Chase Me, I Catch You!
*** Cerita ini adalah cerita yang sebelumnya telah di publish di novel Shameless Prince\, namun untuk mengerti tentang karakter dan tokoh dalam Novel ini\, saya akan menceritakan sedikit ceritanya sehingga bagi yang membaca novel ini tanpa membaca novel sebelumnya akan mengerti\, Jika Anda telah membaca dari Novel sebelumnya\, silakan langsung membacanya dari BAB 1 - Permainan dimulai. ***
_______________________________________________________________________
Sebuah Helikopter mendarat sempurna di sebuah restoran yang berlokasi di atas sebuah danau, jalan akses masuknya hanya menggunakan helikopter atau speedboat khusus, untuk makan di sana pun harus menunggu begitu lama atau minimal orang-orang sudah menjadi anggotanya.
Pintu Helikopter itu terbuka, menampilakan sosok pria dengan usia matang turun dari helikopter itu, Liam menjejakkan kaki pertamanya dan dengan sigap dia segera menjulurkan tangannya, menyambut dua wanita yang turun dengan anggunnya, seorang berusia seumuran dengan Liam dan lagi wanita muda yang begitu mempesona, Jenny menyunggingkan senyuman tipisnya dan berjalan dengan percaya dirinya. Ini adalah pengalaman yang memang dia nanti-nantikan setelah berlibur cukup lama di negara Paman Liam- seseorang pria yang berusaha dia jodohkan pada bibinya – Aurora, walau ternyata usahanya tetap saja gagal karena bibinya ternyata begitu mencitai pamannya. Liam merupakan orang asing yang tinggal di negara tetangga tempat asal Jenny dan setahu Jenny, dia memiliki seorang anak - Jonathan.
Liam lalu mengarahkan ke dua wanita cantik yang dia bawa ke sebuah ruangan khusus, ruangan itu indah sekali karena benar-benar pas menyuguhkan seluruh pemandangan yang ada di sana, selain itu mereka juga bisa melihat sinar matahari yang kekuningan jatuh di atas danau yang tenang itu.
Saat pintu terbuka, seorang pria muda berdiri, dari belakang saja sosoknya tampak begitu gagah, tak jauh beda dengan postur tubuh Liam, Jenny yang sedari tadi sudah penasaran dengan sosok Jonathan yang walaupun sudah cukup lama dia ada di negara ini tak pernah dia temui, karena menurut Liam, Jonathan sedang mengurus perusahaan mereka di luar Negeri.
Pria itu lalu melihat ke arah para tamu yang dibawa oleh ayahnya, Jenny terdiam, terkesima dengan sosok yang dia lihat, pria itu tinggi, lebih tinggi bahkan dari ayahnya, tubuhnya tegap, posturnya sempurna, wajahnya mungkin adalah perpaduan sempurna dari ayah dan ibunya karena Jenny belum pernah melihat mantan istri paman Liam, tapi mata dan bibirnya adalah milik Liam, alisnya tebal, hidungnya mancung, kulitnya tak terlalu putih namun terkesan eksotik, pria ini, pria paling sempurna yang pernah dilihat oleh Jenny.
Jonathan berdiri, dia hanya memberikan sedikit senyumannya yang bahkan sudah meluluhkan hati Jennya, matanya yang coklat terang tampak bening menerawang, menunjukkan iris matanya, Jenny benar-benar tertegun.
"Jonathan, ini Bibi Aurora dan juga Jenny, keponakannya," kata Liam memperkenalkan Jonathan pada Aurora dan Jenny.
"Senang bertemu denganmu Jonathan, kau mirip sekali dengan ibumu," puji Aurora yang memang tak bisa dipungkiri, Jonathan pria yang sempurna, Jonathan hanya mengembangkan lebih senyumannya, lalu matanya tertuju pada Jenny yang tampak sedikit terdiam melihat ke arahnya.
"Hai," kata Jonathan mencoba menyapa Jenny, Jenny yang mendengar suara Jonathan langsung bergetar, suara berat itu terdengar begitu menggoda, ah, apa kurangnya pria ini? pikir Jenny yang melihat Jonathan dari atas hingga bawah, membuat wajah Jonathan langsung berkerut, namun saat Jonathan ingin lebih bertanya, ponselnya berbunyi.
"Excuse me," kata Jonathan menunjukkan gestur menunggu pada Jenny, dia lalu mengangkat ponselnya lalu berjalan keluar.
"Maafkan aku, dia selalu sibuk dengan masalah perusahan kami, silakan duduk," kata Liam, Aurora duduk di depan Liam, sedangkan Jenny nantinya akan berhadapan dengan Jonathan.
Tak lama Jonathan akhirnya bergabung dengan mereka, membuat senyuman manis terkembang sempurna di bibir Jenny melihat sosok pria sempurnanya itu di depannya.
"Maaf ayah, Heiley menelepon," kata Jonathan yang melihat ayahnya yang menatap dirinya.
"Heiley?" suara Jenny terdengar, dia memang selalu ingin tahu dan tidak bisa menahan perasaan itu.
"Ya, kekasihku," kata Jonathan tampak bangga dengan hal itu, namun langsung memudarkan senyuman manis Jenny, pria sempurnanya ini ternyata sudah ada yang punya, mood Jenny yang tadinya sangat bahagia berubah 180 derajat, dia langsung menegak champagne yang sudah tertuang di sana, membuat Jonathan tersenyum sedikit melihat tingkah laku Jenny ini, setelah minum itu dia langsung bersandar dan mengibas-ngibas tangannya seolah dia kepanasan.
"Apa panas?" tanya Jonathan pada Jenny.
"Sedikit," kata Jenny acuh, dia tak suka mengganggu pacar orang, dia tak pernah mau jadi wanita kedua, dia harus jadi yang pertama, walaupun Jonathan adalah pria yang sempurna menurutnya, tapi kalau dia sudah punya pacar, jangan harap Jenny akan mendekatinya, masih banyak pria yang lebih pantas untuk dia perjuangkan dari pada harus memperjuangkan pria dengan pasangan.
Makanan mereka tak lama datang, Liam memesan makanan paling disarankan di tempat itu, dan mereka mulai makan perlahan, suasanannya sebenarnya sangat canggung dan kaku, Liam hanya menatap ke arah Aurora, sedangkan Jenny sudah tak mood walaupun dia ada di restoran termewah di negara ini.
Makan malam diam dan canggung itu akhirnya selesai, begitu selesai makan Jenny langsung berdiri.
"Paman, Bibi, Jonathan, aku ingin menikmati restoran ini, aku permisi ya," kata Jenny yang terdengar cuek, Liam hanya mengangguk, Jenny sedang tak ingin memfokuskan dirinya pada Jonathan, jadi menurutnya lebih baik dia menikmati tempat ini sekarang.
"Hati-hati, jangan terlalu lama pergi," kata Aurora memberikan izin pada Jenny, Jenny mengangguk lalu pergi, tak ingin melihat Jonathan lagi.
Jonathan yang melihat hal itu hanya mengerutkan dahi namun sedikit tersenyum tipis, wanita ini, terlihat sekali salah tingkah akibatnya, Jonathan melihat Jenny pergi sambil meminum Champangenya hingga habis, setelah itu dia segera berdiri.
"Aku akan menemaninya, dia pasti lebih suka jika aku temani," kata Jonathan lagi, Liam mengangguk, Aurora hanya tersenyum mempersilakan.
Jenny tadinya keluar untuk melihat pemandangan, mengambil sedikit fotonya, juga mengambil sedikit udara, bukan Jenny namanya kalau dia harus patah hati hanya karena seorang pria, pria seperti Jonathan? Dia bahkan bisa mendapatkan yang lebih darinya.
Jenny menyandarkan dirinya ke pagar berbatas dengan danau yang sebening kristal, seperti hanya lapisan kaca, menampakkan keindahan apapun di dalamnya, sayangnya hari sudah telalu malam untuk bisa menikmati keindahannya secara keseluruhan.
Semilir angin cukup tenang, sejuk membuai tak mengganggu sama sekali, Jenny menghirup dalam-dalam udara yang terasa segar, mengisi paru-parunya penuh lalu menghembuskannya perlahan.
"Apa aku boleh bergabung?" suara berat yang walaupun baru saja di dengar oleh Jenny namun langsung terasa familiar baginya, Jenny tak membalas, namun tidak juga melarang sosok gagah itu berdiri di sampingnya, semilir angin membawa aroma masing-masing, maskulin dan lembutnya wangi bunga bercampur indah.
"Bukankah tempat ini indah?" tanya Jonathan.
"Ya, tapi di negaraku masih ada yang lebih indah," kata Jenny seadanya, sikap angkuhnya sedikit terasa, membuat Jonathan mengerutkan dahinya namun segera menaikkan sudut bibirnya.
"Benarkah? maka lain kali kau harus membawaku ke sana," kata Jonathan lagi.
"Ya, jika ada lain kali," kata Jenny cuek saja, bahkan tak melirik sosok Jonathan yang dari tadi terpaku dengan wajah cantik dan imut Jenny.
"Aku rasa aku sudah melihat yang lebih cantik dari negaramu," goda Jonathan.
Jenny diam sejenak, matanya masih melihat berkas cahaya bulan yang mulai gagah merajai malam, terpantul sempurna di air danau seperti kaca, dia lalu melirik Jonathan yang tersenyum menggoda, perlahan senyuman Jenny terkembang, pria ini ternyata penggoda juga.
"Kau tahu, aku sudah menemui pria sepertimu beratus orang," kata Jenny memutar tubuhnya, menjadikan punggungnya yang bersandar di pagar itu, kedua sikunya juga dia tumpukan pada pagar, membuat lengkungan tubuh yang sempurna untuk bisa dilihat Jonathan.
"Benarkah? itu banyak sekali," kata Jonathan mengarahkan tubuhnya ke arah Jenny yang hanya meliriknya dengan sudut matanya.
"Ya, dan aku yakin, kau sudah menggoda wanita dengan cara itu lebih dari ratusan kali juga," kata Jenny mengejek.
"Tidak, kau salah," kata Jonathan menyeruput minuman yang dia ambil di bar tadi, "Hanya beberapa, lebih banyak mereka yang menempel langsung padaku, aku hanya akan menggoda wanita yang menurutku menarik perhatianku," kata Jonathan lagi dengan senyuman manis walaupun hanya sedikit menaikkan sudut bibirnya.
"Aku tak suka terlalu dekat dengan pria yang sudah punya wanita lain, aku punya alergi tentang itu," kata Jenny yang kembali bersikap acuh.
"Oh,” kata Jonathan, dengan acuh mengambil ponselnya, dia lalu terlihat menelepon seseorang, tanpa menunggu lama, "Halo, aku kira aku ingin putus denganmu, Heily, mulai detik ini kita putus, " kata Jonathan tanpa pikir panjang, seolah kata putus itu hal yang biasa keluar dari mulutnya, dia bahkan melirik Jenny yang hanya memasang wajah biasa saja. Jonathan langsung mematikan panggilan telepon itu sepihak juga mematikan ponselnya, tahu pacarnya atau lebih tepat mantan pacarnya yang baru dia putuskan beberapa detik yang lalu akan meneleponnya kembali, selalu seperti itu jika dia mencampakkan wanita sebelumnya, jadi dia sudah tahu harus apa.
"Sekarang aku pria yang Free, lagi pula dia terlalu cerewet untukku," kata Jonathan.
"Oh, selamat jika begitu, tapi aku tidak pernah mengatakan ingin punya berhubungan dengamu," kata Jenny dengan gayanya yang jual mahal, meninggalkan Jonathan namun dengan tatapan ‘Kejar aku, kau ku tangkap’
Tentu hal itu mengusik Jonathan, dia meminum minumannya lagi, menyerumputnya sambil melirik Jenny yang menjauh darinya, berlengak-lenggok memikat siapa pun pria yang melihatnya, dengan pasti Jonathan mengikutinya.
Namun saat Jenny kembali ke ruangannya, sebuah pemandangan yang membuatnya kaget terlihat, pamannya yang sudah lama pergi itu kembali dan sedang berterngkar dengan Ayah Jonathan, mereka terlibat pertengkaran karena merebutkan bibi Auroranya dan tanpa sengaja Liam melukai Auroranya hingga pingsan, hal itu pula yang membuat Jenny menjadi sangat marah, tak ada yang boleh melukai Bibi yang sudah dri kecil menjaganya semenjak kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, Jenny benar-benar marah pada LIam.
Jenny melirik ke arah Jonathan yang hanya bisa terdiam sebelum meninggalkan tempat itu, setelah mengetahui keadaan bibinya yang sudah membaik, Pamannya membawa mereka kembali pulang ke negera mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Ndhe Nii
selalu keren thorrr😍😀👍
2022-06-20
0
。.。:∞♡*♥
jadi rindu Ceyasa
2022-05-29
0
osinry 翔
Mis quis awak hebat... Karyamu terbaik semua sd aku baca.. Semoga sukses ya.
2022-03-16
0