Tak terasa dua puluh lima tahun pun berlalu. Desas desus mengenai mutiara abadi pun benar-benar tidak terdengar. Akan tetapi kenangan pahit masih tetap membekas diantara dua kerajaan itu.
Kerajaan Endom, iya kerajaanku telah berkembang sangat pesat. Menjadi kerajaan terkuat dan penakluk ekonomi beberapa kerajaan di berbagai benua. Banyak sekali kerajaan - kerajaan di luar sana yang ingin sekali bergabung dengan kerajaanku karena kemampuan kami dalam mengelola negara.
Tak hanya itu kerajaan Endom pun terkenal akan kekuatan militernya yang sangat kuat dengan raja muda yang ahli dalam beladiri. Tentu akulah raja itu, aku Raja Demian Wulfric dan umurku dua puluh lima tahun. Banyak wanita Endom yang menyebutku raja dari surga karena wajahku yang rupawan, parasku yang tinggi dan menarik. Akan tetapi mereka juga mengatakan bahwa aku adalah raja yang dingin, raja yang congkak serta sombong, dan aku tak peduli anggapan mereka semua padaku.
Selama dua puluh lima tahun ini, aku menghabiskannya untuk belajar dan terus belajar. Pamankulah yang senantiasa mengajariku politik bernegara. Selain itu, aku sangat gemar untuk berlatih beladiri bersama para kesatria elit kerajaan. Aku telah bertekad untuk menjadi raja yang diharapkan oleh orang tuaku. Sampai-sampai aku tak pernah memikirkan masalah percintaan dengan seorang wanita manapun. Karena bagiku urusan cinta hanya membuatku lemah dan menjadi penghalang untuk mencapai tujuanku selama ini.
"Yang Mulia, akan ada pertemuan dengan semua menteri kerajaan, apakah Anda sudah siap?" lapor pengawal pribadiku.
Aku memiliki dua pengawal pribadi, yaitu Kai dan Ken, mereka adalah saudara kembar. Sebenarnya, Kai dan Ken adalah temanku semenjak kecil dan kami berlatih beladiri setiap hari untuk menjadi pilar dan pelindung kerajaan ini.
Orang tua Kai dan Ken terbunuh ketika kerajaan Endom diserang oleh kerajaan Alamore dua puluh lima tahun silam. Ketika itu, Kai dan Ken masih berumur sekitar tiga bulan. Mereka berdua berhasil diselamatkan oleh kakek mereka tidak lain yaitu kakak dari dayang Luis yang telah mengabdikan separuh hidupnya untuk menjadi pelayan pribadi Ibuku. Dayang Luis juga telah membesarkanku sampai aku berumur delapan belas tahun. Karena hubungan itulah aku dan mereka berdua sudah seperti saudara.
"Iya, aku akan segera datang," ucapku datar.
Selain pengawal pribadi, aku juga masih memiliki paman yang sangat peduli padaku. Dia membantuku menangani urusan kerajaan, mengajariku taktik dalam berperang, sehingga selama dua dekade ini, kami memperoleh banyak sekutu yang takluk dengan kekuatan kami. Paman Adam Wulfric, dia adalah satu-satunya paman yang kumiliki. Dia juga tidak kalah hebat dari ayahku. Selain itu, dia dijuluki sebagai "Singa Endom" karena pamanku sangatlah pemberani dan cerdas. Namun, dibalik kelebihan yang pamanku punyai, dia juga memiliki masalah internal dengan keluarganya, sehingga pamanku memutuskan untuk hidup terpisah dan menjadi penasehat kerajaan.
Bertahun-tahun aku berlatih keras untuk menjadi yang terbaik dan bisa menjalankan tugasku, tidak lain untuk menghancurkan kerajaan Alamore. Cerita demi cerita yang kuperoleh semenjak kecil tentang kematian orang tuaku dan penghianatan kerajaan Alamore, selalu menjadi hal yang melekat dalam pikiranku, seakan menjadi bius dalam tujuanku untuk hidup dan menghancurkan kerajaan Alamore.
***
Di aula kerajaan semua menteri telah duduk dengan rapi bersiap untuk rapat kerajaan.
"Yang Mulia Raja Demian telah tiba," seru salah satu pengawal aula itu.
Semua menteri menundukkan kepala atas kedatanganku.
Aku pun duduk di singgasana yang akan selalu aku lindungi.
"Yang Mulia, bagaimana kabar Anda hari ini?" sapa menteri yang terlihat paling tua di antara jajaran menteri lainnya.
"Kabarku baik. Mari kita langsung mulai rapatnya," cetusku yang tak ingin berbasa-basi.
Para menteri pun merasa canggung dengan sikapku yang terbiasa tak suka basa-basi.
"Yang Mulia, kami dengar kerajaan Alamore telah tumbuh menjadi kerajaan yang makmur, bagaimana menurut Anda, Yang Mulia?" Laporan menteri keamanan kerajaan membuatku naik darah dan ingin segera menghancurkan dan membunuh semua keluarga kerajaan Alamore.
"Sudah dua puluh lima tahun kita bermusuhan dengan kerajaan Alamore. Dan kami dengar, hasil laut yang ada di kawasan kerajaan Alamore sangatlah besar, Yang Mulia," tambah menteri ekonomi kerajaan.
"Ini adalah kesempatan kita untuk membalaskan dendam atas kematian mendiang raja dan ratu Endom dua puluh lima tahun lalu, Yang Mulia," tambah lagi menteri sosial dengan lantang.
Mendengar laporan para mentri pun telingaku terasa panas dan berusaha untuk menahan amarahku. Nyatanya perasaanku memang sangatlah sensitif jika membahas masalah dua puluh lima tahun yang lalu.
"Apakah kalian berkumpul di sini hanya untuk membahas Alamore?" tanyaku sambil menahan amarah.
"Yang Mulia, apa yang dikatakan mereka sebenarnya ada benarnya. Kita sudah menjadi kerajaan yang sangat ditakuti oleh banyak musuh. Jadi mungkin sudah waktunya kita untuk beraksi." Pamanku pun mulai angkat bicara.
"Begitukah, aku akan menyiapkan dan menyusun taktik penyerangan. Tapi, mungkin kita tidak bisa menyerang mereka untuk waktu dekat ini," jelasku ingin meninggalkan rapat.
"Kai...Ken...sudahi rapat ini, aku ingin memeriksa sesuatu" perintahku pada mereka berdua. Kami pun terpaksa menyudahi rapat itu dengan tiba-tiba.
"Yang Mulia, Anda seharusnya menghormati mereka sedikit saja. Anda tak seharusnya menyudahi rapat seenaknya," kata Kai yang selalu mengomeliku dengan hal yang sama setelah rapat.
"Apakah kau tak dengar apa yang mereka diskusikan? semuanya tentang kerajaan Alamore. Telingaku berdenging kencang jika membahas hal itu. Bukankah kau sendiri mengerti hal itu?" Aku merasa kesal dan membela diri.
"Yang Mulia, sebaiknya Anda mencoba untuk berkencan. Sehingga hati Anda akan melunak sedikit. Jika tidak, cari saja teman perempuan, bisa jadi akan merubah karakter Anda ini," tutur Ken sangat membuatku terasa bosan.
"Aku tak membutuhkan semua itu. Kenapa tidak kalian berdua saja yang berkencan? supaya tak terus-terusan membicarakanku," ujarku.
Kai dan Ken hanya menatap satu sama lain.
"Bukankah sudah banyak sekali surat cinta yang Anda terima semenjak Anda memperoleh tugas ke kerajaan lain. Pikirkanlah hati mereka yang Anda abaikan, Yang Mulia. Bukankah mereka adalah putri para raja? Anda tinggal memilih sesuka hati di antara mereka." Ken melanjutkan apa yang tak ingin kudengar.
"Apakah kalian akan tetap membicarakan masalah wanita di hadapanku?! Berani-beraninya kalian ..." Aku menahan emosiku.
"Sekarang aku akan berbicara dengan paman. Aku minta, kalian jangan membahas wanita lagi di hadapanku. Jika kalian masih membahasnya, aku akan kirim kalian berdua ke kerajaan lain untuk mengikuti perjodohan. Kalian mengerti?!!" tegasku membuat Kai dan Ken merasa takut.
Kemudian aku pun meninggalkan mereka berdua.
"Wah, tega-teganya Yang Mulia berbicara seperti itu pada kita?" ucap Kai sambil menggelengkan kepalanya.
"Wajah tampan Yang Mulia memang patut di acungi jempol. Ketika marah saja dia sangat tampan, belum lagi jika dia mempunyai perasaan lembut kepada wanita? bisa jadi ada peperangan lagi demi merebutkannya," ucap Ken penuh canda.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Astri Saraswati
Semangat
2021-12-09
1
Noejan
mampir kak
2021-04-23
1
Abu Alfin
sampii sini dulu thor
next time aku lanjut
2021-04-13
1