Biao'S Lovers

Biao'S Lovers

Prolog

Lanjutan kisah Biao di Mafia's in Love. Bisa baca Part Bonus 1-50 jika mau tahu awal mula ketemu Sharin dan Biao. Terima kasih

San Fransisco, Amerika Serikat.

Seorang pria berjas hitam tampak berdiri di depan jendela kaca dengan satu senyuman kecil. Jantungnya berdebar tidak karuan. Sebentar lagi, ia bisa melihat wajah wanita yang ia cintai dari jarak yang cukup dekat. Sudah cukup ia memendam kerinduan ini.

Hatinya seakan berontak untuk selalu menunggu. Ia ingin memulai perjuangannya untuk mendapatkan hati dari wanita yang sangat ia cintai itu. Wanita yang sudah membuatnya mengenal cinta. Disaat pria itu tidak pernah percaya dengan cinta.

"Kita akan segera bertemu. Setelah ini segala tawa ataupun kesedihanmu akan menjadi bagian dari hidupku."

Di sisi lain.

Seorang wanita terlihat menghela napas panjang sebelum menarik pintu bertuliskan ‘Ruangan Presdir’. Pintu besar itu terlihat sangat kokoh dan mewah. Hanya dari pintunya saja sudah bisa membuat semua orang untuk membayangkan penghuni di dalamnya. Jantungnya berdebar dengan begitu cepat. Hari ini ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Tapi kenapa, pimpinan tertinggi perusahaan itu harus memanggilnya secara khusus seperti ini.

Tangannya berkeringat hingga meninggalkan lembab di handle pintu yang sempat ia pegang. Ia menarik napas sekali lagi sambil berusaha untuk mengatur debaran jantungnya yang kini tidak lagi karuan. Rasanya sudah seperti seorang narapidana yang akan segera menjalani hukuman mati.

Wanita itu melangkahkan kakinya dengan hati-hati ke dalam ruangan yang serba luas itu. Suasananya terlihat sangat elegan dengan penataan yang cukup rapi. Bisa di bilang, kalau ruangan itu bermula dari campur tangan desainer terkenal. Perabotan yang ada juga kelas tinggi yang di pesan secara khusus dengan bentuk yang cukup langkah.

Aroma ruangan itu juga di pilih dengan aroma Vanilla yang begitu menenangkan. Ia merasakan perasaan yang aneh ketika masuk ke ruangan bercat abu-abu putih itu. Matanya terpejam beberapa detik sebelum ia tersadar dengan tujuannya masuk ke dalam ruangan itu.

Tatapan matanya terhenti pada sosok punggung pria yang saat itu mengenakan jas hitam dan celana katun hitam. Dari postur tubuhnya, wanita itu merasa tidak asing dengan sang pemilik tubuh. Dengan cepat ia menghilangkan nama pria yang sejak tadi memenuhi isi kepalanya.

Seorang pria yang biasa di sapa ‘Presdir Bo’ itu kini menatap ke arah jendela. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana. Entah kenapa suasana tiba-tiba berubah hening dan begitu mencekam.

Berdasarkan info beberapa karyawan yang pernah bekerja di perusahan itu. Kalau presdir Bo adalah orang yang sangat kejam dan tidak memiliki belas kasih. Memiliki mata hitam yang cukup indah namun dapat membunuh. Memiliki alis terukir indah namun terlihat seperti pedang yang bisa menyayat hati. Tidak hanya itu.

Pria yang kini di hadapi wanita itu terkenal dengan orang yang sangat sulit tersenyum. Tidak ada satu orangpun di perusahaan itu yang pernah melihat pria itu tersenyum. Mendapatkan senyuman dari presdir Bo itu sama saja seperti memenangkan lima proyek besar sekaligus dalam waktu satu hari. Hal yang mustahil!

Wanita itu menghirup udara yang ada di ruangan sekali lagi sambil berusaha untuk menetralkan debaran jantungnya. Rasa takut yang sejak tadi memenuhi isi hatinya juga perlahan telah hilang. Kini saatnya ia mengeluarkan suara untuk menanyakan alasan pria itu memanggilnya.

“Selamat siang, Presdir Bo. Saya Sharin. Apa ada yang bisa saya bantu?” Sharin menunggu jawaban pria itu dengan debaran jantung yang semakin tidak normal.

“Saya dengar kau membuat kekacauan di lantai bawah sebulan yang lalu,” ucapnya tanpa mau menunjukkan wajah yang sebenarnya.

Sharin terdiam untuk mencerna kalimat atasannya itu. Ya, dia ingat. Kalau satu bulan yang lalu ia berkelahi dengan salah satu karyawan wanita di lantai bawah. Keributan itu juga cukup menghebohkan seisi perusahaan.

Tapi, masalah itu telah selesai. Sudah berlalu cukup lama juga. Bagaimana mungkin pria yang kini berdiri di hadapannya ingin membahas hal itu lagi. Hal yang sudah terjadi satu bulan yang lalu. Bahkan Sharin sendiri juga tidak lagi ingat dengan penyebab utama keributan waktu itu.

“Saya hanya membela diri, Presdir Bo.” Sebenarnya Sharin tidak mau terlihat seperti mencari alasan. Hanya saja, ia juga tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Masalah itu memang tidak harus di bahas lagi saat ini.

“Membela diri?” Suara pria itu terdengar kurang percaya dengan penjelasan Sharin. Dengan gerakan yang sangat tenang, Presdir Bo memutar tubuhnya. Kedua tangannya masih bertahan di dalam saku. Bola matanya yang hitam, benar-benar terlihat sangat menakutkan.

Sharin terbelalak kaget hingga mundur beberapa langkah. Pria yang kini ada di hadapannya adalah pria yang sama dengan pria yang pernah ia temui beberapa tahun yang lalu. Wajahnya sama. Tidak ada yang berbeda dari pria yang dulu ia temui dengan pria yang saat ini berdiri di hadapannya.

Namun, satu hal yang membuat Sharin bingung. Kenapa semua orang memanggilnya dengan sebutan Presdir Bo. Apa mungkin ia salah orang? Apa mungkin karena akhir-akhir ini ia sering memikirkan nama pria itu. Hingga membuatnya kini membayangkan pria yang sama. Tidak! Sharin cukup yakin dengan penglihatannya. Pria yang kini berdiri di hadapannya adalah pria yang sama.

“Paman tampan?” celetuk Sharin dengan napas tertahan. Jika benar ia salah orang. Mungkin beberapa jam kemudian namanya hanya tinggal nama. Masih untung kalau dirinya hanya di pecat. Bagaimana kalau pria yang berdiri di hadapannya pria yang cukup kejam. Bisa jadi ia akan kehilangan satu-satunya nyawa berharga yang ia miliki.

“Untuk karyawan berjabatan supervisor sepertimu,” ucapannya tertahan, “sebutan yang baru saja kau ucapkan itu terdengar cukup berani.” Pria itu berjalan ke arah kursi besar berwarna hitam mengkilat. Aroma maskulin tubuhnya tercium dengan begitu jelas, saat tubuhnya melewati tubuh Sharin yang masih mematung tanpa kata.

Sharin memejamkan mata sambil mengatur napasnya yang tidak lagi normal. Wanita itu memutar tubuhnya untuk memandang wajah atasannya yang arogan itu.

“Maaf, Presdir Bo. Saya hanya-”

“Saya belum mengijinkamu berbicara!” ucap Presdir Bo cepat. Pria itu menatap wajah Sharin lagi dengan tatapan yang cukup tajam, “Duduklah. Jika berdiri seperti itu. Terkesan kau atasannya saat ini.” Pria itu mengulurkan tangan untuk mempersilahkan Sharin duduk di depan meja kerjanya. Seperti tidak punya pilihan lain. Dengan wajah terpaksa, Sharin duduk dan memasang wajah manis.

Sejenak suasana berubah hening. Presdir Bo menyatukan jari-jarinya sebelum meletakkannya di atas meja. Kedua bola mata hitam itu tidak berkedip saat menatap wanita berkemeja putih yang kini ada di hadapannya. Rambut panjang yang cukup lembut serta bibir merah yang manis membuat Presdir Bo cukup terpesona.

Sharin mulai tidak nyaman dengan tatapan atasannya yang terlihat mesum itu. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa saat ini karena jabatannya sebagai bawahan. Lebih tepatnya karyawan biasa.

“Kau boleh pergi,” ucap pria itu sebelum memutar kursinya hingga membelakangi Sharin. Lagi-lagi perintah yang mendadak itu membuat Sharin cukup emosi.

Dengan senyuman terpaksa Sharin berusaha mengatur napasnya yang lagi-lagi terasa sesak, “Terima kasih, Presdir Bo.” Sharin menunggu beberapa detik. Ia tidak mau duduk kembali jika pria itu berubah pikiran. Setelah tidak mendapat jawaban sama sekali, Sharin beranjak dari duduknya lalu berjalan pelan menuju ke arah pintu. Sekali lagi ia putar tubuhnya untuk memastikan kalau pria itu benar-benar telah mengusirnya saat ini.

“Pria yang aneh. Dia sangat berbeda dari Paman tampan,” umpat Sharin di dalam hati sebelum menarik handle pintu untuk pergi meninggalkan ruangan itu.

Di dalam ruangan itu. Presdir Bo mengukir senyuman kecil dengan hati bahagia. Hatinya sangat senang karena bisa bertemu kembali dengan wanita yang telah mencuri hatinya.

“Sharin, kita akhirnya bertemu lagi. Kali ini kau tidak akan bisa menolakku lagi. Kau harus jadi milikku.” Pria itu menggeleng kepalanya dengan tawa kecil saat mengingat Sharin memanggilnya sebagai Paman Tampan, “Ia masih mengingatku hingga sekarang.”

**Seperti Biasa. Novel baru butuh banyak like... kalau Uda banyak aku lanjut bab selanjutnya.

Vote letak di Zeroun aja. di sini belum masuk rangking. Terima kasih**

Terpopuler

Comments

Mella Soplantila Tentua Mella

Mella Soplantila Tentua Mella

lanjut

2022-10-04

1

Dhennie_ry

Dhennie_ry

pria dingin nan romantis🤭

2021-12-01

0

Indria Agustini

Indria Agustini

maaf kak author, aq ga komen² mau fokus baca aja
😁😁🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍👍

2021-11-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!