Cinta atau Racun?

Arum begitu jengkel mendapati panggilan dari Hana di ponselnya. Dengan memberengut, gadis itu mengangkat telepon sambil mendengus sebal.

"Ada apa kamu dari tadi nelepon aku terus? Kamu nggak suka aku berduaan lama-lama sama Yudis? Kamu pengen merusak makan malam romantis aku, iya?" cecar Arum bersungut-sungut.

Hana yang mendengar suara Arum di seberang telepon akhirnya bisa bernapas lega. "Syukurlah kamu baik-baik aja. Aku cuma mau tau kabar kamu, Rum."

"Cuma pengen tau aja atau emang iri? Nggak usah telepon-telepon segala! Kamu tuh ganggu banget, tau!" gerutu Arum.

"Maaf kalau aku mengganggu. Aku cuma khawatir aja kamu bakal dicelakai sama Yudis. Saat ini juga aku pengen nyusul ke tempat kamu. Kalau kamu nggak keberatan, bisa kasih tau nggak nama hotelnya apa?" jelas Hana berusaha meyakinkan. Kekhawatiran begitu kentara dari suaranya yang bergetar.

"Ngapain kamu ke sini? Mau jadi kambing conge? Udahlah, nggak usah ngusik aku lagi. Kamu pikir aku ini anak kecil, apa? Aku bisa jaga diri," cerocos Arum gusar.

"Tapi, Rum, aku cuma--" Belum sempat menyampaikan maksud hatinya, Hana terkejut mengetahui Arum telah mengakhiri panggilan begitu saja.

Hana mendesah kasar sembari melangkah ke luar kafe yang baru saja tutup. Entah dengan cara apa ia harus menyelamatkan Arum sebelum niat buruk Yudis berjalan.

Cukup lama berpikir, gadis itu memutuskan untuk datang ke rumah Arum dan menanyai orang tuanya. Barangkali ia mendapat informasi mengenai hotel tempat Arum berkencan.

Sementara itu, Arum kembali ke meja dan tersenyum pada Yudis. Ditatapnya hidangan makan malam mewah yang tersaji di meja sambil berdecak kagum.

"Wah! Makanannya udah dateng," kata Arum dengan mata berbinar-binar, lalu menatap Yudis. "Kamu nggak makan duluan?"

"Enggak. Aku nungguin kamu," jawab Yudis sambil tersenyum simpul.

Keduanya pun menyantap makanan masing-masing. Sikap Arum yang kelewat norak, membuat Yudis sesekali menatap sinis. Akan tetapi, sebagai lelaki berkelas, ia pandai bersikap tenang seolah memaklumi kelakuan gadis kelas rendahan seperti Arum.

Sementara itu, Hana baru saja tiba di rumah Arum, diantar oleh ojek daring. Ia berujar pada sang pengemudi agar menunggu sebentar.

Bergegas Hana memasuki halaman rumah Arum. Ketika sampai di depan pintu, ia segera mengetuknya sampai terdengar suara sahutan seorang wanita dari dalam. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya membukakan pintu dan menyambut Hana dengan heran.

"Eh, Hana? Ada apa kamu kemari?" tanya ibu Arum.

"Bu, kalau boleh tau, Arum malam ini pergi ke mana, ya? Katanya dia diajak kencan sama pacarnya, tapi nggak ngasih tau aku soal tempat kencannya," tutur Hana dengan canggung.

"Kalau itu, Ibu juga kurang tau. Arum nggak cerita banyak tentang kencannya. Dia cuma bilang akan pergi ke hotel bintang lima buat makan malam sama cowok ganteng. Ibu pikir, Arum cerita soal lokasinya sama kamu," jelas ibu Arum.

"Oh, begitu, ya." Hana mengangguk pelan. "Maaf sudah mengganggu waktu istirahatnya, ya, Bu. Saya pamit dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam," sahut ibu Arum.

Sementara Hana bergegas keluar dari halaman rumah Arum, Yudis baru saja menyelesaikan santapan makan malamnya. Ditatapnya lagi Arum dengan lekat-lekat, sambil menyunggingkan senyum di satu sudut bibirnya.

Menyadari sedang dipandangi oleh kekasihnya, Arum tersipu-sipu. Cepat-cepat ia menyeruput jus jeruk, lalu menyelesaikan makan malamnya.

"Oya, Arum. Kita bisa nginep di sini semalam aja nggak? Aku masih betah buat berlama-lama sama kamu," pinta Yudis, tanpa melepaskan pandangannya pada Arum.

Seketika, Arum merasa gugup mendengar pertanyaan Yudis. "Maksudnya nginep tuh gimana, ya? Kita booking satu kamar dan satu tempat tidur, gitu?"

Yudis mengangguk. "Ya. Apa lagi? Bukannya malam ini kita sudah resmi jadian?"

Jantung Arum berdegup kencang. Ia tak menyangka, Yudis merencanakan malam yang indah sampai sejauh ini.

"Kenapa kamu diam? Bukannya tidur bersama seorang pria itu udah nggak tabu lagi buat kamu? Pacarnya Hana aja kamu layani, kenapa tidak dengan aku?" lanjut Yudis, masih menatap Arum dengan penuh harap.

"Bukan begitu ... a-aku cuma gugup aja. Soalnya, keputusan kamu tuh mendadak gitu. Jadi, aku belum siap buat itu," jelas Arum tergagap-gagap.

"Aku mohon. Cuma malam ini aja aku bisa menghabiskan waktu sama kamu. Aku ingin malam ini lebih sempurna. Kamu mau, kan?" bujuk Yudis, dengan wajah memelas.

Melihat wajah Yudis yang begitu penuh harap, Arum pun mengangguk setuju. Keduanya beranjak dari kursi, lalu berjalan menuju kamar yang sudah dipesan oleh Yudis.

Setelah tiba di lantai yang dituju, Yudis membiarkan Arum berjalan lebih dulu. Panggilan masuk di ponselnya seakan membuat Yudis tertahan sejenak untuk mengangkatnya. Segera pria itu menekan tombol hijau di layar ponselnya.

"Halo," sapa Yudis dengan lesu.

"Katakan! Di hotel mana kalian berkencan? Aku akan segera datang sebelum kamu menghabisi Arum," desak Hana berang.

"Kenapa kamu tanya sama aku? Memangnya Arum nggak ngasih tau kamu?"

"Nggak usah banyak tanya! Cepat sebutkan nama hotelnya!" desak Hana.

"Buat apa? Kamu cemburu karena aku menghabiskan malam romantis sama Arum? Kalau begitu, kenapa kamu menolak terus buat jadian sama aku?"

"Nggak usah banyak cingcong! Sebutin aja nama hotelnya!" bentak Hana semakin geram.

"Sudahlah, Hana. Kamu sudah terlambat. Sekarang, nikmatilah penyesalan atas ego kamu itu, ya. Atau ... sebaiknya kamu tidur nyenyak, mimpikan aku, lalu nyalakan TV saat pagi hari. Siapa tau, besok kamu dapat kabar menyenangkan tentang Arum. Oke? Selamat beristirahat, sayang. Love you," tutur Yudis, lalu menutup teleponnya.

Menyadari panggilan telah berakhir, Hana menggeram sambil menghentakkan kakinya ke tanah. Ia kemudian menaiki ojek daring dan memutuskan untuk mencari mereka ke setiap hotel bintang lima. Upaya menyelamatkan Arum benar-benar lebih sulit dari dugaannya.

Sementara itu, Arum masih terkagum-kagum dengan kamar mewah yang dipesan oleh Yudis. Jendela kaca yang besar, menampilkan gemerlap lampu gedung-gedung di luar hotel. Rasa takjub Arum terlihat jelas dari pancaran mata dan senyum di bibirnya.

Yudis merangkul Arum dari belakang, sehingga membuat gadis itu terperanjat. Pria itu menciumi leher Arum dengan lembut, sembari menghirup aroma parfum yang begitu segar dari tubuh gadisnya.

"Arum, aku merasa beruntung telah mendapatkan kamu," bisik Yudis di belakang telinga Arum.

Arum tersipu-sipu, kemudian berbalik badan dan melingkarkan kedua lengannya ke belakang leher Yudis. Ditatapnya sepasang mata dengan sorot tajam itu sambil tersenyum simpul. "Tidak, Yudis. Justru aku yang seharusnya merasa beruntung. Aku nggak nyangka, bisa dapetin pangeran kayak kamu. Terimakasih, ya, udah datang di dalam hidup aku."

Di tengah-tengah obrolan mereka, seseorang mengetuk pintu. Yudis segera melepaskan diri dari rangkulan Arum, kemudian berjalan menuju pintu. Saat pintu dibuka, rupanya seorang pelayan mengantarkan sebotol sampanye dan dua gelas ke kamarnya. Yudis pun mempersilakannya menaruh minuman itu di kamar.

Selesai minuman itu ditaruh, pelayan pun pamit pergi dari kamar yang disewa Yudis. Tak lupa, Yudis memberinya uang tip sebagai tanda terima kasih. Selanjutnya, pria itu duduk di kursi, lalu menuangkan sampanye ke dalam gelas. Satu gelas untuknya dan satu lagi untuk Arum.

Diberikannya segelas minuman itu pada Arum seraya berkata, "Minumlah."

Arum dengan canggung menerima gelas berisi sampanye itu, lalu menatap Yudis. "Tapi ... ini minuman mahal."

"Tak usah pikirkan harganya. Aku hanya ingin menjadikan kamu gadis paling istimewa malam ini. Nggak mungkin, kan, gadis semahal kamu disuguhi minuman murahan?" goda Yudis.

Arum tersenyum tipis, lalu meneguk minuman di tangannya sampai habis. Rasa manis bercampur asam dan sedikit pahit memberikan sensasi lain di lidahnya. Gadis itu tercengang, takjub akan rasa minuman mahal yang baru saja masuk ke dalam kerongkongannya.

"Luar biasa!" desis Arum dengan mata membulat.

"Bagaimana?" tanya Yudis.

"Ini pertama kalinya aku minum minuman mewah ini. Rasanya enak banget," decak Arum, sambil menaruh gelas ke meja.

Tak berselang lama, Arum merasakan perutnya begitu sakit. Bukan itu saja, kerongkongannya serasa terbakar sehingga kesulitan menyampaikan ketidaknyamanan pada Yudis. Ia hanya bisa meringis sambil memegangi leher dan perutnya. Dengan terhuyung-huyung, Arum berjalan menuju ranjang dan meremas sprei.

"Ya ampun! Kamu kenapa, Arum?" tanya Yudis, tampak panik menghampiri Arum.

Saking hebatnya rasa sakit yang mengoyak perut dan leher, Arum terbaring di ranjang sambil mengerang. Nyawanya sudah di ujung tanduk. Gadis itu pun hilang daya, hingga akhirnya tak sadarkan diri.

Yudis duduk di sebelah Arum dan mengecek denyut nadi di tangan gadis itu. Agar merasa lebih yakin, ia juga menyentuh jalur nadi di leher dan dada Arum. Seulas senyum mengembang di bibir pria itu, menandakan kepuasan tiada tara.

"Akhirnya kamu tewas juga, Gadis Jalang," gumam Yudis, lalu tertawa puas.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Ga sudi menyentuh tubuh wanita yg pernah di sentuh pria lain maksudnya apa y?? Apa kalo Arum msh perawan dia mau nyentuh?? Itumah namanya bkn psikopat tp penjahat kelamin.

2025-02-07

0

lihat semua
Episodes
1 Jadilah Kekasihku
2 Hampa
3 Mengisi Kekosongan Hati
4 Peringatan untuk Arum
5 Cinta atau Racun?
6 Bukti dan Pembenaran
7 Mengulur Waktu
8 Apa Kekuranganku? Katakan!
9 Teror
10 Luka Hati yang Patah
11 Menemukan Alin
12 Pisau Bermata Dua
13 Menjadi Pahlawan
14 Siasat
15 Ancaman dan Penyesalan
16 Berkumpul Kembali
17 Jaga Dirimu, Hana
18 Ketika Kekuasaan Berbicara
19 Tak Tenang
20 Perayaan Kebebasan
21 Kehilangan
22 Tolong, Jaga Batasanmu!
23 Berikan Cintamu
24 Pekerjaan Baru
25 Aroma Kenangan
26 Pertemuan Mengejutkan
27 Fakta Baru
28 Memilih Pulang
29 Rapuh
30 Mengharap Keadilan
31 Keraguan
32 Pak Parman Siuman
33 Curiga
34 Duka
35 Setelah Bapak Tiada
36 Pertaruhan
37 Alasan
38 Sesuai Kesepakatan
39 Pembebasan Lusi
40 Tak Lagi Sama
41 Rahasia Hana
42 Coba Pikirkan Dulu
43 Tawaran ke Luar Negeri
44 Negosiasi
45 Pelarian
46 Kenapa Harus Kamu?
47 Mengambil Keputusan
48 Konspirasi?!
49 Kekhawatiran Seorang Ibu
50 Tempat Baru
51 Menggenggam Dendam
52 Main Api
53 Kamu Hanya Milikku
54 Mayat di Toren Air
55 Pandangan Sinis
56 Pantaskan Dirimu
57 Surat Misterius
58 Impoten?!
59 Mengolok Anwar
60 Pencarian
61 Bu Esih Kecewa
62 Ternoda
63 Terus Terang Saja
64 Hukum Aku, Sayang
65 Kevin Menggertak
66 Adu Intrik
67 Cemburu
68 Memperoleh Maaf
69 Perpisahan Menyakitkan
70 Bolehkah Aku Mati di Tanganmu?
71 Ini Hubungan Toksik, Kak!
72 Dewa yang Ditunggu
73 Barter
74 Maukah Kamu Memaafkanku?
75 Membuka Kotak Pandora
76 Hari Indah Bersamamu
77 Apa Kamu Sungguh-sungguh Mencintaiku?
78 Obsesi Membakar Cinta
79 Visual
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Jadilah Kekasihku
2
Hampa
3
Mengisi Kekosongan Hati
4
Peringatan untuk Arum
5
Cinta atau Racun?
6
Bukti dan Pembenaran
7
Mengulur Waktu
8
Apa Kekuranganku? Katakan!
9
Teror
10
Luka Hati yang Patah
11
Menemukan Alin
12
Pisau Bermata Dua
13
Menjadi Pahlawan
14
Siasat
15
Ancaman dan Penyesalan
16
Berkumpul Kembali
17
Jaga Dirimu, Hana
18
Ketika Kekuasaan Berbicara
19
Tak Tenang
20
Perayaan Kebebasan
21
Kehilangan
22
Tolong, Jaga Batasanmu!
23
Berikan Cintamu
24
Pekerjaan Baru
25
Aroma Kenangan
26
Pertemuan Mengejutkan
27
Fakta Baru
28
Memilih Pulang
29
Rapuh
30
Mengharap Keadilan
31
Keraguan
32
Pak Parman Siuman
33
Curiga
34
Duka
35
Setelah Bapak Tiada
36
Pertaruhan
37
Alasan
38
Sesuai Kesepakatan
39
Pembebasan Lusi
40
Tak Lagi Sama
41
Rahasia Hana
42
Coba Pikirkan Dulu
43
Tawaran ke Luar Negeri
44
Negosiasi
45
Pelarian
46
Kenapa Harus Kamu?
47
Mengambil Keputusan
48
Konspirasi?!
49
Kekhawatiran Seorang Ibu
50
Tempat Baru
51
Menggenggam Dendam
52
Main Api
53
Kamu Hanya Milikku
54
Mayat di Toren Air
55
Pandangan Sinis
56
Pantaskan Dirimu
57
Surat Misterius
58
Impoten?!
59
Mengolok Anwar
60
Pencarian
61
Bu Esih Kecewa
62
Ternoda
63
Terus Terang Saja
64
Hukum Aku, Sayang
65
Kevin Menggertak
66
Adu Intrik
67
Cemburu
68
Memperoleh Maaf
69
Perpisahan Menyakitkan
70
Bolehkah Aku Mati di Tanganmu?
71
Ini Hubungan Toksik, Kak!
72
Dewa yang Ditunggu
73
Barter
74
Maukah Kamu Memaafkanku?
75
Membuka Kotak Pandora
76
Hari Indah Bersamamu
77
Apa Kamu Sungguh-sungguh Mencintaiku?
78
Obsesi Membakar Cinta
79
Visual

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!