Kelahiran Umar 2

"Terima kasih karena tidak meninggalkan aku disaat keadaanku seperti ini. Terima kasih ade dan keluargamu tak pernah menghina ku bahkan selalu membantuku.

" Maafkan suamimu ini tidak bisa menjadi suami yang membanggakan!!". Aku tersenyum dan memeluknya dengan sayang.

"Bersabarlah Allah paling tau apa yang kita butuhkan. Ini adalah cobaan untuk pernikahan kita, kita sedang diuji dengan ekonomi seperti ini, mungkin Allah sudah menyiapkan pekerjaan yang layak dan rejeki yang baik kedepannya!!".

"Terima kasih sungguh aku beruntung memiliki mu dek!!".

"Alhamdulillah bukankah itulah yang harus dilakukan seorang istri, mendukung dan menemani suaminya dalam keadaan apapun. Saling menguatkan dalam hidup terutama kewajiban kita sebagai Muslim!!".

Setelah hampir 2 jam persalinan, ayahku pun tiba beliau sudah mengganti pakaian yang biasa dia kenakan saat sedang mengisi khutbah jumat di berbagai mesjid yang ada di daerah Makassar.

Beliau datang dengan menggunakan pakaian yang menjadi ciri khasnya ketika bepergian dan beliau memang sangat harum, rapi dan bersih bahkan suamiku pun mengakuinya. Wajah ayahku tidak tampak seperti orang tua berusia 58 tahun. Tubuh mungilnya juga cukup sangat terawat apalagi kulit beliau putih bersih begitupun dengan pakaiannya.

"Mana cucuku nak??.. Mau ku gendong!!"..Ucap Ayahku melihat cucunya

"Ayah !!". Aku berseru lembut.

"maaf lebih baik ayah pergi cuci tangan dulu dan membuka jaketnya kan ayah habis dari jalanan dan naik angkutan umum pasti penuh dengan polusi!!". Aku menegur dengan lembut ketika beliau hendak mendekati cucunya.

"Oh iya, ayah lupa nak!!.. Bentar yah, ayah cari tempat cuci tangan dulu!!.. Ayahku bergegas mencuci tangannya setelah itu membuka jaketnya, barulah aku memberikan cucunya.

Dengan sayang ayahku menimang cucu pertamanya itu. Matanya penuh dengan binar bahagia mencium pipi cucunya dengan gemes.

"Sudah punyami nama nak??.

"Iya ayah, panggilannya Umar sedangkan nama panjangnya Umar Khoir Ahmad. Aku mengambil nama Umar sesuai saran ayah yang mengatakan kemungkinan anakku akan lahir hari jumat ternyata prediksi ayah sangat tepat bahkan pas sholat jumat!!".

"Nama yang bagus nak!!".. Mudah-mudahan dia semulia Kholifah umar!!".

"Amin kami ucapkan secara serentak.

"Ayah tidak menyapa mertua dan suamiku??

"Astagfirullah, ayah lupa nak saking senangnya melihat cucu ayah!!".. Maaf ya pak buk saya langsung me nyelonong masuk tanpa mengiraukan kalian!!".

"Saya terlalu senang pas di pintu melihat cucu saya sampai lupa kalau kalian ada disini!!". Ucap ayahku kepada mertuaku sambil berjabat tangan dan beralih kepada menantunya memeluknya dengan sayang.

Belum satu menit ayahku kembali sibuk dengan cucunya bahkan tidak menghiraukan aku juga, seakan-akan dunia milik berdua saja dengan cucunya. Astaga ayahku ini.

"Ayah sudah makan siang kah?? Soalnya kan dari jumat ayah langsung kesini!!".

Ayahku pun cengengesan persis denganku kalau melupakan sesuatu terus diingatkan. Ya kata orang aku ini duplikat ayahku hanya saja versi perempuan. "Belum nak, nanti saja ayah belum lapar soalnya ayah masih mau main sama cucu ayah!!".

"Kebetulan aku mau pergi beli makanan, ayah mau nitip makanan apa?? Tanya suamiku.

"Apa saja nak yang penting pakai nasi agar bisa kenyang!!"..

"Kita dek mau makan apa??..

"Makan pangsit saja kak soalnya ada ayam dan sayurnya bilang sama masnya banyakin sayurnya. Tidak pakai sambel karena aku menyusui dan tidak usah pake kecap juga!!".

Saat akan pergi ayahku malah menyerahkan uang 500 ribu kepada suamiku.

"Beli pakai ini nak.. Jangan lupa beli minum.. Tidak boleh menolak!!". Ucapnya dengan tegas.

Beliau memberi didepan kedua mertuaku.. Setelah itu kembali menimang cucunya, suamiku melirik ku dan akupun menganggukkan kepalaku sebagai tanda menerimanya, kalau ayahku bicara begitu artinya dia tidak ingin dibantah. Akhirnya suamiku pergi membeli makanan dan minuman sesuai titipan ayahku.

Aku melihat kedua mertuaku terdiam melihat pemandangan barusan mungkin mereka tidak menyangka hal ini. Setelah suamiku pergi ayah menghampiri ku sambil menggendong cucunya. Diletakkan cucunya di box bayi yang ada disebelah brangkar rumah sakit. Kemudian menghampiriku memeluk dengan sayang dan mengusap kepalaku sambil menangis.

Aku tau dia pasti membayangkan jika ibuku ada disini pasti beliau akan mendampingi ku melahirkan dan juga akan menimang cucunya seperti yang dia lakukan.

"Selamat nak telah jadi ibu jadilah ibu yang bijak dan sabar karena mengurus anak itu sangat susah!!". Ucap ayahku dengan tangis.

Aku memeluk ayahku dengan sayang sambil mengucapkan terima kasih atas semua yang dia berikan dan meminta maaf dengan setulus hatiku karena aku tau kini aku telah menjadi orangtua perjuangan luar biasa akan kulalui nantinya.

"Jika ibumu ada pasti dia sangat bangga padamu!!"., aku pun menangis mendengarnya.

Bagi orang lain mungkin aku perempuan tangguh tapi dihadapan ayahku aku tetaplah putri manjanya dan sangat perasa jika berkaitan dengannya, hanya saja aku memang jarang menampakkan sisi lemah ku dihadapan orang.

Setelah sehari dirumah sakit, besok paginya kami menggunakan mobil sewaan yang dibawah oleh tante suamiku karena kami tidak tau dimana harus menyewa.

Mobil tante sedang tidak ada karena anaknya memang memakainya saat bekerja, dia hanya datang jika hari libur. Setelah menempuh jarak lumayan jauh berkisar 45 menit kami sampai kerumah mertuaku.

Ayahku masih menginap sehari disini besok baru turun Ke Makassar bersama suamiku. Beliau menempati kamar kosong disamping kamar ku karena jarang ditempati maka suamiku dengan telaten membersihkan agar ayahku nyaman di kamar itu.

Walaupun ayahku cukup mampu ayah tak pernah memandang orang lain lebih rendah, dia juga memulai segala hal dari nol dari menumpang hingga bisa seperti sekarang, dia sangat tau bagaimana rasanya hidup kesusahan itulah sebabnya beliau tidak pernah menyinggung apapun kepada suamiku bahkan sikapnya sangat hangat kepada menantunya itu.

Mereka berdua memang sangat cocok apalagi jika membahas jurusan mereka, maklum saja mereka memang mengambil jurusan yang sama yaitu bahasa Arab.

Saking asyiknya mereka mengobrol melupakanku dan anakku yang tadinya menjadi pusat perhatian. Bapak mertuaku pun ikut bersama mengobrol sedangkan aku memasuki kamar untuk istirahat. Obrolan mereka terhenti ketika ibu mertuaku memanggil suamiku untuk mencuci pakaian ku saat melahirkan.

Dan suamiku ini tipe lelaki cukup penjijik dan sangat sensitif dengan bau, apalagi jika ada hal yang memang membuatnya ingin muntah. Ya akhirnya dia muntah juga bagaimana tidak, bekas melahirkan menggunakan sarung tidak langsung dicuci disimpan dulu baru dicuci besok paginya bisa kalian bayangkan baunya walaupun begitu suamiku tetap menyelesaikan nya sampai dikamar dia masuk dalam keadaan pucat karena terus muntah.

Episodes
1 Kehidupan Baru
2 Pertengkaran Awal Pernikahan
3 Pertengkaran awal pernikahan 2
4 Lelah hati seorang Istri 1
5 Ayahku Yang Bijaksana
6 Lelah hati Seorang Istri 2
7 Kelahiran Umar
8 Kelahiran Umar 2
9 Kelahiran Umar 3
10 Pernikahan Sang Adik Perempuan
11 Akhirnya Bekerja
12 Akhirnya Bekerja 2
13 Curahan hati Istri
14 Kelahiran Ammar
15 Kelahiran Ammar 2
16 Kehidupan 2 anak
17 Ayah Shofiyah Wafat
18 Ke kampung Halaman Ayah
19 Kehidupan rumah tangga si anak Emas
20 Ipar Vs menantu
21 Menantu Vs Keluarga Besar
22 Rencana Pernikahan Mertua
23 Pernikahan Mertua
24 terbongkarnya identitas ubay
25 Menghajar pembully Umar
26 Kisah Masa Lalu Shofiyah 1
27 Kisah Masa Lalu Shofiyah 2
28 Kisah masa lalu Shofiyah 3
29 Kisah Masa lalu Shofiyah 4
30 Kekasihku jodoh Orang lain
31 Pergi Dari Rumah
32 Memaafkan
33 Berbaikan
34 Kepulangan Sang Kakak Tertua
35 Ada Apa Dengan Ibu Bos
36 Kedatangan Aryan dan Arjun
37 Pulang kerumah Utama
38 Si sulung Tamat TK
39 Anak-anak Masuk Sekolah
40 Umar Kembali Kena Bully
41 Amarah Seorang Ibu
42 Umar Yang Trauma
43 Umar masuk Rumah Sakit
44 Uneg-uneg Shofiyah
45 Memberi Kerja Kembaran Suami
46 Karena kami Juga orangtua
47 Roda Kehidupan
48 Roda Kehidupan 2
49 Musibah
50 Roda Kehidupan 3
51 Menikah Untuk Melengkapi
52 Anak-anak Yang Soleh
53 Bekal Akhirat
54 Roda Kehidupan 4
55 Rencana Perjodohan
56 Roda Kehidupan 5
57 Roda Kehiuspan 6
58 Yayasan Ar Rum
59 Niat Mulia
60 Roda Kehidupan 7
61 Roda Kehidupan 8
62 Ending
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Kehidupan Baru
2
Pertengkaran Awal Pernikahan
3
Pertengkaran awal pernikahan 2
4
Lelah hati seorang Istri 1
5
Ayahku Yang Bijaksana
6
Lelah hati Seorang Istri 2
7
Kelahiran Umar
8
Kelahiran Umar 2
9
Kelahiran Umar 3
10
Pernikahan Sang Adik Perempuan
11
Akhirnya Bekerja
12
Akhirnya Bekerja 2
13
Curahan hati Istri
14
Kelahiran Ammar
15
Kelahiran Ammar 2
16
Kehidupan 2 anak
17
Ayah Shofiyah Wafat
18
Ke kampung Halaman Ayah
19
Kehidupan rumah tangga si anak Emas
20
Ipar Vs menantu
21
Menantu Vs Keluarga Besar
22
Rencana Pernikahan Mertua
23
Pernikahan Mertua
24
terbongkarnya identitas ubay
25
Menghajar pembully Umar
26
Kisah Masa Lalu Shofiyah 1
27
Kisah Masa Lalu Shofiyah 2
28
Kisah masa lalu Shofiyah 3
29
Kisah Masa lalu Shofiyah 4
30
Kekasihku jodoh Orang lain
31
Pergi Dari Rumah
32
Memaafkan
33
Berbaikan
34
Kepulangan Sang Kakak Tertua
35
Ada Apa Dengan Ibu Bos
36
Kedatangan Aryan dan Arjun
37
Pulang kerumah Utama
38
Si sulung Tamat TK
39
Anak-anak Masuk Sekolah
40
Umar Kembali Kena Bully
41
Amarah Seorang Ibu
42
Umar Yang Trauma
43
Umar masuk Rumah Sakit
44
Uneg-uneg Shofiyah
45
Memberi Kerja Kembaran Suami
46
Karena kami Juga orangtua
47
Roda Kehidupan
48
Roda Kehidupan 2
49
Musibah
50
Roda Kehidupan 3
51
Menikah Untuk Melengkapi
52
Anak-anak Yang Soleh
53
Bekal Akhirat
54
Roda Kehidupan 4
55
Rencana Perjodohan
56
Roda Kehidupan 5
57
Roda Kehiuspan 6
58
Yayasan Ar Rum
59
Niat Mulia
60
Roda Kehidupan 7
61
Roda Kehidupan 8
62
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!