Perayaan Kebebasan

Hana dipersilakan pulang lebih awal dari biasanya. Tepat saat mentari menepi di arah barat, gadis itu melenggang keluar kafe. Dari jalan raya, terdengar bunyi klakson dari mobil hitam yang menghampirinya. Sontak, Hana menoleh dan terdiam sejenak di pinggir jalan.

Jendela mobil pun terbuka, tampak Yudis sedang duduk di jok pengemudi. "Masuklah, Hana," ujarnya.

"Ini masih sore dan kamu ngajak aku pergi jam segini?" gerutu Hana kesal.

Yudis berdecak, lalu keluar dari mobil. Dihampirinya Hana yang masih berdiri sambil membuang muka dan melipat tangan. Wajahnya yang masam menunjukkan rasa keterpaksaan begitu dalam.

"Kita pergi dulu cari baju yang bagus dan mempercantik diri kamu. Oke?" jelas Yudis.

Hana mendelik. "Aku sudah cantik. Ngapain harus pergi cari baju segala, sih," ketusnya.

Yudis tertawa kecil seraya berkata, "Iya, aku tau kamu ini cantik. Tapi akan lebih baik kalau kamu berdandan dan memakai gaun yang indah untuk acara makan malam nanti. Kamu mau, kan?"

"Memangnya siapa saja yang akan datang ke acara itu? Konglomerat? Pejabat?" Hana mengernyitkan kening.

"Iya. Ayah dan ibuku akan hadir di sana. Aku mohon, ikutlah denganku sekarang. Aku ingin memperkenalkan kamu pada mereka dengan penuh rasa bangga," tutur Yudis.

"Kamu mau memperkenalkan aku pada mereka sebagai apa? Aku nggak mau ikut kalau kamu mengajakku hanya untuk mempermalukan aku saja."

"Aku nggak akan mempermalukan kamu, makanya aku mau mengajak kamu beli gaun dan berdandan cantik. Ayolah!"

"Oke. Tapi dengan satu syarat. Aku melakukan ini satu kali saja, setelah ini kamu jangan ganggu hidup aku lagi. Setuju?" Hana menatap tajam pada Yudis.

"Setuju," sahut Yudis, kemudian bergegas membukakan pintu mobil untuk Hana.

Terpaksa, Hana duduk bersebelahan dengan Yudis. Ia membuang muka tatkala pria itu duduk di jok mobil dan mulai melajukan kendaraannya. Demi keselamatan keluarganya, mau tidak mau Hana harus menyingkirkan egonya sejenak. Lagipula, cuma jamuan makan malam, bukan menginap bersama dalam satu kamar.

Sepanjang perjalanan, Hana berusaha menjauh dari Yudis. Tangannya terus dilipat, seolah menutup diri dari pria itu. Acapkali Yudis mengajaknya mengobrol, Hana tetap acuh tak acuh seperti perempuan tuli. Kendati demikian, Yudis bersikap santai. Setidaknya dengan mengajak Hana ke acara penting itu, jarak antara dirinya dan sang gadis pujaan semakin dekat.

Setibanya di sebuah mall besar dan mewah, Yudis membukakan pintu mobil untuk Hana. Gadis itu tampak terkesima oleh kemewahan pusat perbelanjaan yang belum pernah dikunjunginya.

Selesai memarkir mobil, Yudis menggandeng Hana untuk masuk ke dalam mall. Pemuda itu tampak sumringah mengajak gadis sederhana itu berjalan-jalan mencari pakaian yang tepat untuk acara makan malam nanti.

Di sebuah toko gaun, Hana dipersilakan memilih baju yang disukainya oleh Yudis. Perasaan sungkan bercampur canggung mendera batin gadis itu. Ketakutan akan utang budi pada Yudis terus menggelayuti benaknya setiap kali menyentuh gaun yang menurutnya menarik. Hana khawatir, Yudis meminta hal lebih setelah membelikannya pakaian yang mewah.

"Aku nggak jadi pilih bajunya, deh. Mending aku pulang aja," celetuk Hana, bergegas meninggalkan toko.

Dengan sigap, Yudis memegang lengan Hana dan menahannya untuk pergi. "Ayolah! Kamu tinggal pilih baju yang kamu mau. Nggak usah pikirkan harganya. Itu urusanku."

"Kamu nggak akan minta ganti rugi, kan, karena sudah membelikan aku baju dan lainnya?" tanya Hana ragu-ragu.

Yudis terkekeh-kekeh, lalu mengusap kepalanya dari ubun-ubun sampai tengkuk. "Astaga! Pria sejati mana yang meminta ganti rugi karena sudah membelikan barang untuk gadis pujaannya? Katakan! Apa itu yang Satria lakukan padamu?"

"Kenapa kamu malah menyinggung orang yang sudah kamu habisi? Satria bukan orang seperti itu," sungut Hana berang. Namun, amarahnya seketika ciut ketika teringat masa lalu dengan mendiang kekasihnya. "Walaupun kadang-kadang aku yang traktir kalau lagi jalan bareng," lirihnya.

Terbahak-bahak Yudis mendengar perkataan Hana. Rasa percaya dirinya tumbuh beribu kali lipat mengetahui Satria tak ada apa-apa dibandingkan dengannya. "Sudahlah. Lupakan cowok miskin kayak dia. Aku, kan, udah janji bakal bikin kamu jadi perempuan paling bahagia di dunia ini."

Hana berdecak sambil memalingkan muka. Kesombongan Yudis yang begitu kentara membuatnya muak.

"Jadi, gimana? Apa sekarang kamu mau menerima aku? Atau ... Gimana kalau nanti saat acara makan malam, aku beritakan pada semua orang kalau kita ini pacaran?" tanya Yudis, masih berharap.

Hana mendelik tajam. "Dengar baik-baik. Aku melakukan semua ini bukan karena mau menerima kamu. Aku bersedia mengikuti acara makan malam itu karena khawatir keluargaku menjadi sasaran dari kekecewaan kamu."

"Oke, oke. Terserah kamu saja. Yang jelas ...," Yudis merunduk sembari mendekatkan wajahnya ke telinga Hana. "Aku senang bisa dekat dengan kamu," bisiknya.

Meremang bulu kuduk Hana, merasakan embusan napas yang begitu lembut dari Yudis menerpa lehernya. Perasaannya semakin tak karuan saja ketika Yudis tersenyum manis. Kendati Yudis memiliki banyak kelebihan dari Satria, ia tetap saja tak terima dengan semua kejahatan yang dilakukan oleh pria berparas rupawan itu.

***

Yudis menggandeng lengan Hana ketika memasuki restoran mewah, tempat jamuan makan malam diadakan. Yudis dengan setelan kemeja merah marun dibalut dengan jas hitam dan celana bahan berwarna senada, membuatnya tampak begitu menawan dan berkelas. Begitu pula Hana yang begitu memesona dalam balutan gaun malam panjang berwarna merah bata, tampak serasi dengan kulit eksotisnya. Rambutnya yang bergelombang dibiarkan terurai. Riasan wajahnya pun kian memancarkan kecantikan memikat yang dimiliki oleh gadis berparas manis itu.

Semua pandangan mata orang-orang yang berada di ruangan itu, seketika tertuju pada Yudis dan Hana. Pria blasteran Italia itu tampak serasi bersanding dengan gadis manis asli Indonesia. Kevin dan Viktor terperangah oleh sosok Hana yang unik karena kulit eksotis dan paras manisnya. Adapun Andra, hanya tersenyum sinis, seakan tak percaya kalau sahabatnya yang dingin itu akan menggandeng wanita pribumi.

Ketika bertemu dengan beberapa kolega sang ayah di ruangan mewah itu, Yudis tampak bangga memperkenalkan Hana. Gadis sederhana itu dengan senang hati berjabat tangan, meski hatinya sedikit rikuh. Kehidupan glamor bukanlah hal biasa baginya, wajar jika Hana perlu berusaha keras untuk tampil santun dan elegan di depan semua orang.

Dari arah tak terduga, I Wayan Winata bersama istrinya yang bernama Julia, menghampiri Hana dan Yudis. Pria yang mengenakan pakaian adat Bali itu memandang Hana dengan sinis sambil menyunggingkan senyum di satu sudut bibirnya.

"Ayah nggak nyangka, kamu bakal bawa perempuan ke sini," celetuk Winata memandang Hana dari ujung rambut sampai kaki.

"Ayah, perkenalkan. Ini Hana, teman dekat aku," ungkap Yudis.

Hana mengulurkan tangannya pada pria berkumis tebal itu. I Wayan Winata hanya tersenyum, tanpa menyalami tangan Hana. Sikapnya yang arogan, membuat Yudis geram. Pemuda berkacamata itu menatap tajam pada sang ayah, menyadari kehadiran gadis pilihannya disambut dengan sinis.

Menyadari percikan amarah mulai menyala di mata Yudis, Julia menyambut jabatan tangan Hana. Wanita Italia itu tersenyum ramah pada gadis yang dibawa putra semata wayangnya.

"Saya Julia, ibunya Yudistira," kata ibu Yudis memperkenalkan diri.

Tercengang Hana menatap wanita Italia berambut pirang itu memperkenalkan diri dengan bahasa Indonesia yang fasih. Ia semakin canggung bersalaman dengan ibu Yudis. "Hana," ucapnya.

"Hana, bisa kita ke tempat lain sebentar? Saya ingin ngobrolin banyak hal sama kamu," pinta Julia.

Merasa ragu, Hana melirik Yudis, seolah meminta persetujuan. Pria berkacamata itu mengangguk, mengisyaratkan pada Hana untuk ikut bersama ibunya.

"Mari," ujar Hana.

Julia berjalan beriringan dengan Hana ke salah satu sudut ruangan mewah itu. Matanya berbinar-binar, seolah menaruh harapan pada gadis yang dibawa oleh putranya ke acara itu.

Di sisi lain, Hana mengedarkan pandangan ke arah lain. Ia memperhatikan sosok Viktor, Kevin, dan Andra yang sedang mengobrol di area lain ruangan. Menurutnya, acara jamuan makan malam ini bukanlah sekadar agenda penting, melainkan perayaan kebebasan bagi para bedebah yang sudah menghabisi teman masa kecilnya. Dasar orang-orang tak tau malu, batinnya.

Setibanya di area dekat jendela, Julia memandang haru gadis manis di depannya. Ia membelai lembut pipi Hana, seperti pada putrinya sendiri. Seketika, Hana merasa canggung menerima perlakuan manis dari ibu Yudis.

"Saya nggak menyangka, Yudistira akan memilih perempuan manis seperti kamu sebagai pasangannya dalam acara ini. Saya benar-benar sangat senang," puji Julia tanpa melepaskan pandangan pada Hana.

Hana tersipu-sipu. "Terimakasih, Tante. Saya juga senang ketemu sama wanita ramah dan cantik kayak Tante."

Julia mengembangkan senyum lebar, seraya berkata, "Saya terharu saat melihat Yudistira bergandengan tangan sama kamu. Saya jadi teringat pada Rasminah."

Berkerut dahi Hana mendengar nama itu disebut. "Rasminah? Siapa dia? Apa dia mantannya Yudis?"

Julia menggelengkan kepala.

Episodes
1 Jadilah Kekasihku
2 Hampa
3 Mengisi Kekosongan Hati
4 Peringatan untuk Arum
5 Cinta atau Racun?
6 Bukti dan Pembenaran
7 Mengulur Waktu
8 Apa Kekuranganku? Katakan!
9 Teror
10 Luka Hati yang Patah
11 Menemukan Alin
12 Pisau Bermata Dua
13 Menjadi Pahlawan
14 Siasat
15 Ancaman dan Penyesalan
16 Berkumpul Kembali
17 Jaga Dirimu, Hana
18 Ketika Kekuasaan Berbicara
19 Tak Tenang
20 Perayaan Kebebasan
21 Kehilangan
22 Tolong, Jaga Batasanmu!
23 Berikan Cintamu
24 Pekerjaan Baru
25 Aroma Kenangan
26 Pertemuan Mengejutkan
27 Fakta Baru
28 Memilih Pulang
29 Rapuh
30 Mengharap Keadilan
31 Keraguan
32 Pak Parman Siuman
33 Curiga
34 Duka
35 Setelah Bapak Tiada
36 Pertaruhan
37 Alasan
38 Sesuai Kesepakatan
39 Pembebasan Lusi
40 Tak Lagi Sama
41 Rahasia Hana
42 Coba Pikirkan Dulu
43 Tawaran ke Luar Negeri
44 Negosiasi
45 Pelarian
46 Kenapa Harus Kamu?
47 Mengambil Keputusan
48 Konspirasi?!
49 Kekhawatiran Seorang Ibu
50 Tempat Baru
51 Menggenggam Dendam
52 Main Api
53 Kamu Hanya Milikku
54 Mayat di Toren Air
55 Pandangan Sinis
56 Pantaskan Dirimu
57 Surat Misterius
58 Impoten?!
59 Mengolok Anwar
60 Pencarian
61 Bu Esih Kecewa
62 Ternoda
63 Terus Terang Saja
64 Hukum Aku, Sayang
65 Kevin Menggertak
66 Adu Intrik
67 Cemburu
68 Memperoleh Maaf
69 Perpisahan Menyakitkan
70 Bolehkah Aku Mati di Tanganmu?
71 Ini Hubungan Toksik, Kak!
72 Dewa yang Ditunggu
73 Barter
74 Maukah Kamu Memaafkanku?
75 Membuka Kotak Pandora
76 Hari Indah Bersamamu
77 Apa Kamu Sungguh-sungguh Mencintaiku?
78 Obsesi Membakar Cinta
79 Visual
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Jadilah Kekasihku
2
Hampa
3
Mengisi Kekosongan Hati
4
Peringatan untuk Arum
5
Cinta atau Racun?
6
Bukti dan Pembenaran
7
Mengulur Waktu
8
Apa Kekuranganku? Katakan!
9
Teror
10
Luka Hati yang Patah
11
Menemukan Alin
12
Pisau Bermata Dua
13
Menjadi Pahlawan
14
Siasat
15
Ancaman dan Penyesalan
16
Berkumpul Kembali
17
Jaga Dirimu, Hana
18
Ketika Kekuasaan Berbicara
19
Tak Tenang
20
Perayaan Kebebasan
21
Kehilangan
22
Tolong, Jaga Batasanmu!
23
Berikan Cintamu
24
Pekerjaan Baru
25
Aroma Kenangan
26
Pertemuan Mengejutkan
27
Fakta Baru
28
Memilih Pulang
29
Rapuh
30
Mengharap Keadilan
31
Keraguan
32
Pak Parman Siuman
33
Curiga
34
Duka
35
Setelah Bapak Tiada
36
Pertaruhan
37
Alasan
38
Sesuai Kesepakatan
39
Pembebasan Lusi
40
Tak Lagi Sama
41
Rahasia Hana
42
Coba Pikirkan Dulu
43
Tawaran ke Luar Negeri
44
Negosiasi
45
Pelarian
46
Kenapa Harus Kamu?
47
Mengambil Keputusan
48
Konspirasi?!
49
Kekhawatiran Seorang Ibu
50
Tempat Baru
51
Menggenggam Dendam
52
Main Api
53
Kamu Hanya Milikku
54
Mayat di Toren Air
55
Pandangan Sinis
56
Pantaskan Dirimu
57
Surat Misterius
58
Impoten?!
59
Mengolok Anwar
60
Pencarian
61
Bu Esih Kecewa
62
Ternoda
63
Terus Terang Saja
64
Hukum Aku, Sayang
65
Kevin Menggertak
66
Adu Intrik
67
Cemburu
68
Memperoleh Maaf
69
Perpisahan Menyakitkan
70
Bolehkah Aku Mati di Tanganmu?
71
Ini Hubungan Toksik, Kak!
72
Dewa yang Ditunggu
73
Barter
74
Maukah Kamu Memaafkanku?
75
Membuka Kotak Pandora
76
Hari Indah Bersamamu
77
Apa Kamu Sungguh-sungguh Mencintaiku?
78
Obsesi Membakar Cinta
79
Visual

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!