Jaga Dirimu, Hana

Malam terasa dingin dengan embusan angin yang kian menusuk. Suara jangkrik dan katak yang bersahutan, seakan menambah kesan syahdu suasana perkampungan. Hana duduk termenung di teras rumah, sambil sesekali menyeruput teh hangat dari gelas.

Melihat si sulung termenung, Bu Esih duduk di sebelah Hana. Dibelainya rambut panjang nan lembut putrinya itu, sambil mengembangkan senyum hambar. Sontak, Hana pun sedikit terkejut oleh kedatangan sang ibu yang tiba-tiba.

"Eh, Ma," sapa Hana membalas senyum ibunya.

"Hana, Mama lihat sejak kamu datang kemari, kamu sering melamun begini. Apa kamu masih kepikiran sama kematian Alin?" tanya Bu Esih cemas.

"Enggak, Ma. Aku justru kepikiran buat mengundurkan diri dan mencari pekerjaan di tempat lain. Aku, sih, pengennya ikut pelatihan dan kerja di luar negeri sekalian," tutur Hana, lalu menyeruput teh hangat di gelasnya.

"Mama setuju-setuju aja kamu nyari kerja lagi, tapi untuk pergi ke luar negeri, Mama nggak akan pernah izinkan," ucap Bu Esih.

"Kenapa Mama masih nggak setuju? Lihatlah orang-orang sekitar kita yang merantau ke luar negeri. Mereka pulang bawa banyak uang dan bisa membangun rumah. Ibunya Alin juga begitu, kan? Terus, kenapa Mama masih merasa sangsi?" sanggah Hana.

"Mama cuma nggak mau kamu kenapa-napa. Masih mending kalau misalkan nasib kamu seberuntung mereka, kalau tidak, gimana? Mama cuma mengkhawatirkan itu," jelas Bu Esih dengan lesu.

Hana memandang ibunya, seraya berkata, "Hana bisa jaga diri, Ma. Buktinya di usia dua puluh tiga ini, Hana baik-baik aja. Harga diri dan keperawanan Hana masih utuh, walaupun sempat berpacaran sama mendiang Satria."

Terbelalak Bu Esih mendengar ucapan putrinya. "Mendiang Satria? Pacar kamu udah meninggal? Kenapa kamu nggak cerita sama Mama? Kapan dia meninggal?"

"Sekitar beberapa minggu lalu, Ma. Dia meninggal dalam tragedi kebakaran," jelas Hana.

"Astaga! Terus, sekarang kamu gimana? Udah ketemu penggantinya? Maksud Mama, apa kamu udah menjalin hubungan baru dengan lelaki lain?"

Hana menggeleng lemah. "Kenapa Mama nanya kayak gitu? Hana saat ini mau fokus sendiri dulu, mau nyari uang yang rajin buat pengobatan Bapak," jelasnya.

"Tapi umur kamu udah makin dewasa, Hana. Apa kamu mau dikatai perawan tua sama orang-orang?"

"Aku nggak peduli, Ma. Jodoh itu urusan Tuhan. Biarlah kehidupan Hana berjalan dengan semestinya."

Bu Esih mengembuskan napas pelan, lalu berkata, "Seandainya saja kamu berjodoh dengan konglomerat, mungkin derajat keluarga kita bisa segera terangkat. Bahkan kita nggak perlu pontang-panting buat nyari biaya pengobatan Bapak."

Seketika, terlintas sosok Yudis di benak Hana tatkala kata 'konglomerat' keluar dari mulut ibunya. Ia masih ingat betul akan informasi dari Anwar tentang latar belakang keluarga Yudis beberapa waktu lalu. Sekujur tubuh Hana pun merinding, membayangkan nasibnya jika sampai bersatu dengan iblis bernama Yudis itu.

"Kenapa kamu bergidik gitu?" tanya Bu Esih menatap heran.

"Aku nggak mau berjodoh sama konglomerat, Ma. Masih mending kalau mereka mau menerima perempuan miskin kayak aku, kalau enggak ... bisa-bisa aku diinjak-injak lebih buruk dari pembantu," jelas Hana dengan suara gemetar.

Bu Esih menghela napas dalam-dalam, lalu mengangguk pelan. Ia menoleh pada Hana seraya berkata, "Baiklah. Mama nggak akan memaksa kehendak kamu. Mama cuma ingin kehidupan kita menjadi lebih baik. Itu saja."

Hana menatap mata ibunya lekat-lekat. "Apa Mama nggak percaya sama Hana? Zaman sekarang, perempuan bisa mandiri dan mudah mencari uang. Hana yakin, tanpa bantuan orang luar pun, kehidupan kita pasti sejahtera."

Seulas senyum tergambar di bibir Bu Esih. Ia melihat tekad dan keyakinan kuat dari sorot pata putri semata wayangnya. Dibelainya rambut Hana sembari berkata, "Mama percaya sama kamu. Mudah-mudahan, Tuhan selalu memberi kamu keselamatan dan rezeki berlimpah di mana pun kamu berada."

"Aamiin, Ma. Doa dan berkat dari Mama sangat berarti buat Hana," sahut Hana.

"Tapi satu hal yang harus kamu pegang teguh. Tolong jaga harga diri dan nama baik kamu. Jika suatu saat nanti kamu mendapatkan jodoh terbaik dan menikah dengan seorang pria yang tepat, pastikan kehormatan kamu hanya dipersembahkan untuk suami kamu seorang. Mama nggak akan pernah setuju kamu melakukan hubungan intim sebelum menikah, walaupun usiamu hampir menyentuh seperempat abad," tutur Bu Esih.

"Pasti, Ma. Aku akan berusaha menjaga kehormatan dan harga diri sampai menikah nanti. Aku janji," tegas Hana, tersenyum simpul.

Sementara di balik jeruji besi, Yudis melamun di sudut sel. Matanya menatap kosong, seolah sesuatu hilang dari benaknya sejak mendekam di penjara.

Kevin yang merasa jenuh, duduk di sebelah Yudis dan menyikut pinggang temannya itu. Yudis pun menoleh, sembari mendongak.

"Kok melamun? Bukannya ini yang lo mau?" sindir Kevin tersenyum sinis.

Yudis mendelik sambil mendengus sebal. "Gue bukan lagi mikirin nasib buruk, tapi mikirin cewek," jelasnya.

"Ya elah. Cewek mana lagi yang lo pikirin? Gue nggak yakin, cowok dingin kayak lo bisa jatuh cinta beneran sama cewek. Pasti lo pengen tidur bareng doang, kan? Noh! Di lapak nyokapnya si Viktor banyak tuh cewek yang siap diajak tidur," cerocos Kevin, sembari sesekali memandang ke arah pemuda gagah bertato yang sudah terlelap sambil mendengkur.

"Ck. Gue nggak butuh lonte," celetuk Yudis membuang muka.

"Lah? Terus cewek yang kayak gimana dong? Pelayan kafe?" tanya Kevin penasaran.

Yudis menoleh. "Gue mau Hana."

Kevin mengernyitkan kening. "Hana? Siapa Hana?"

"Pelayan kafe yang pernah gue ceritain," jawab Yudis.

"Astaga!" Kevin mendongak sambil menepuk keningnya.

"Kenapa lo?" Yudis mendelik.

"Bukan gue yang kenapa, tapi elo!" tukas Kevin menunjuk Yudis. "Emang sebagus apa, sih, pelayan kafe itu? Seksi? Bohay? Atau lebih cantik dari Alin?"

"Lo nggak bakal ngerti," cetus Yudis. "Sekarang justru gue yang ragu sama lo. Apa orang berperasaan kayak lo bisa bener-bener jatuh cinta sama cewek tanpa syarat?"

Termangu Kevin mendengar pertanyaan Yudis. Pemuda bermata sipit itu mengerutkan dahi sambil menoleh pada teman di sebelahnya. "Elo? Ngomongin cinta tanpa syarat? What the fuck are you talking about, Yudis? Orang yang terjerat kasus memalukan kayak kita ini nggak pantes ngomongin hal begituan," ketusnya.

"Ya udah, sih. Yang jelas, buat gue Hana tuh lebih dari sekadar cewek cantik. Dia tuh bunga mekar di hati gue," tutur Yudis lesu.

"Udahlah, gue makin lama makin geli dengerin omongan lo. Sekarang, mending kita berpikir jauh ke depan. Kira-kira kalau bebas nanti, lo punya rencana pergi ke mana? Balik lagi ke Bali? Atau stay di Itali?"

"Gue nggak bakal ke mana-mana," jawab Yudis singkat.

Tercengang Kevin mengetahui jawaban Yudis. "Apa?! Lo nggak bercanda, kan? Padahal si Viktor sama si Andra udah berencana mau pergi dari Jakarta. Andra mau ke Thailand, Viktor mau tinggal sementara di kampung halaman opungnya di Samosir, dan gue mau lanjutin studi ke Singapura. Sedangkan lo? Tinggal di sini?"

"Apa salahnya? Gue milih tetep tinggal di Jakarta biar bisa deket terus sama Hana. Emangnya nggak boleh, ya?"

Kevin mendelik sambil mengembuskan napas berat. "Terserah lo aja deh. Orang lagi bucin emang kadang-kadang mendadak tolol," ketusnya.

Episodes
1 Jadilah Kekasihku
2 Hampa
3 Mengisi Kekosongan Hati
4 Peringatan untuk Arum
5 Cinta atau Racun?
6 Bukti dan Pembenaran
7 Mengulur Waktu
8 Apa Kekuranganku? Katakan!
9 Teror
10 Luka Hati yang Patah
11 Menemukan Alin
12 Pisau Bermata Dua
13 Menjadi Pahlawan
14 Siasat
15 Ancaman dan Penyesalan
16 Berkumpul Kembali
17 Jaga Dirimu, Hana
18 Ketika Kekuasaan Berbicara
19 Tak Tenang
20 Perayaan Kebebasan
21 Kehilangan
22 Tolong, Jaga Batasanmu!
23 Berikan Cintamu
24 Pekerjaan Baru
25 Aroma Kenangan
26 Pertemuan Mengejutkan
27 Fakta Baru
28 Memilih Pulang
29 Rapuh
30 Mengharap Keadilan
31 Keraguan
32 Pak Parman Siuman
33 Curiga
34 Duka
35 Setelah Bapak Tiada
36 Pertaruhan
37 Alasan
38 Sesuai Kesepakatan
39 Pembebasan Lusi
40 Tak Lagi Sama
41 Rahasia Hana
42 Coba Pikirkan Dulu
43 Tawaran ke Luar Negeri
44 Negosiasi
45 Pelarian
46 Kenapa Harus Kamu?
47 Mengambil Keputusan
48 Konspirasi?!
49 Kekhawatiran Seorang Ibu
50 Tempat Baru
51 Menggenggam Dendam
52 Main Api
53 Kamu Hanya Milikku
54 Mayat di Toren Air
55 Pandangan Sinis
56 Pantaskan Dirimu
57 Surat Misterius
58 Impoten?!
59 Mengolok Anwar
60 Pencarian
61 Bu Esih Kecewa
62 Ternoda
63 Terus Terang Saja
64 Hukum Aku, Sayang
65 Kevin Menggertak
66 Adu Intrik
67 Cemburu
68 Memperoleh Maaf
69 Perpisahan Menyakitkan
70 Bolehkah Aku Mati di Tanganmu?
71 Ini Hubungan Toksik, Kak!
72 Dewa yang Ditunggu
73 Barter
74 Maukah Kamu Memaafkanku?
75 Membuka Kotak Pandora
76 Hari Indah Bersamamu
77 Apa Kamu Sungguh-sungguh Mencintaiku?
78 Obsesi Membakar Cinta
79 Visual
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Jadilah Kekasihku
2
Hampa
3
Mengisi Kekosongan Hati
4
Peringatan untuk Arum
5
Cinta atau Racun?
6
Bukti dan Pembenaran
7
Mengulur Waktu
8
Apa Kekuranganku? Katakan!
9
Teror
10
Luka Hati yang Patah
11
Menemukan Alin
12
Pisau Bermata Dua
13
Menjadi Pahlawan
14
Siasat
15
Ancaman dan Penyesalan
16
Berkumpul Kembali
17
Jaga Dirimu, Hana
18
Ketika Kekuasaan Berbicara
19
Tak Tenang
20
Perayaan Kebebasan
21
Kehilangan
22
Tolong, Jaga Batasanmu!
23
Berikan Cintamu
24
Pekerjaan Baru
25
Aroma Kenangan
26
Pertemuan Mengejutkan
27
Fakta Baru
28
Memilih Pulang
29
Rapuh
30
Mengharap Keadilan
31
Keraguan
32
Pak Parman Siuman
33
Curiga
34
Duka
35
Setelah Bapak Tiada
36
Pertaruhan
37
Alasan
38
Sesuai Kesepakatan
39
Pembebasan Lusi
40
Tak Lagi Sama
41
Rahasia Hana
42
Coba Pikirkan Dulu
43
Tawaran ke Luar Negeri
44
Negosiasi
45
Pelarian
46
Kenapa Harus Kamu?
47
Mengambil Keputusan
48
Konspirasi?!
49
Kekhawatiran Seorang Ibu
50
Tempat Baru
51
Menggenggam Dendam
52
Main Api
53
Kamu Hanya Milikku
54
Mayat di Toren Air
55
Pandangan Sinis
56
Pantaskan Dirimu
57
Surat Misterius
58
Impoten?!
59
Mengolok Anwar
60
Pencarian
61
Bu Esih Kecewa
62
Ternoda
63
Terus Terang Saja
64
Hukum Aku, Sayang
65
Kevin Menggertak
66
Adu Intrik
67
Cemburu
68
Memperoleh Maaf
69
Perpisahan Menyakitkan
70
Bolehkah Aku Mati di Tanganmu?
71
Ini Hubungan Toksik, Kak!
72
Dewa yang Ditunggu
73
Barter
74
Maukah Kamu Memaafkanku?
75
Membuka Kotak Pandora
76
Hari Indah Bersamamu
77
Apa Kamu Sungguh-sungguh Mencintaiku?
78
Obsesi Membakar Cinta
79
Visual

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!