Bab 20

Suara tawa anak-anak mendominasi ruangan, Celio tengah memberi pertunjukan pantomim, memperagakan sikap seorang Charlie Chaplin yang tengah membersihkan kaca toko gaib. Para orang dewasa di sana ikut tertawa geli, terkecuali Velora, wanita itu baru masuk dengan sebotol air mineral dalam genggaman nya, mendekat ke arah Margaret dan Helena.

" Kau akan pergi? " Tanya Margaret mengamati tampilan baju Velora yang tengah mengenakan jaket hitam dengan tudung menutupi kepala dan bawahan jins dengan warna senada.

" Aku ingin jalan-jalan sebentar. " Jawab Velora dengan senyuman.

" Baiklah, jangan terlalu lama. "

" Aku bawa ponsel, bibi bisa menghubungi ku jika ada perlu. "

" Baiklah, hati-hati. "

" Baik bibi, ibu aku pergi dulu. " Pamit nya pada Helena.

" Iya, hati-hati di jalan. "

Meninggalkan ruangan setelah bersalim pada dua wanita yang memiliki selisih umur hampir sama. Menyusuri jalan setapak dengan earphone menempel di telinga yang mengalungkan musik jazz kesukaan Velora. Kini langkah nya sudah berada di jalan raya, memilih terus berjalan kaki meski ada bus yang bisa lebih cepat membuat nya sampai di tujuan.

Velora mendudukkan diri sebentar di samping trotoan, meneguk air mineral yang di bawa nya sebelum melanjutkan perjalanan. Sesekali ia melempar senyum pada orang ramah yang mau bertegur sapa, bersenandung kecil hingga tak menyadari jika kini dirinya sudah berada di dekat taman.

Suasana terasa lebih sepi, mungkin karena ini bakan weekend dan di jam sekarang anak-anak masih berada di sekolah hingga sore hari, begitu pun para pekerja. Berbeda dengan orang pengangguran seperti Velora.

" Di sini sangat nyaman. " Seru Velora, menjatuhkan diri di kursi taman dan membiarkan angin berhembus menyapu kulit wajahnya. Hingga tanpa di sadar ia menarik tudung jaket dengan menikmati daun pohon akasia yang mulai berjatuhan.

" Kali ini pilihan Celio pantas di puji, " Velora menyalin saluran lagu nya, menyandarkan diri sambil sesekali ikut bernyanyi jika ia sempat mengetahui lirik lagu nya.

Dalam sudut taman yang lain, Hanian terpaku pada sosok yang baru saja menjatuhkan diri di kursi taman yang jarak nya tak jauh dari tempat ia duduk. Wajah yang seperti nya sempat ia lihat, tapi tak terlalu jelas karena tertutup tudung jaket di separuh wajah nya. Tapi detik berikutnya keraguan itu musnah setelah wanita itu memperlihatkan seluruh wajah nya, sangat persis dan aneh nya Hanian sangat ingin mendekati wanita itu hanya untuk memastikan.

" Paman...? "

" Iya, ada apa nona? "

" Aku ingin ke toilet, paman tunggu di sini saja ya. "

" Aku akan mengantar mu sampai... "

" Banyak wanita yang mengantri paman, apa paman tidak malu. Sebentar, paman tenang saja aku pasti hati-hati. "

" Tapi nona... " Suara kyler tertahan di tenggorokan ketika Hanian sudah mulai melangkah cepat meninggalkan. Hanya mampu menghela nafas panjang, sambil siap-siap menyerahkan diri untuk menerima hukuman karena berani membawa keluar Hanian tanpa meminta persetujuan Krittin.

Tadi pagi setelah keberangkatan tuan Krittin, Hanian merengek minta jalan-jalan ke taman, dia memanfaatkan wajah imut nya yang membuat kyler tidak berani menolak. Entah apa yang akan tuannya lakukan nanti, tapi biarlah, lagipula dia tidak bisa menghindar dari hukuman.

Hanian mengintip dari balik pohon besar, mengambil langkah memutar untuk menghindari tatapan pengawal nya. Setelah di rasa aman, dan kayler sedang melihat ke arah lain, Hanian dengan hati-hati keluar lalu bergegas mendekati kursi taman yang lain.

" Kak Velora? " Panggil Hanian.

Tentu saja pemilik nama itu tersentak menyadari ada orang lain yang sekarang berdiri di hadapan nya, memanggil nama dengan sangat akrab seolah mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi Velora tidak ingat dengan gadis itu, bahkan wajah nya terasa sangat asing di ingatan nya.

" Apa aku boleh duduk di sini? "

Velora yang masih merasakan keanehan hanya mengangguk kan kepala, tersenyum canggung melihat gadis di hadapan nya yang nampak begitu bahagia.

" Kakak sering bermain di sini juga? " Hanian benar-benar tidak bisa mengontrol perasaan nya, semangat itu muncul ketika menyadari orang yang di ajak bicara tak mengelak yang artinya dia memang Velora sang kakak ipar nya.

" T-tidak, baru kali ini. "

" Jadi pekerjaan kak Velora sudah selesai? "

Kening Velora berkerut dalam, " Pekerjaan? " Beo nya, mengulang perkataan gadis yang tidak ia kenal itu.

Aku sungguh tidak mengerti, apa mungkin dia salah mengenali orang, tapi bagaimana nama nya bisa begitu kebetulan.

" Iya, kak Tin bilang kalau kak Velora sedang ada pekerjaan. Tapi sekarang kakak di sini, kenapa kakak tidak kembali tinggal di Mansion? "

Jantung Velora bergemuruh hebat, menelan saliva susah payah ketika nama seseorang yang terdengar akrab di telinga nya di panggil dengan begitu mudah oleh gadis lain. Pikiran Velora mulai berkelana ke mana-mana, mulai dari siapa gadis ini? Lalu kak Tin yang di panggilannya, tidak mungkin kan jika itu Krittin Revenor Sylvester? Pria itu tidak akan membiarkan orang asing memanggil nama pendek nya? Dan Mansion... Apa mungkin dia kekasih baru dari Krittin? Velora tidak mau menyangkal karena memang gadis di hadapan nya adalah sosok yang pantas di puji, cara bicara nya yang menarik, dan senyum manis yang menghiasi wajah cantik nya terlihat begitu sempurna hingga tak memiliki cela buruk sedikit pun.

" K-kak Tin yang kau maksud, A-apakah tuan Krittin Revenor Sylvester. "

" Iya, anda sangat cantik saat dilihat langsung kak. " Hanian kembali menampilkan senyuman tulus, "Dokter Arsenal sudah banyak cerita tentang hubungan kalian, apa anda tidak merindukan kak Tin? "

Dada Velora sesak, hatinya teriris sakit. pertanyaan macam apa itu, tentu saja Velora sangat merindukan Krittin, bahkan malam-malam yang di lalui nya di soglio tak memberi perubahan jika dirinya tersiksa karena terus merindukan suami nya.

Aku merindukan nya, sangat amat merindukan dia. Tapi aku tidak berharap bisa bertemu, karena menahan kerinduan ini terasa lebih baik dari pada melihat tatapan penuh kebencian itu.

" Siapa nama mu? " Tanya Velora, setelah berhasil mengontrol perasaan nya dan tetap bersikap tenang.

" Aizivella Zelda Sylvester, kak Tin memanggil ku Zizi, apa kak Lora punya panggilan lain. "

Dia bahkan menyematkan nama marganya di belakang gadis ini, apa sungguh hubungan kami akan berakhir. Tuhan... Kenapa aku merasa sakit, bukankah seharusnya aku bahagia karena melihat orang yang ku cintai bersama orang yang di inginkan nya.

" Kak... " Hanian terkejut kala melihat cairan bening lolos dari sudut mata Velora, " Kenapa kakak menangis? "

" Tidak, " Velora menyangkal cepat, mengusap air mata nya lalu memberikan senyuman terbaik yang ia bisa.

" Mata ku perih, seperti nya ada debu yang tidak sengaja masuk. "

" Nona...?"

Tubuh Velora membeku, dia mengenal suara briton itu, bahkan Velora mengetahui nama nya dan mengingat bagaimana rupa pria yang saat ini muncul di belakang tubuh nya. Dengan gerakan cepat Velora menarik tudung jaket hingga menutupi separuh wajah.

" Maaf aku harus pergi. " Ucap Velora.

Hanian hendak berbicara tapi Velora sudah jauh dengan langkah sedikit berlari, " Kenapa kakak menghindari ku? "

" Nona apa yang anda lakukan di sini? " Suara kyler kentara akan kekhawatiran, keringat membasahi hampir seluruh wajah nya, kelelahan akibat berjalan tergesa-gesa karena Hanian yang tak kunjung kembali.

" Paman, aku bertemu kakak? "

" Kakak? "

" Kak Velora, tapi dia pergi sangat cepat, bahkan aku belum berbicara banyak dengan nya. "

Kyler tidak bisa melihat wajah wanita itu, tapi dari postur tubuh nya kyler mengenal nya. Dan ternyata tebakan kyler tidak salah, wanita itu benar-benar Velora, majikan nya yang hilang hampir tiga bulan ini.

" Nona sebaiknya kita kembali. "

" Baik paman," Hanian bangkit, "aku jadi merindukan kak Tin. " Lanjut nya sebelum mulai memasuki mobil. Menikmati saluran radio acak yang sekarang tengah memutar musik pop.

" Paman bisakah berhenti di supermarket di depan sana, aku ingin membeli es krim. "

" Iya nona, " Kyler mulai menepikan mobil, mematikan mesin mobil dan menoleh ke belakang setelah melepas seatbelt yang melingkar di tubuh nya, " Anda tunggu di mobil, biar saya yang membelikan nona. "

" iya paman. aku mau rasa vanilla dan coklat, terima kasih paman. "

" Asal anda senang nona. " Kyler keluar, melangkah ke arah supermarket yang ada di seberang jalan dan ikut mengantri.

Hanian membuka kaca mobil, menikmati suara kebisingan mesin di jalan raya dan bau asap kendaraan yang hampir membuat nya bersin juga terbatuk. Gadis manis itu memejamkan mata, bersandar dan membiarkan kaca mobil tetap terbuka. Tak menyadari jika ada sepasang mata yang terus menatap sejak kehadiran nya di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!