Damar terkejut melihat Anita sudah duduk di salah satu meja sambil ngobrol dengan dua orang karyawan proyek.
“Buat apa kamu kemari ? Aku mintanya Pram yang datang, bukan kamu !”
Teguran keras Damar membuat kedua orang yang ada di dekat Anita langsung menyingkir sedangkan Damar langsung mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi Pramudya, staf keuangan yang sejak tadi ia minta datang ke lokasi proyek.
“Damar tunggu !”
Tanpa sungkan Anita menahan lengan Damar yang sudah berniat masuk kembali ke ruang rapat,
Di bangunan sementara ini, Damar tidak punya ruangan khusus.
“Aku sudah menyuruh Pram kemari jadi kamu boleh pulang !” tegas Damar dengan suara masih tinggi
“Tapi aku manajer keuangannya jadi….”
“Jabatanmu tidak diperlukan di tempat ini !”
Damar menghempaskan tangan Anita dengan kasar hingga wanita itu hampir saja terjungkal ke belakang.
“Ada yang ingin aku sampaikan padamu !” Anita kembali menahan lengan Damar sambil memperlihatkan layar handphonenya ke hadapan pria itu.
Anita menarik sudut bibirnya saat Damar langsung merampas handphonenya dan menelisik foto yang terpampang dengan dahi berkerut.
Ternyata titik lemahmu masih sama Damar, batin Mirna sambil tersenyum mengejek.
“Masuk !” perintah Damar lalu menutup pintu ruangan:
Melihat reaksi Damar, Anita tersenyum tipis padahal dalam hatinya ia bersorak karena merasa berhasil memancing emosi Damar.
“Darimana kamu dapat foto-foto ini ?”
Raut wajah Anita langsung berubah mengikuti alur cerita yang sudah disusunnya.
“Aku tidak sengaja melihat mereka di restoran yanh aku datangi untuk makan siang.”
Damar meletakkan handphone Anita di meja dan berdiri dengan kedua tangan terlipat di dada. Ditatapnya Anita dengan wajah dingin.
“Aku yakin mereka bukan tidak sengaja bertemu. Apa Mirna sudah ijin padamu untuk makan siang di luar ?”
“Sudah.”
“Tapi pasti Dewi yang jadi alasannya.”
Damar tidak menanggapi pernyataan Anita meskipun tatapan wanita itu mengharapkan konfirmasi.
Melihat mata Damar yang tajam namun sikapnya datar tanpa emosi membuat Anita mulai salah tingkah.
“Maaf bukan aku berniat ikut campur dalam masalah rumah tanggamu dan aku tidak bisa menyangkal kalau Firman adalah sepupuku tapi sejujurnya aku tidak terlalu suka padanya. Firman seorang player sedangkan Mirna adalah perempuan baik-baik dan temtu saja karena ia adik kesayangan Rangga dan sekarang sudah jadi istrimu.”
Damar bergeming, masih belum memberikan reaksi apa-apa hingga membuat Anita berpikir kalau ia sudah berhasil mempengaruhi Damar dengan foto Mirna dan Firman di restoran.
“Sudah berkali-kali aku menasehati Firman agar berhenti mengejar Mirna karena ia sudah berkeluarga tapi sepertinya Firman ingin memanfaatkan
kondisi Mirna yang lupa padamu dan Chika.”
Sekarang mata Damar menyipit membuat Anita langsung menggoyangkan kedua telapak tangannya ke arah Damar.
“Bukan aku…. Maksudnya aku tidak terlibat sama sekali dalam rencana Firman mendapatkan Mirna.”
Damar tersenyum sinis dan membuka pintu ruangan. Tidak ada tanda-tanda ia peduli dengan cerita Anita apalagi berniat mengorek informasi lebih banyak lagi.
“Asal kamu tahu kalau sampai kapan pun aku tidak akan pernah percaya pada ucapanmu. Bahkan seorang anak kecil lebih pintar mendongeng daripada caramu menceritakan kebohongan !”
“Aku tidak berbohong !” geram Anita dengan suara meninggi dan kedua tangannya terkepal di samping badannya.
“Keluar sekarang dan tinggalkan tempat ini ! Aku tidak membutuhkanmu di sini !”
“Hanya aku yang bisa menghentikan niat jahat Firman, tolong percayalah kepadaku. Selain itu aku sudah memutuskan untuk menerima Rangga sebagai jodohku.”
Damar tersenyum mengejek, “Masalahmu dengan Rangga bukan urusanku ! Pergilah dari sini, jangan menganggu waktu kerjaku.”
Kamu benar-benar sombong, Damar ! Bagaimana mungkin hatiku bisa menyukai laki-laki seperti kamu. Bodoh kamu Anita !
Wajah marah Anita tidak dipedulkan Damar dan ia langsung menutup pintu begitu wanita itu keluar.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan limabelas malam dan Chika sudah tidur sejak 20 menit yang lalu.
Dengan sangat hati-hati Mirna membuka pintu kamarnya padahal tidak ada siapa-siapa karena Damar belum pulang kerja.
Sambil bersandar pada pintu yang baru saja ditutupnya, Mirna mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang menurut Damar masih sama seperti sebelum Mirna kecelakaan.
Perbincangan dengan Firman siang ini menganggu pikiran Mirna yang memang sedang berusaha mencari informasi untuk memulihkan ingatannya yang hilang.
“Kamu tahu kan kalau Damar dan Anita pernah sama-sama suka ? Damar ngalah begitu tahu Rangga suka tapi ya namanya cinta pertama, nggak gampang dihapus begitu aja.”
“Kamu habis bertengkar hebat sama Damar sebelum kecelakaan makanya malam-malam kamu pergi dari rumah.”
“Kok kamu tahu, Fir ?”
“Kamu menghubungiku sambil nangis tapi menolak saat kuajak bertemu. Aku sangat khawatir dengan kondisimu malam itu dan mencoba tetap mengajakmu ngobrol di handphone tapi kamu memutus perbincangan kita. Saat aku hubungi balik handphonemu sudah tidak aktif . Sekitar setengah jam kemudian mbak Nita mengabarkan kecelakaanmu.”
“Apa aku sempat cerita apa yang aku ributkan dengan mas Damar malam itu ?”
Mirna menghela nafas panjang dan berat sambil melangkah pelan ke arah lemari pakaiannya. Tangannya ragu-ragu ingin membuka kedua pintu lemari gantung.
“Mbak Nita pernah cerita kalau kamu punya kotak rahasia di lemari pakaianmu. Coba kamu cari dan periksa isinya, siapa tahu ada sesuatu yang bisa membuatmu ingat sesuatu.”
Sejak kembali tinggal di rumah ini, Mirna belum sempat memeriksa barang-barang pribadinya, pakaian pun masih menggunakan baju-baju yang dibawa dari rumah mama.
Dengan jantung berdebar, Mirna berjongkok dan mulai meraba-raba bagian bawah lemari yang tertutup pakaian.
Tangannya tidak menyentuh benda apapun hingga Mirna menyibakkan pakaian yang menggantung supaya lebih leluasa tapi tidak terlihat benda apapun di situ.
Terdorong rasa penasaran, Mirna mencari di bagian pakaian lipat tapi tidak ada satu kotak pun ada di antara 4 rak susun. Hanya ada baju-baju dan pakaian dalam miliknya.
Mirna pun duduk di lantai sambil memikirkan kira-kira dimana kotak hitam itu berada.
Apa mungkin Damar sudah menemukannya lebih dulu dan memindahkannya ? Kalau Mirna bertanya apakah Damar akan memberitahu atau sengaja menyembunyikannya ?
Tiba-tiba terlintas kemungkinan kotak itu ada di dalam lemari pakaian Damar yang letaknya berseberangan dengan milik Mirna.
Jantung Mirna kembali berdebar saat tangannya memegang kedua pintu yang tidak terkunci. Hatinya sedang menimbang-nimbang : bertanya pada Damar atau mencarinya diam-diam.
“Kamu lagi ngapain di situ, Sayang ?”
Spontan tangan Mirna terlepas dan tubuhnya berbalik arah menatap Damar dengan degup jantung yang bertalu-talu.
“Mas Damar baru pulang ?” tanya Mirna dengan suara agak terbata.
”Maaf aku nggak jadi makan malam sama kamu dan Chika. Masalah di proyek agak berat jadi tidak bisa tuntas malam ini.”
“Sama Anita ?”
Mata Damar menyipit membuat Mirna langsung sadar dan buru-buru menjauh tapi Damar lebih sigap menarik tubuh Mirna ke dalam pelukannya.
“Kamu cemburu ?” ledek Damar sambil senyum-senyum.
Mirna membuang muka dengan wajah merona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments