mo Xie menghirup napas panjang, mempersiapkan dirinya sebelum membuka pintu kamar tersebut. Ia berharap adiknya tertidur di kamar itu seperti biasanya.

Mo Xie mendorong pintu kamar itu dengan hati-hati. Kamar kecil itu tidak berbeda dari apa yang diingatnya—tempelan kertas gambar kelinci di dinding, boneka-boneka lusuh di sudut ruangan, dan seprai bergambar bunga yang sudah memudar warnanya. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan Mo Lin. Ranjang kecil itu kosong, selimutnya tertata rapi, tidak ada tanda-tanda seseorang baru saja berbaring di sana.

Mo Xie merasakan detak jantungnya meningkat. Kegelisahan mulai merayap di dalam dirinya. Dia memeriksa setiap sudut kamar itu dengan cepat, membuka lemari yang penuh dengan pakaian sederhana milik adiknya, hingga memeriksa di bawah tempat tidur. Kosong.

“Lin’er!” panggilnya, suaranya menggema di apartemen kecil itu. Tidak ada jawaban.

Dia bergegas keluar dari kamar, memeriksa ruang tamu yang dipenuhi barang-barang bekas yang berserakan, lalu dapur kecil yang hanya terdiri dari meja dengan beberapa piring kotor. Tidak ada jejak adiknya.

“Lin’er!” panggilnya lagi, kali ini dengan nada lebih tinggi, nyaris seperti perintah. Kekhawatiran di dadanya berubah menjadi kepanikan. Dia melangkah cepat ke kamar mandi, membuka pintunya tanpa berpikir. Namun, dia langsung berhenti begitu melihat seseorang di dalamnya.

Mo Lin berdiri di sana, membelakangi Mo Xie, dengan tubuh yang hanya terbalut handuk kecil. Rambut panjangnya yang basah meneteskan air ke lantai yang sudah retak. Dia berbalik dengan cepat ketika mendengar suara pintu dibuka, matanya membulat karena terkejut.

“Kakak?! Apa yang kau lakukan?!” serunya, suara lembutnya berubah menjadi teguran keras. Pipinya memerah karena malu.

Mo Xie langsung memalingkan wajahnya dan menutup pintu dengan cepat. “A-aku tidak tahu kau di sini…” jawabnya tergagap, sesuatu yang jarang terjadi. Dia menekan dadanya, mencoba mengendalikan emosi yang bercampur aduk—antara lega, malu, dan panik.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi terbuka, dan Mo Lin melangkah keluar. Dia kini sudah mengenakan piyama sederhana berwarna pastel. Wajahnya masih memerah karena kejadian tadi. Namun, tatapan bingung muncul di wajahnya saat dia melihat kakaknya berdiri di tengah ruangan dengan ekspresi tegang.

“Kak, ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba memanggilku seperti orang panik?” tanyanya, suaranya lembut namun jelas menyiratkan kebingungan.

Mo Xie menatap Mo Lin, mata dinginnya melembut sedikit saat melihat adiknya berdiri di depannya. Tubuhnya yang mungil dan wajah polosnya tidak berubah sedikit pun sejak terakhir kali dia melihatnya sebelum kematiannya. Namun, ada rasa bersalah yang menghantam Mo Xie. Adik perempuannya ini telah melalui semua kesulitan sendirian selama dia tidak ada.

“Aku… hanya khawatir,” jawab Mo Xie akhirnya, suaranya lebih tenang. “Aku tidak melihatmu di kamarmu, dan aku pikir sesuatu telah terjadi.”

Mo Lin terdiam sesaat, kemudian tersenyum kecil, meskipun matanya masih menunjukkan sedikit kebingungan. “Aku hanya mandi, Kak. Kau tidak perlu khawatir seperti itu. Aku baik-baik saja.”

Mo Xie menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun, di dalam hatinya, dia merasa aneh dengan rasa panik yang tadi menyerangnya. Sebagai iblis di Alam Shenzhou, dia hampir tidak pernah merasakan kekhawatiran, apalagi terhadap orang lain. Tapi sekarang, dalam tubuh manusia ini, dengan semua kenangan lamanya yang kembali, dia merasa terikat pada adik perempuannya dengan cara yang tidak bisa dia abaikan.

Mo Lin melangkah mendekat, menatap kakaknya dengan cermat. “Kak, kau terlihat aneh. Sejak kapan kau jadi begitu peduli? Biasanya, kau jarang bicara padaku, apalagi sampai panik seperti ini.”

Mo Xie memalingkan wajah, menyembunyikan ekspresi yang sulit dia jelaskan. “Aku hanya… merasa tidak enak. Aku akan lebih perhatian mulai sekarang.”

Mo Lin mengerutkan kening, semakin bingung. Namun, dia memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh. Dia hanya tersenyum tipis. “Baiklah, Kak. Kalau begitu, aku juga akan mencoba lebih perhatian padamu.”

Mo Xie tidak menjawab, hanya menatap adiknya untuk beberapa saat sebelum akhirnya berkata pelan, “Istirahatlah. Aku akan memastikan tempat ini aman.”

Mo Lin mengangguk, meskipun masih merasa ada sesuatu yang aneh pada kakaknya. Namun, dia memilih untuk percaya. “Selamat malam, Kak.”

“Selamat malam,” jawab Mo Xie, suaranya hampir seperti bisikan.

Saat Mo Lin kembali ke kamarnya, Mo Xie berdiri di tempatnya, menatap pintu kamar adiknya yang tertutup. Dalam keheningan malam itu, dia menggenggam tangannya dengan erat, bertekad dalam hati.

“Tidak peduli apa yang terjadi, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh adikku lagi.”

 ...

Keesokan Harinya.

Pagi datang dengan sinar matahari yang lemah, menembus tirai usang di kamar Mo Lin. Ia mengerjap perlahan, merasa ada sesuatu yang berbeda. Udara di kamarnya terasa segar, jauh dari bau pengap yang biasanya memenuhi ruangan setiap pagi.

Ia mengusap matanya dan duduk di tempat tidur, memperhatikan sekeliling.

Kamarnya terlihat sangat bersih—lantai yang biasanya berdebu kini berkilau, lemari pakaiannya yang penuh coretan anak-anak tampak dilap hingga bersih, dan bahkan boneka-boneka lusuh di sudut kamar kini tersusun rapi seperti pajangan.

Mo Lin mengerutkan kening. “Apa aku sedang bermimpi?” gumamnya pelan.

Episodes
1 1 Mo Xie: Kebangkitan Iblis di Dunia Modern
2 2 Pembalasan Iblis Yang Terpendam: Mo Xie Menghancurkan Perundung
3 3 Kematian Sue Lan: Pembalasan Pertama
4 4 Kultivator Yang Menyerap Aura Negatif: Dunia Yang Dipenuhi Penderitaan
5 5 Distrik Xuanshi: Hidup Di Bawah Garis Kemiskinan
6 6 Alasan Kembali Ke Masa Lalu: Tekad Melindungi Adiknya
7 7 Memulai Hidup Dengan Lebih Baik: Hubungan Yang Hangat
8 8 Berita Di Pagi Hari: Apa Itu Keadilan?
9 9 Akademi Kultivasi Zhenhai: Dua Devisi Yang Saling Berlawanan
10 10 Duel Yang Mempertaruhkan Harga Diri: Mo Xie Melawan Tian Lei
11 11 Kekalahan Yang Memalukan: Kedatangan Primadona Akademi
12 12 Teman Sekelas Yang Munafik: Mo Xie Yang Tidak Peduli
13 13 Kultivator Kuno Vs Kultivator Modern: Siapa Yang Lebih Hebat?
14 14 Mo Xie dan Gadis yang Nyaris Tak Terlihat
15 15 Perkelahian Di Distrik Xuanshi: Kultivator Peringkat Silver
16 16 Lonceng Kematian Di Tangah Malam: Kematian Yu Feng
17 17 Hari Yang Damai Setelah Tragedi: Keseharian Mo Lin
18 18 Bertahan di Dunia Keras: Mo Xie dan Pekerjaan Berbahaya
19 19 Agensi Teratai Merah: Menantang Anggota Agensi
20 20 Ujian Calon Agensi: Melawan Kultivator Gold
21 21 Satu Pukulan, Seribu Yuan: Mo Xie Menguasai Taruhan
22 22 Mengambil Misi Pertama Sebagai Anggota Agensi Teratai Merah
23 23 Zona Orange: Tempat Para Pemburu Menjadi Mangsa
24 24 Melawan Beast Tingkat 6: Inti Demonic Yang Semakin Kuat
25 25 Perburuan Bloodfang Tiger: Kemunculan Tamu Tak Diundang
26 26 Pertempuran di Hutan: Keberanian atau Kebodohan?
27 27 Membunuh Tiga Kultivator Peringkat Gold: Menyelesaikan Misi
28 28 Pagi Hari Yang Damai: Interogasi Yang Menegangkan
29 29 Bisikan di Antara Dua Hati: Mo Xie dan Lin Xiaoyu
30 30 Pelajaran Pengendalian Sihir: Elemen Air Yang Fleksibel
31 31 Kejutan di Lapangan Akademi Zhenhai: Serangan Angin Mo Xie
32 32 Satu Langkah Lebih Dekat: Qing Wei Mencurigai Mo Xie
33 33 Malam yang Dingin, Kursi yang Kosong: Mo Xie dan Harapan yang Memudar
34 34 Kekerasan Di Rumah Tangga: Perasaan Yang Tak Dapat Diartikan
35 35 Pagi Hari Yang Suram: Perburuan Di Lembah Beracun
36 36 Lembah Beracun: Sarang Black Viper Dan Kemunculan Orang-orang Bodoh
37 37 Mo Xie di Surga Hiburan: Klub, Alkohol, dan Wanita
38 38 Anak Orang Kaya Yang Sombong: Arti Kesenangan
39 39 Malam yang Tak Terlupakan: Mo Xie dan Yu Lan
40 40 Pagi Yang Hangat: Benang Merah Yang Selalu Mengarah Pada Satu Nama
41 41 Qing Wei: Pemimpin yang Dihormati, Ayah yang Gagal
42 42 Monopoli CFC: Ketika Kekayaan Lebih Berkuasa daripada Kekuatan
43 43 Darah dan Penyesalan: Dendam yang Tak Terhindarkan
44 44 Ayah yang Menjual Putrinya, Iblis yang Mengadilinya
45 45 Kematian Lin Gua: Dosa yang Harus Dibayar dengan Darah
46 46 Bunga Putih dan Perasaan yang Samar: Duka atau Lega
47 47 Kultivator Peringkat Platinum: Orang Yang Melukai Jin Hao.
48 48 Tantangan Duel Dari Seorang Wanita: Kultivator Tersembunyi
49 49 Shi Hua: Kultivator Platinum, Anggota Inti Agensi Langit Surgawi
50 50 Mansion Mewah Keluarga Qing: Hubungan Yu Lan dengan Qing Wei.
51 51 Hasrat Yang Terpendam: Yu Lan dan Mo Xie
52 52 Pagi yang Tenang di Distrik Xuanshi: Preman Yang Pemarah
Episodes

Updated 52 Episodes

1
1 Mo Xie: Kebangkitan Iblis di Dunia Modern
2
2 Pembalasan Iblis Yang Terpendam: Mo Xie Menghancurkan Perundung
3
3 Kematian Sue Lan: Pembalasan Pertama
4
4 Kultivator Yang Menyerap Aura Negatif: Dunia Yang Dipenuhi Penderitaan
5
5 Distrik Xuanshi: Hidup Di Bawah Garis Kemiskinan
6
6 Alasan Kembali Ke Masa Lalu: Tekad Melindungi Adiknya
7
7 Memulai Hidup Dengan Lebih Baik: Hubungan Yang Hangat
8
8 Berita Di Pagi Hari: Apa Itu Keadilan?
9
9 Akademi Kultivasi Zhenhai: Dua Devisi Yang Saling Berlawanan
10
10 Duel Yang Mempertaruhkan Harga Diri: Mo Xie Melawan Tian Lei
11
11 Kekalahan Yang Memalukan: Kedatangan Primadona Akademi
12
12 Teman Sekelas Yang Munafik: Mo Xie Yang Tidak Peduli
13
13 Kultivator Kuno Vs Kultivator Modern: Siapa Yang Lebih Hebat?
14
14 Mo Xie dan Gadis yang Nyaris Tak Terlihat
15
15 Perkelahian Di Distrik Xuanshi: Kultivator Peringkat Silver
16
16 Lonceng Kematian Di Tangah Malam: Kematian Yu Feng
17
17 Hari Yang Damai Setelah Tragedi: Keseharian Mo Lin
18
18 Bertahan di Dunia Keras: Mo Xie dan Pekerjaan Berbahaya
19
19 Agensi Teratai Merah: Menantang Anggota Agensi
20
20 Ujian Calon Agensi: Melawan Kultivator Gold
21
21 Satu Pukulan, Seribu Yuan: Mo Xie Menguasai Taruhan
22
22 Mengambil Misi Pertama Sebagai Anggota Agensi Teratai Merah
23
23 Zona Orange: Tempat Para Pemburu Menjadi Mangsa
24
24 Melawan Beast Tingkat 6: Inti Demonic Yang Semakin Kuat
25
25 Perburuan Bloodfang Tiger: Kemunculan Tamu Tak Diundang
26
26 Pertempuran di Hutan: Keberanian atau Kebodohan?
27
27 Membunuh Tiga Kultivator Peringkat Gold: Menyelesaikan Misi
28
28 Pagi Hari Yang Damai: Interogasi Yang Menegangkan
29
29 Bisikan di Antara Dua Hati: Mo Xie dan Lin Xiaoyu
30
30 Pelajaran Pengendalian Sihir: Elemen Air Yang Fleksibel
31
31 Kejutan di Lapangan Akademi Zhenhai: Serangan Angin Mo Xie
32
32 Satu Langkah Lebih Dekat: Qing Wei Mencurigai Mo Xie
33
33 Malam yang Dingin, Kursi yang Kosong: Mo Xie dan Harapan yang Memudar
34
34 Kekerasan Di Rumah Tangga: Perasaan Yang Tak Dapat Diartikan
35
35 Pagi Hari Yang Suram: Perburuan Di Lembah Beracun
36
36 Lembah Beracun: Sarang Black Viper Dan Kemunculan Orang-orang Bodoh
37
37 Mo Xie di Surga Hiburan: Klub, Alkohol, dan Wanita
38
38 Anak Orang Kaya Yang Sombong: Arti Kesenangan
39
39 Malam yang Tak Terlupakan: Mo Xie dan Yu Lan
40
40 Pagi Yang Hangat: Benang Merah Yang Selalu Mengarah Pada Satu Nama
41
41 Qing Wei: Pemimpin yang Dihormati, Ayah yang Gagal
42
42 Monopoli CFC: Ketika Kekayaan Lebih Berkuasa daripada Kekuatan
43
43 Darah dan Penyesalan: Dendam yang Tak Terhindarkan
44
44 Ayah yang Menjual Putrinya, Iblis yang Mengadilinya
45
45 Kematian Lin Gua: Dosa yang Harus Dibayar dengan Darah
46
46 Bunga Putih dan Perasaan yang Samar: Duka atau Lega
47
47 Kultivator Peringkat Platinum: Orang Yang Melukai Jin Hao.
48
48 Tantangan Duel Dari Seorang Wanita: Kultivator Tersembunyi
49
49 Shi Hua: Kultivator Platinum, Anggota Inti Agensi Langit Surgawi
50
50 Mansion Mewah Keluarga Qing: Hubungan Yu Lan dengan Qing Wei.
51
51 Hasrat Yang Terpendam: Yu Lan dan Mo Xie
52
52 Pagi yang Tenang di Distrik Xuanshi: Preman Yang Pemarah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!