"Berasa lagi triple date, nggak sih?" bisik Alka kepada Grey yang sibuk memasukkan makanan ke mulutnya.
Mereka sudah tiba 30 menit yang lalu dan sedang mengisi tenaga sebelum mencoba semua wahana yang tersedia di pantai. Erland dan Fajar sesekali menatap diam-diam orang yang mereka taksir—Erland pada Alka, Fajar pada Kiera—namun keduanya masih belum berani bergerak lebih dari sekadar perhatian kecil.
"Udangnya enak banget," ucap Grey sambil menambah nasi ke piringnya dengan semangat.
Kiera memijat pelipisnya, berpikir, "Orang ini enggak malu sama siapa pun. Bahkan ketika dilirik dua cowok populer sekolah, dia tetap fokus sama... makanan. Luar biasa."
"Kenyang, gue! Euggg..." Grey menyandarkan punggung ke kursi, memegang perutnya, lalu sendawa pelan.
"Ngeri banget, nih anak kalau makan. Porsi buat lima orang bisa habis sendiri," kata Alka, mengangkat alis.
"Kayak baru pertama lihat dia makan banyak, lo. Kan emang udah kayak gitu dari jaman SD," timpal Kiera.
"Berisik, lo! Gue mau tidur, bye," ucap Grey sambil bangkit dan meninggalkan meja.
"Wah, nggak sopan abis ditraktir, enggak bilang makasih lagi," kata Alka kesal.
Grey hanya membalas dengan jari tengah. Lagi pula, yang bayar Erland, bukan dirinya.
Erland kembali dan tidak menemukan keberadaan Grey. "Lho, Grey mana?" tanyanya.
"Ke kamar, katanya mau tidur," jawab Gio.
"Fajar, mana Fajar?" tanya Erland lagi.
"Noh, di sana, lagi nikmatin lagu DJ favoritnya," sahut Kiera, menunjuk ke salah satu rumah pantai.
Akhirnya hanya Alka, Kiera, Erland, dan Gio yang menikmati semua wahana: banana boat, seluncuran air, berselancar, hingga berenang pakai pelampung donat warna-warni. Bagi Alka dan Kiera, bagian paling menyenangkan justru adalah... melihat pemandangan "roti sobek" alias cowok-cowok bertelanjang dada.
"Mmm, sixpack-nya ada delapan!" kata Alka sambil menggigit boneka beruang mini yang dibawanya dari rumah.
"Ah, itu yang sebelah sana, tipe gue banget!" seru Kiera sambil memukul bahu Alka dengan semangat.
"Aa, lo bisa nggak sih kalau senang jangan mukul-mukul mulu. Sakit tau!" Alka mengelus bahunya.
"Ya, maaf," ucap Kiera menerima kelapa muda dari Fajar, yang tersenyum kaku.
"Terima kasih."
"Punya gue mana, woi?" tanya Alka dengan nada setengah bercanda.
"Beli sendiri sana!" jawab Kiera. Alka mendengus dan melenggang ke penjual kelapa.
"Mas, kelapanya satu," ucap Kiera sambil menyodorkan uang. Namun Erland menepisnya.
"Mas, sama punya dia sekalian," katanya sambil menyodorkan uang seratus ribuan.
"Kesambet apa lo?" tanya Kiera.
Erland hanya menggeleng sambil tersenyum kecil. "Nggak ada," jawabnya singkat.
Sore hari, Grey terbangun. "Kampret, keterusan tidur," katanya pada dirinya sendiri. Ia malas keluar karena pemandangan pantai dari jendela kamar sudah cukup indah untuk dinikmati.
"Padahal awalnya mau main, malah tidur gara-gara kekenyangan," gumamnya sambil membuka ponsel. Beberapa pesan masuk dari Tian:
Udah sampai mana?
Udah sampai belum?
Lagi apa?
Pemandangannya bagus enggak?
"Wow, aktif banget nih orang. Jangan-jangan udah mulai suka sama gue lagi..." ucap Grey sambil menggigil palsu.
Di tempat lain, tiga sahabat Tian—Jeri si cuek sarkastis, Raymon yang jago main gitar, dan Paul si penasihat cinta yang sering gagal praktik—sedang duduk di kursi pantai sambil minum soda kaleng.
"Bro, tumben lo ngajak kita bertiga ke pantai gini," tanya Jeri.
"Biasa, habis liat Cely jalan sama cowok lain. Yang baru itu, kayaknya jurusan teknik," timpal Raymon.
"Move on, bro. Masih banyak wanita di dunia ini, enggak cuma satu," tambah Paul sambil mengunyah keripik.
Tian menutup mata di balik kacamata hitam, menggeleng pelan. "Tch, kalian bikin pusing!"
Malam hari, seluruh penghuni pantai bersorak di depan panggung kecil, menyaksikan pertunjukan musik akustik. Tian menghela napas untuk kesekian kalinya.
"Berhenti menghela napas seolah dunia akan kiamat besok, bisa?" omel Paul di sebelahnya. Jeri dan Raymon sudah hilang entah ke mana, mungkin berdansa bareng gadis-gadis pengunjung.
"Aku mau cari udara segar dulu," Tian berdiri dan berjalan ke arah pantai.
Saat berjalan menyusuri garis pantai, Tian melihat sosok perempuan berjalan ke arah laut.
"Apakah itu... percobaan bunuh diri?" gumamnya, kaget. Ia buru-buru berlari.
"Hei, kamu! Apa yang kamu lakukan?" teriak Tian sambil menyibak ombak dan memeluk gadis itu dari belakang.
"Lepas! Siapa lo?! Gue udah punya suami, jangan aneh-aneh!" teriak gadis itu.
"Saya cuma mau nyelametin kamu!" jawab Tian panik, lalu melepaskan pelukan.
Saat gadis itu hendak memukulnya, Tian menghindar, dan akhirnya... mereka saling menatap.
"Greyna?" tanya Tian kaget.
"Benar ini kamu? Saya kira hantu," balas Grey, datar.
Lalu dia menggigit tangan Tian. "Au! Sakit!" ringis Tian.
"Om, ngapain di sini?"
"Liburan," jawab Tian dengan canggung.
"Kok bisa banget pas di tempat sama?"
"Mana saya tahu."
"Kamu ngapain malam-malam ke laut? Mau bunuh diri?"
"Mulut dijaga, ya. Saya cuma berenang."
"Mana ada orang berenang jam segini?" Tian langsung menggendong Grey.
"Ehh, lepas ih!"
"Enggak. Kamar kamu nomor berapa?"
"Om mau ngapain?" tanya Grey dengan tatapan curiga.
"Mau bikin Tian Junior."
"OM!" Grey memukul punggung Tian.
"Tenang, kita kan halal."
Setelah sampai di depan kamar Grey, Tian memasukkan password: 258492.
"Kok tidur sendiri? Enggak bertiga aja?" goda Tian.
"Turunin saya, Om."
Tian menurunkan Grey dengan pelan. "Mandi sana. Bersihin badan kamu."
"Ya, ya. Om gimana?"
"Saya balik ke penginapan sendiri. Udah basah semua."
Tian pergi tanpa sepatah kata. Grey mengedip beberapa kali.
"Udah gitu aja?" gumamnya.
Setelah dua hari liburan, mereka kembali ke rumah. Di dalam mobil, Grey mulai ngambek manja.
"Ommm, gendong!" Tian memutar bola matanya.
"Kamu punya kaki, tapi minta digendong? Copot aja sekalian!"
"Emang boneka bisa bongkar-pasang, Om?" balas Grey sengak.
Tian tetap menggendongnya. Grey senyum puas.
"Om, besok kerja?"
Tian mengangguk. "Kamu juga sekolah, kan?"
Grey cemberut. "Masih pengen liburan."
"Makalah kamu gimana?"
"Baru dikit."
Tian menambahkan, "Besok saya ke China buat kerja. Mau nitip sesuatu?"
"APAA?! China? Om nyewa lonte ya? Di sana ceweknya cakep-cakep banget sih!"
Tian memutar bola matanya. "Ngomong apa kamu? Ini kerjaan."
"Alasan!" tuduh Grey.
Tian menurunkan Grey di sofa. "Saya kasih tahu biar kamu enggak cari-cari besok."
Grey manyun. "Aku mau cowok China dua!"
"Serakah amat kamu," Tian menggeleng.
"Biarin, wleee!" Grey menjulurkan lidah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Alexis
Lanjut
2025-02-05
0