Pagi hari di perpustakaan kerajaan Endom, tercium bau lipatan-lipatan tumpukan kertas dalam buku yang mulai usang. Ukiran seni terlintas di setiap sudut perpustakaan. Di bawah lampu kristal terlihat pamanku sedang membaca buku dengan serius.
Semenjak aku berada di istana aku sering sekali melihat pamanku menghabiskan waktunya di perpustakaan, hal itu yang menjadikan beliau menjadi orang yang sangat berwawasan. Awalnya aku sangat tidak menyukai buku. Namun semangat paman yang gemar membaca membuatku terinspirasi untuk meniru hobinya.
***
Setelah kabur dari ocehan Kai dan Ken, aku pun mengunjungi paman hanya untuk berdiskusi sejenak.
"Paman, apakah Paman membaca buku itu lagi?, berapa kali Paman terus membacanya?" Tiba-tiba aku mendatangi pamanku yang sedang serius membolak-balikkan lembaran halaman buku tua itu.
"Rupanya Anda, Yang Mulia," sambil tersenyum menatapku.
"Rahasia Mutiara Abadi" Aku membaca keras judul buku yang ada di genggaman pamanku.
"Seberapa besar Paman menyukai buku kuno ini?" Kuambil buku itu dari tangan pamanku tanpa meminta izin darinya. Pamanku hanya diam saja melihat tingkahku yang sedikit tak sopan padanya.
"Anda tidak akan mengerti, Yang Mulia," sahut pamanku.
"Bukankah, mutiara abadi sudah hilang?" tanyaku penasaran sambil mencoba membaca beberapa halaman yang tak pernah aku fahami.
"Entahlah Yang Mulia, paling tidak saya sudah membaca semua isi buku itu," tutur pamanku sambil mencari buku lain di rak buku, karena buku yang ia baca telah kuambil tiba-tiba.
Seketika itu Kai dan Ken datang dan melaporkan hal penting pada kami berdua.
"Yang Mulia, kami baru saja mendapatkan informasi mengenai kerajaan Alamore", lapor Kai.
"Apalagi yang ingin kalian katakan?" tanyaku yang meremehkan keseriusan mereka.
"Rupanya, apa yang dikatakan oleh para menteri benar adanya, Yang Mulia. Kerajaan Alamore sangatlah makmur dibawah pimpinan seorang raja, yaitu Raja Stiven Delacour, putra dari mendiang raja Alamore yang mati dua puluh lima tahun lalu," jelas Ken menambahi.
"Mmmmh, dugaanku benar. Raja Stiven telah memimpin kerajaan Alamore dengan sangat baik." Paman mulai duduk dan berdiskusi.
"Lalu bagaimana kita akan mulai melakukan penyerangan, Paman?" tanyaku tak sabar.
"Kita bisa kerahkan para kesatria dan prajurit elit kerajaan untuk menyerbu kerajaan Alamore," tutur pamanku dengan serius.
"Aku akan segera mendatangi Paman untuk berdiskusi lebih lanjut masalah ini. Kai, Ken, besok kita akan latihan dengan beberapa kesatria lainnya," perintahku hendak meninggalkan perpustakaan.
"Baik, Yang Mulia, " Kai dan Ken mengikuti langkahku pergi.
***
Malam yang sangat berkabut, bulan muncul dengan keindahannya. Hal yang biasa kualami pun terjadi.
"Hah..!!" suaraku terbangun dari tidur.
Dengan segara aku pun beranjak dari tempat tidurku dan meminum segelas air putih. Aku bernafas dengan sangat cepat. Kepalaku masih terasa pusing karena efek dari mimpi yang kudapatkan malam ini.
"Kenapa aku selalu bermimpi seperti ini?" Sambil mengusap wajahku karena keringat yang bercucuran.
"Aku harus segera menemui Paman lagi." Kuambil jubah untuk menutupi baju tidurku dan pergi ke kamar paman.
Selama perjalanan menuju kamar paman. Aku masih teringat dengan mimpiku barusan. Aku merasa aneh, kenapa mimpi semacam ini sering muncul dalam tidurku.
Beberapa saat kemudian, aku pun sampai di depan pintu kamar Paman.
"Tok tok tok,,, Paman, ini aku Demian. Apakah Paman sudah tidur?" suaraku sangat pelan khawatir membuat keributan di tengah malam.
"Masuklah, Yang Mulia," sahut pamanku yang kala itu masih terjaga.
"Sedang apa Paman? kenapa belum tidur?" tanyaku basa basi sebelum melanjutkan pertanyaan aneh.
"Kenapa Anda malam-malam kemari?, apa Anda bermimpi tidur dengan wanita cantik itu lagi?" tebak pamanku yang bikin aku menghela nafas.
"Entahlah Paman, kenapa aku sering bermimpi aneh seperti ini?" sesalku sambil memijat dahiku yang mulai lelah menghadapi mimpi yang menghantuiku selama ini.
"Oleh karena itu Yang Mulia, segeralah untuk menikah. Mungkin selama ini mimpi yang Anda alami adalah isyarat untuk menyuruh Anda segera menikah" kata pamanku sedikit meledek.
"Sudahlah Paman." Sambil kuusap rambut kepalaku karena basah keringat.
"Bukankah Anda sudah berumur dua puluh lima tahun Yang Mulia, apa salahnya untuk menikah?" kata paman lagi mendesak.
"Aku masih ingin melakukan banyak hal sebelum aku menikah," jelasku.
"Atau mungkin selama ini Anda menyukai wanita yang sering muncul di mimpi Anda, Yang Mulia?" tanya pamanku mencoba serius.
"Jangankan berjumpa, aku pun tak kenal dengan gadis yang selalu muncul di mimpiku ini. Lalu, bagaimana bisa aku memimpikannya hampir setiap malam. Bahkan mimpiku ini sangat keterlaluan," ujarku terheran-heran.
Hampir setiap malam, aku bermimpi bersama seseorang wanita yang sangat cantik yang belum pernah kutemui sebelumnya. Dan anehnya, dalam mimpiku aku dan wanita itu melakukan hal yang seharusnya hanya suami istri saja yang boleh lakukan hal terlarang itu. Tapi, mengapa mimpi itu terus menghantuiku.
"Apakah Anda masih ingat wajahnya?" Pamanku mulai serius bertanya.
"Iya, sedikit banyak aku mengingatnya," jawabku sambil melamun dan mencoba membayangkan wajah wanita misterius yang sering aku mimpikan.
"Ah...entahlah. Aku tak peduli siapa dia," ujarku berusaha tak memperdulikannya.
"Oh Yang Mulia, saya hampir lupa. Dalam waktu dekat ini, kita akan kedatangan tamu dari kerajaan tetangga yaitu kerajaan Tamir." Paman menyampaikan Informasi padaku.
"Kerajaan Tamir?, apa tujuan mereka kemari?" Aku pun mulai membicarakan urusan politik.
"Kerajaan Tamir memiliki seorang putri mahkota yang cantik dan ahli dalam ilmu politik" Pamanku berdiri menunjukan surat yang ia terima.
"Apa Raja Tamir adalah teman Ayahku?" Aku pun mulai membaca surat itu.
" Iya, Yang Mulia. Dahulu mendiang Raja Simon pernah berkeinginan melakukan kerjasama dengan kerajaan Tamir dengan hubungan pernikahan," terang pamanku.
"Maksud Paman, menjodohkanku dan putri mahkota itu?" tanyaku spontan.
"Benar, Yang Mulia" mantap pamanku.
"Apa itu benar keinginan mendiang Ayahku?" tanyaku lagi.
"Benar, Yang Mulia," jawaban yang sama keluar dari mulut pamanku.
"Apa boleh buat, suruh orang orang istana mempersiapkan dan menyambut mereka dengan baik," ucapku dan langsung pamit kembali ke kamar.
"Baik, Yang Mulia," jawab paman.
Aku pun tak peduli pernikahan macam apa itu, selama tujuanku belum tercapai aku akan tetap untuk fokus kepada apa yang kuinginkan.
Setelah aku kembali ke kamarku dan mencoba merebahkan badanku lagi, tiba-tiba dalam pikiranku muncul keinginan yang sama sekali tak terduga.
"Wanita dalam mimpiku memanglah sangat cantik. Apakah ada wanita seperti itu di dunia ini?" gumamku sambil melihat langit-langit kamar.
"Jika saja dia benar-benar hidup di dunia ini, maka apa yang akan aku lakukan padanya?" kataku sedikit menghayal.
Ketika aku memikirkannya, tiba-tiba muncul bayangan pada saat aku mencium lembut bibir wanita itu di atas tempat tidurku.
"Aiishhh! kenapa aku membayangkan mimpi itu lagi?" sesalku dengan menyadarkan diri.
"Bikin suasana jadi panas saja" ucapku yang kemudian berusaha memaksa untuk meneruskan tidur malamku.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Ika Fitri
hahaha lucu Thor
2022-09-04
1
Neng Niehan
mampir
2022-02-04
1
Noejan
woahh
2021-04-23
1