Menjadi Pahlawan

Hana tak tinggal diam. Ia membuat janji dengan Anwar untuk bertemu di kampus tempat Alin kuliah. Setibanya di sana, tampak Anwar sudah menunggu di depan gerbang, sambil menaiki sepeda motornya.

Hana segera bergegas menghampiri Anwar menuju gerbang kampus. Semburat harapan terpancar jelas di wajah Anwar tatkala Hana menghampirinya.

"Gimana? Kamu udah lapor polisi?" tanya Anwar antusias.

Hana menggeleng pelan. "Aku justru diancam sama Yudis. Katanya kalau aku melapor ke polisi, dia akan menghabisi Alin."

"Yudis? Sialan! Mentang-mentang bokapnya berkuasa, dia bisa seenaknya ngancam orang," rutuk Anwar kesal.

"Memangnya orang tua Yudis punya kuasa apa, sih? Apa dia itu anak pejabat?" tanya Hana penasaran.

"Sebaiknya kamu naik ke motor aku. Nanti aku bakal ceritain semuanya di jalan. Kita harus segera selamatin Alin sebelum Kevin sama teman-temannya datang ke rumah tua itu. Ayo!" ajak Anwar.

Hana mengangguk setuju, kemudian duduk di belakang Anwar. Pemuda itu melajukan motornya, meninggalkan kampus tempat mereka bertemu.

"Aku mau tau, sebenarnya Yudis itu siapa? Apa dia anak konglomerat?" tanya Hana, rasa penasaran masih saja bergemuruh di dalam dadanya.

"Iya, dia anak pejabat dari Bali. Bokapnya punya bisnis ilegal, jualan narkoba sama praktik perdagangan manusia, makanya dia berani ngancam kita," jawab Anwar, sembari tetap fokus mengemudikan motornya.

"Apa? Bisnis ilegal? Emangnya pemerintah nggak turun tangan buat mencopot jabatan bokapnya Yudis?" Hana mengernyitkan kening.

"Aku juga nggak ngerti. Bisnis yang dilakukan bokapnya Yudis cuma diketahui segelintir orang dan buat menjeratnya juga susah banget," jelas Anwar. "Bukan cuma bokapnya Yudis aja yang begitu. Orang tua tiga temen aku juga punya bisnis ilegal."

"Terus, kenapa kamu bisa kenal mereka? Apa kalian pernah satu tongkrongan?"

"Bakal panjang kalau diceritain mah. Aku kenal mereka karena mendiang bokap pernah menjalin kerjasama bisnis sama orang tuanya."

"Gitu, ya."

"Aku sampai sekarang nggak nyangka, mereka nekat juga ngelakuin hal di luar batas. Sebelumnya nggak pernah gini."

"Apa kamu pernah nasihati mereka kalau yang udah dilakuin mereka tuh nggak bener?"

"Tentu saja. Aku udah memperingatkan mereka buat bebasin Alin, tapi apa yang aku dapat? Yudis malah ngancam aku. Adik perempuan aku bakal dijual ke luar negeri kalau aku berani lapor polisi," tegas Anwar. "Oya, Yudis ngancam kamu kayak gimana? Kok kamu sampai nggak berani lapor polisi?"

"Yudis ngancam bakal menghabisi Alin kalau aku lapor polisi. Makanya, aku minta bantuan kamu buat selamatin Alin sekarang," jelas Hana.

"Yudis tuh bener-bener kebangetan, ya. Lihat aja nanti kalau kita berhasil selamatin Alin, kita langsung lapor polisi aja biar mereka dihukum," gerutu Anwar, melajukan motornya lebih kencang.

"Iya," sahut Hana.

Setibanya di depan rumah tua tempat Alin disekap, Hana dan Anwar segera turun dari motor. Keduanya berlari kecil menuju bangunan usang yang halamannya ditumbuhi rumput tinggi.

Ketika sampai di teras rumah, Hana mengintip ke jendela. Suasana rumah yang begitu sepi, membuatnya sangsi bahwa Alin ditahan di dalam sana.

"Apa benar ini tempat Alin disekap?" tanya Hana menoleh pada Anwar.

"Iya. Kemarin aku membuntuti Kevin sampai sini. Bahkan aku hampir berhasil bawa Alin pergi," tegas Anwar meyakinkan.

"Ya udah, kalau gitu, sekarang buka pintunya. Siapa tau kita bisa nemuin Alin di dalam," ujar Hana.

Anwar mengangguk setuju, kemudian menggerakkan gagang pintu. Sayang, ternyata pintu itu dikunci. Hana yang berdiri di sebelah Anwar, meminta pemuda itu menggunakan segenap kekuatannya untuk mendobrak pintu. Satu kali percobaan gagal. Dua sampai tiga kali dobrak, akhirnya pintu berhasil dibuka.

Setelah berhasil masuk, Hana dan Anwar memanggil-manggil Alin. Anwar yang masih ingat betul kamar tempat Alin disekap, berjalan menuju ruangan itu. Kebetulan, pintu kamar tidak dikunci, sehingga memudahkannya segera masuk ke sana.

"Alin!" seru Anwar, tatkala memasuki kamar gelap itu.

Pemuda itu seketika terdiam. Tak ada siapa pun di kamar yang ia yakini sebagai tempat Alin disekap.

"Apa kamu menemukan Alin?" tanya Hana, memasuki kamar tempat Anwar berdiri.

Anwar menoleh, lalu menggeleng lemah. "Nggak ada."

"Kita cari ke ruangan lain. Ayo!" ajak Hana.

Anwar dan Hana bergegas menyelusuri setiap ruangan di dalam rumah itu. Tak ada tanda-tanda keberadaan Alin di sana. Mereka hanya menemukan bekas botol minuman, perabotan yang ditutup kain putih, serta barang-barang tak layak pakai.

Di tengah kebingungannya, Hana menerima panggilan masuk di ponselnya. Diangkatnya panggilan dari nomor tak dikenal itu, lalu menempelkan ponsel di telinga.

"Halo," sapa Hana.

"Kamu sedang mencari siapa, Hana? Apa kamu masih belum menyerah buat menemukan Alin?" Suara berat seorang pria di seberang telepon menggetarkan dada Hana.

"Yudis?" Hana tercengang. "Katakan! Di mana Alin!"

"Untuk apa kamu terus-terusan mencari Alin? Kan sudah kubilang, Alin baik-baik saja. Apa kamu ragu sama ucapan aku?"

"Cepat katakan, di mana Alin! Aku udah muak berbasa-basi sama kamu!" bentak Hana meninggikan nada bicaranya.

"Aku nggak akan ngasih tau sampai kamu mau menerima aku," tutur Yudis dengan santai, lalu mengakhiri panggilannya.

Adapun Hana yang menyadari panggilan telah berakhir, menatap ponselnya dengan gusar. Rahangnya mengeras, kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun.

"Apa yang Yudis bilang? Apa dia ngasih tau tempat penyekapan lain?" tanya Anwar cemas.

"Yudis malah minta aku buat pacaran sama dia," jawab Hana mendesah kasar.

"Kalau gitu, lakukan saja," usul Anwar.

Hana menoleh pada Anwar sambil menunjukkan raut kesal. "Apa? Aku nggak mau, loh, mempertaruhkan harga diri aku demi keselamatan Alin. Kita harus cari cara lain."

"Ayolah, Hana! Ini demi keselamatan Alin. Mau nggak mau, harus ada yang dikorbankan," tuntut Anwar.

"Aku nggak bisa gitu aja nurutin kemauan Yudis. Dia itu orangnya licik. Apa kamu nggak tau itu?" bantah Hana dengan tegas.

Anwar mengembuskan napas berat. Sejenak ia termenung memikirkan berbagai cara, hingga akhirnya satu ide cemerlang terlintas di benak pemuda itu. "Gimana kalau kita minta bantuan orang tuanya Alin? Siapa tau aja lewat mereka, polisi bisa cepat bertindak," cetusnya.

"Ah, benar juga! Tapi ... gimana kalau ibunya malah semakin cemas dan bikin kesehatannya menurun? Aku nggak kuat kalau sampai ibunya Alin kenapa-napa."

"Kamu mau Alin selamat, kan? Kalau kita nggak bisa lapor polisi, mungkin lewat kekuatan ibunya Alin, kita bisa menemukan dia sekaligus menjerat Yudis sama teman-temannya masuk penjara," tutur Anwar penuh harap.

"Baiklah. Mudah-mudahan itu jadi jalan keluar buat menemukan Alin dan menghukum teman-teman kamu," ucap Hana mengangguk setuju.

Sementara Hana menghubungi keluarganya di kampung untuk meminta nomor ponsel ibunya Alin, Yudis melajukan mobilnya dari depan rumah tua itu. Pemuda itu tersenyum-senyum, merasa puas akan keberhasilannya yang membuat Hana kebingungan setengah mati.

Episodes
1 Jadilah Kekasihku
2 Hampa
3 Mengisi Kekosongan Hati
4 Peringatan untuk Arum
5 Cinta atau Racun?
6 Bukti dan Pembenaran
7 Mengulur Waktu
8 Apa Kekuranganku? Katakan!
9 Teror
10 Luka Hati yang Patah
11 Menemukan Alin
12 Pisau Bermata Dua
13 Menjadi Pahlawan
14 Siasat
15 Ancaman dan Penyesalan
16 Berkumpul Kembali
17 Jaga Dirimu, Hana
18 Ketika Kekuasaan Berbicara
19 Tak Tenang
20 Perayaan Kebebasan
21 Kehilangan
22 Tolong, Jaga Batasanmu!
23 Berikan Cintamu
24 Pekerjaan Baru
25 Aroma Kenangan
26 Pertemuan Mengejutkan
27 Fakta Baru
28 Memilih Pulang
29 Rapuh
30 Mengharap Keadilan
31 Keraguan
32 Pak Parman Siuman
33 Curiga
34 Duka
35 Setelah Bapak Tiada
36 Pertaruhan
37 Alasan
38 Sesuai Kesepakatan
39 Pembebasan Lusi
40 Tak Lagi Sama
41 Rahasia Hana
42 Coba Pikirkan Dulu
43 Tawaran ke Luar Negeri
44 Negosiasi
45 Pelarian
46 Kenapa Harus Kamu?
47 Mengambil Keputusan
48 Konspirasi?!
49 Kekhawatiran Seorang Ibu
50 Tempat Baru
51 Menggenggam Dendam
52 Main Api
53 Kamu Hanya Milikku
54 Mayat di Toren Air
55 Pandangan Sinis
56 Pantaskan Dirimu
57 Surat Misterius
58 Impoten?!
59 Mengolok Anwar
60 Pencarian
61 Bu Esih Kecewa
62 Ternoda
63 Terus Terang Saja
64 Hukum Aku, Sayang
65 Kevin Menggertak
66 Adu Intrik
67 Cemburu
68 Memperoleh Maaf
69 Perpisahan Menyakitkan
70 Bolehkah Aku Mati di Tanganmu?
71 Ini Hubungan Toksik, Kak!
72 Dewa yang Ditunggu
73 Barter
74 Maukah Kamu Memaafkanku?
75 Membuka Kotak Pandora
76 Hari Indah Bersamamu
77 Apa Kamu Sungguh-sungguh Mencintaiku?
78 Obsesi Membakar Cinta
79 Visual
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Jadilah Kekasihku
2
Hampa
3
Mengisi Kekosongan Hati
4
Peringatan untuk Arum
5
Cinta atau Racun?
6
Bukti dan Pembenaran
7
Mengulur Waktu
8
Apa Kekuranganku? Katakan!
9
Teror
10
Luka Hati yang Patah
11
Menemukan Alin
12
Pisau Bermata Dua
13
Menjadi Pahlawan
14
Siasat
15
Ancaman dan Penyesalan
16
Berkumpul Kembali
17
Jaga Dirimu, Hana
18
Ketika Kekuasaan Berbicara
19
Tak Tenang
20
Perayaan Kebebasan
21
Kehilangan
22
Tolong, Jaga Batasanmu!
23
Berikan Cintamu
24
Pekerjaan Baru
25
Aroma Kenangan
26
Pertemuan Mengejutkan
27
Fakta Baru
28
Memilih Pulang
29
Rapuh
30
Mengharap Keadilan
31
Keraguan
32
Pak Parman Siuman
33
Curiga
34
Duka
35
Setelah Bapak Tiada
36
Pertaruhan
37
Alasan
38
Sesuai Kesepakatan
39
Pembebasan Lusi
40
Tak Lagi Sama
41
Rahasia Hana
42
Coba Pikirkan Dulu
43
Tawaran ke Luar Negeri
44
Negosiasi
45
Pelarian
46
Kenapa Harus Kamu?
47
Mengambil Keputusan
48
Konspirasi?!
49
Kekhawatiran Seorang Ibu
50
Tempat Baru
51
Menggenggam Dendam
52
Main Api
53
Kamu Hanya Milikku
54
Mayat di Toren Air
55
Pandangan Sinis
56
Pantaskan Dirimu
57
Surat Misterius
58
Impoten?!
59
Mengolok Anwar
60
Pencarian
61
Bu Esih Kecewa
62
Ternoda
63
Terus Terang Saja
64
Hukum Aku, Sayang
65
Kevin Menggertak
66
Adu Intrik
67
Cemburu
68
Memperoleh Maaf
69
Perpisahan Menyakitkan
70
Bolehkah Aku Mati di Tanganmu?
71
Ini Hubungan Toksik, Kak!
72
Dewa yang Ditunggu
73
Barter
74
Maukah Kamu Memaafkanku?
75
Membuka Kotak Pandora
76
Hari Indah Bersamamu
77
Apa Kamu Sungguh-sungguh Mencintaiku?
78
Obsesi Membakar Cinta
79
Visual

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!