Canggung

"Maaf, Kak. Kaki aku lemas sekali." Ucap Ayana dengan pandangan yang tidak nyaman karena dengan tidak sengaja telah menindih tubuh Zidan.

Deg!

Hati Zidan menjadi melayang seketika, ketika tubuh Ayana berada dalam pelukannya secara tidak sengaja.

Membuat iman seorang Zidan menjadi goyah.

Zidan yang mendapatkan tubuh Ayana telah berada di atasnya. Kemudian dengan terpaksa menyentuh lengan Ayana dan membantu Ayana untuk bangun dari posisinya.

"Za, kamu kenapa?" Tanya Zidan kepada Ayana.

Ayana hanya meringis saja karena semua ini adalah kesalahannya yang berawal dengan ketidaksengajaan.

"Aku lapar, Kak. Ingin mengambil cemilan niatnya. Eh aku malah sempoyongan dan terjatuh ke tubuh, Kak Zid." Jelas Ayana dengan nada pelannya.

"Untung kamu jatuh ke tubuhku, coba kalau jatuh ke lantai. Pasti tubuh kamu semakin sakit." Jawab Zidan yang berjalan memapah tubuh Ayana.

"Hehe iya maaf, Kak."

"Kenapa kamu tidak membangunkan aku saja?" Tanya Zidan sambil membantu Ayana untuk naik kembali ke atas ranjang.

"Aku takut. Sepertinya Kak Zid sedang lelah sekali. Maka dari itu aku berniat mengambil sendiri cemilannya." Jelas Ayana pada Zidan.

Zidan pun langsung duduk di tepi ranjang.

"Za, kamu tidak perlu takut denganku. Anggap saja aku ini kakak kamu. Anggap aku seperti Zidan yang dulu. Aku masih sama kok dengan yang dulu, tidak ada perubahan. Aku bersedia menjaga dan melindungi kamu, walaupun kamu sudah menjadi milik adikku." Ungkap Zidan dengan hati berlapang dada.

Ayana mengangguk pelan.

"Jadi sekarang ingin melanjutkan makan cemilan atau bagaimana ini?" Tanya Zidan untuk memastikan.

Ayana tersenyum lalu terkekeh. Membuat seluruh deretan gigi putihnya tampak terlihat indah dan jelas.

Zidan yang berada di hadapan nya semakin terpesona oleh kecantikan paras Ayana.

"Ingin cemilan, Kak Zid. Aku lapar!" Ucap Ayana.

Zidan langsung mengambilkan beberapa cemilan dan buah untuk Ayana.

"Ingin disuapi atau makan sendiri?" Tanya Zidan dengan cemilan yang sudah berada di genggamannya.

"Makan sendiri saja, Kak."

"Baiklah." Zidan menyodorkan cemilan yang telah ia buka kemasannya pada Ayana.

***

"Selamat pagi, dengan suami Ibu Ayana ya?" Tanya salah seorang perawat yang datang menemui Zidan dan Ayana.

Ayana dan Zidan langsung saling pandang.

"Iya dengan saya sendiri." Jawab Zidan dan melirik ke arah Ayana.

"Menurut pengecekan, bahwa Ibu Ayana hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah ya, Pak. Kemungkinan nanti sore sudah diperkenankan untuk pulang." Sang perawat menyampaikan bahwa Ayana sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah.

"Alhamdulillah, terima kasih sus atas informasinya." Sahut Zidan.

"Baik, Pak. Terima kasih kembali." Jawab Perawat yang segera berlalu dari pandangan nya.

"Maaf ya Za, aku mengaku menjadi suamimu lagi. Hehehe." Ucap Zidan pada Ayana.

"Iya, Kak Zid. Tidak apa-apa. Alhamdulillah hari ini aku sudah boleh pulang." Ayana tampak bahagia karena dirinya akan segera kembali pulang ke rumah.

"Aku kabari Ibu dulu ya, Za." Zidan meraih ponselnya yang berada di saku celananya, ia berjalan keluar ruangan.

Terlihat Ayana sedang memperhatikan Zidan. Begitu baiknya Zidan terhadap Ayana. Bahkan hingga saat ini pun ia masih bersedia membantu Ayana.

***

"Alhamdulillah, Nak. Akhirnya kamu sudah sampai kembali ke rumah. Besok Fahmi pulang Ayana. Hari ini kamu fokus istirahat saja ya. Supaya ketika nanti Fahmi pulang kamu sudah sehat kembali." Perintah Bu Fatimah pada Ayana.

"Baik, Ibu." Jawab Ayana singkat.

"Zidan tolong antar Ayana ke kamar nya ya. Takut Ayana belum kuat jika berjalan sendiri." Perintah Bu Fatimah pada Zidan yang baru saja memasuki pintu utama.

"Tidak apa-apa, Bu. Aku bisa sendiri kok." Sahut Ayana.

"Jangan nak, kamu baru saja pulih. Ditakutkan kamu masih lemas." Jawab Bu Fatimah.

Ayana hanya mengangguk.

Zidan langsung berjalan disebelah Ayana untuk mengimbanginya.

Bu Fatimah segera menuju ke dapur dan mempersiapkan untuk makan malam bersama dengan Zidan dan Ayana.

Dalam rumah tersebut hanya ada Bu Fatimah, Ayana dan Zidan saja.

"Bisa naik tangganya, Za?" Zidan bertanya kepada Ayana.

"InsyaAllah bisa, Kak Zid." Jawab Ayana dengan pasti.

Ayana menaiki anak tangga dengan sangat pelan. Zidan turut mengimbangi dan menjaganya.

Sampai di tengah-tengah terasa kaki Ayana begitu melemah.

Dan akhirnya..

"Kak Zid...!!!!" Ucap Ayana kepada Zidan.

Dengan sigap Zidan segera menangkap tubuh Ayana.

"Masih lemas ya?" Tanya Zidan kepada Ayana.

"Ternyata masih, Kak Zid." Ayana mengangguk pelan.

Tanpa pikir panjang dan tanpa bertanya, Zidan langsung membopong tubuh Ayana.

Dan melangkahkan tungkainya menuju kamar Ayana.

Ayana langsung merangkulkan kedua tangannya pada tengkuk Zidan. Matanya terus menatap Zidan.

"Jangan melihat aku seperti itu, Za. Nanti kamu naksir aku jadi repot urusannya." Ucap Zidan dengan Pe-De nya.

Ayana langsung menundukkan pandangannya. Dan tidak berani menatap Zidan kembali.

Keduanya tampak canggung.

Sampai di kamar Ayana, ketika Zidan akan membaringkan tubuh Ayana.

Dengan sialnya, kaki Zidan tersandung karpet lalu mengakibatkan Zidan terhuyung dan jatuh menindih tubuh Ayana.

Deg!

Bahkan sangat tidak terduga, wajah keduanya hampir menempel.

Keduanya mematung dan terkejut. Mata Zidan dan Mata Ayana saling berbicara satu sama lain.

Jantung keduanya pun berdebar kencang. Sangat dapat dirasakan.

Zidan dan Ayana bertahan pada posisi ini cukup lama kurang lebih hampir melewati satu menit.

Ayana pun tersadar, ia segera mendorong tubuh Zidan.

"Maaf, Kak Zid." Ucap Ayana kepada Zidan. Ia segera bangun dari posisi saat terjatuh tadi.

"Tidak,Za. Maaf aku yang salah. Maaf ya, Za. Aku tidak sengaja tersandung." Zidan pun bangun dan segera berdiri.

Keduanya menjadi semakin canggung.

Zidan segera berjalan keluar dari kamar Ayana, dan segera menutup pintu kamar.

Ia berjalan dengan langkah cepat menuju kamarnya dan langsung menutup pintu kamarnya dengan rapat.

"Ya Allah, hamba mohon maaf. Kenapa harus tersandung seperti itu? Aku jadi tidak enak terhadap Zaza, arrggghhhh. Pasti dengan kejadian ini, akan membuat aku dan dia semakin canggung." Gumam Zidan panik berjalan kesana dan kemari.

Ia memutar kembali kejadian ketika tubuhnya jatuh menindih tubuh Ayana bahkan wajah keduanya hampir saja menempel.

Kalau saja memang benar menempel, entah akan menjadi apa keduanya.

Jantungnya kembali berdebar.

Tampak Zidan tersenyum sendiri layaknya orang sedang jatuh cinta.

"Andai kamu milikku, Za. Sudah langsung aku eksekusi kamu tadi, Za. Ya Allah. Mengapa aku tidak berjodoh dengannya? Aku sangat mencintai dirinya." Gumam Zidan kembali.

Ingatannya begitu jelas ketika dirinya masih dalam lingkungan pesantren yang bermain dengan Ayana kecil.

Ayana gadis kecil yang manis, membuat Zidan jatuh hati.

Dikamar Ayana, ia pun masih meratapi kejadian ketika dirinya tertindih oleh tubuh Zidan.

"Ya Allah, mengapa ada kejadian seperti tadi?Aku malu." Gumam Ayana menutup wajahnya.

Ia mengingat kembali kejadian memalukan tadi.

Ayana menyentuh dadanya yang terasa sangat berdebar-debar kencang.

"Mengapa jantungku berdebar kencang sekali?Ada apa ini?"

Episodes
1 SAH!
2 Pulang Ke Rumah
3 Malam Pertama
4 Sedang Sakit
5 Hanya Kelelahan
6 Canggung
7 Terjadilah Sudah
8 Kembali
9 Ditinggal Tugas
10 Mulai Terbiasa
11 Berdua
12 Bahagia
13 Ditinggal Umroh
14 Pulang Umroh
15 Kesepian
16 Pesantren Ar-Rahman
17 Sebuah Kekhawatiran
18 Dilema
19 Pengajar Baru, Bernama Difa Azahra
20 Merasa Tersaingi
21 Ada Apakah Gerangan?
22 Happy Anniversary
23 Dingin dan Acuh
24 Semakin Dingin
25 Luka Hati, Luka Tubuh
26 Perasaan Terdalam
27 Sebuah Pengakuan
28 Khawatir
29 Menjenguk Umi
30 Perhatian
31 Pertemuan 2 Keluarga
32 Perjodohan
33 Perdana Singgah ke Pesantren
34 Putra Bungsu?
35 Iya, Dia Fahmi!
36 Bakso Cuanki
37 Jujur Lebih Baik
38 Rela Menjadi Madu
39 Apa? Poligami?
40 Terbongkarnya Rahasia
41 Galau
42 Kesimpulan Pahit
43 Kembali ke Jakarta
44 Alhamdulillah, Sudah Membaik
45 Keputusan Berat
46 Mutlak, Lanjut Poligami!
47 Galau Membawa Luka
48 Hmm.. Bolehkah Sedekat Ini?
49 H-3 Pernikahan
50 Hari Pernikahan Fahmi dan Sarah
51 Resmi Menjadi Madu
52 Penyemangat Dari Zidan
53 Malam Penuh Dengan Tanda Tanya
54 Malam Penuh Ketegangan
55 Menyelesaikan Masalah
56 Pergi Honeymoon?
57 Honeymoon
58 Saling Menjaga
59 Zidan Sakit
60 Kekhawatiran Ayana
61 Sarah Pulang ke Rumah
62 Kembali ke Rumah
63 Merasa Kalah Saing
64 Sarah Merajuk
65 Positif Hamil
66 Tersingkirkan
67 Perhatian Zidan
68 Hampir Frustasi
Episodes

Updated 68 Episodes

1
SAH!
2
Pulang Ke Rumah
3
Malam Pertama
4
Sedang Sakit
5
Hanya Kelelahan
6
Canggung
7
Terjadilah Sudah
8
Kembali
9
Ditinggal Tugas
10
Mulai Terbiasa
11
Berdua
12
Bahagia
13
Ditinggal Umroh
14
Pulang Umroh
15
Kesepian
16
Pesantren Ar-Rahman
17
Sebuah Kekhawatiran
18
Dilema
19
Pengajar Baru, Bernama Difa Azahra
20
Merasa Tersaingi
21
Ada Apakah Gerangan?
22
Happy Anniversary
23
Dingin dan Acuh
24
Semakin Dingin
25
Luka Hati, Luka Tubuh
26
Perasaan Terdalam
27
Sebuah Pengakuan
28
Khawatir
29
Menjenguk Umi
30
Perhatian
31
Pertemuan 2 Keluarga
32
Perjodohan
33
Perdana Singgah ke Pesantren
34
Putra Bungsu?
35
Iya, Dia Fahmi!
36
Bakso Cuanki
37
Jujur Lebih Baik
38
Rela Menjadi Madu
39
Apa? Poligami?
40
Terbongkarnya Rahasia
41
Galau
42
Kesimpulan Pahit
43
Kembali ke Jakarta
44
Alhamdulillah, Sudah Membaik
45
Keputusan Berat
46
Mutlak, Lanjut Poligami!
47
Galau Membawa Luka
48
Hmm.. Bolehkah Sedekat Ini?
49
H-3 Pernikahan
50
Hari Pernikahan Fahmi dan Sarah
51
Resmi Menjadi Madu
52
Penyemangat Dari Zidan
53
Malam Penuh Dengan Tanda Tanya
54
Malam Penuh Ketegangan
55
Menyelesaikan Masalah
56
Pergi Honeymoon?
57
Honeymoon
58
Saling Menjaga
59
Zidan Sakit
60
Kekhawatiran Ayana
61
Sarah Pulang ke Rumah
62
Kembali ke Rumah
63
Merasa Kalah Saing
64
Sarah Merajuk
65
Positif Hamil
66
Tersingkirkan
67
Perhatian Zidan
68
Hampir Frustasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!