Kembali Bekerja

Hari yang dinantikan Mirna akhirnya datang juga. Baru juga 15 menit duduk di meja makan, Mirna yang buru-buru menghabiskan sarapannya merengek pada Rangga supaya segera berangkat ke kantor.

“Jangan lupa sama janjimu !” tegas Rangga saat mobilnya tiba di parkiran.

“Iya, aku nggak akan lupa. Memangnya kak Rangga berencana menempatkan aku di bagian apa ?”

“Lihat saja nanti.”

Wajah Mirna yang terlihat bahagia tidak berhenti menyunggingkan senyum saat berjalan di samping Rangga memasuki bangunan 5 lantai yang tidak terlalu luas seperti gedung perkantoran di jantung kota Jakarta.

“Mirna !”

Mata Mirna membola karena tidak menyangka akan bertemu sahabatnya di tempat ini.

Rangga geleng-geleng kepala saat Mirna berlari kecil menghampiri Dewi dan langsung memeluknya.

“Kok elo bisa ada di sini, Wi ?”

Dewi terkekeh di hadapan Mirna yang sudah melerai pelukannya.

“Gue kerja di sini, baru seminggu sih dan masih karyawan percobaan.”

Mirna berbalik badan, menatap Rangga dengan mata memicing.

“Kenapa nggak ada yang bilang ?”

“Kejutan Mirna !” Dewi mencubit kedua pipi sahabatnya dengan gemas.

“Di bagian apa ? Akunting juga ?”

“Iya.”

Mirna menggandeng lengan Dewi, menyusul Rangga yang sudah duluan masuk ke dalam lift.

“Sudah melepas rindunya ?” ledek Rangga.

“Bukan melepas rindu, baru juga ketemuan sebelum aku pulang dari rumah sakit. Nggak nyangka aja kalau Dewi kerja di sini juga. Kok kakak nggak bilang-bilang sama aku sih ?”

“Kan tadi gue bilang Mir, kejutan. Kita berdua sengaja nggak mau kasih tahu sampai elo masuk kerja lagi.”

Mirna melirik tajam ke arah Rangga yang sibuk dengan gawainya. Tidak lama lift berhenti di lantai 3.

“Ayo turun !” ajak Rangga sambil menekan tombol panah supaya pintu lift tetap terbuka.

“Bukannya tempatku di lantai 5 bareng sama Dewi ?”

“Kamu lupa kalau untuk sementara akan pindah bagian ?”

Mirna menghela nafas, seakan menyesal karena gampang mengiyakan syarat kakaknya. Kalau tahu Dewi bekerja di bagian yang sama dengannya, sudah pasti Mirna akan menolak permintaan Rangga.

“Gue duluan, Wi.”

“Iya, Mir, jangan sedih gitu dong. Biar beda bagian tapi kita kan masih satu perusahaan, satu gedung pula. Nanti kita makan siang bareng.”

Mirna hanya mengangguk lesu dan keluar dari dalam lift diikuti Rangga.

“Memangnya aku akan ditempatkan di mana ?”

“Sementara kamu jadi sekretaris.”

“Tapi aku nggak punya latar belakang sekretaris.”protes Mirna dengan bibir mengerucut.

“Tugasnya lebih enteng dari staf akunting. Kamu tinggal atur jadwal, terima telepon dan membantu boss mengumpulkan data yang dia butuhkan.”

“Memangnya sekretaris kakak kemana ?”

Mirna menautkan alis saat Rangga melewati ruangannya dan melihat Lila, sekretaris Rangga ternyata masih bekerja.

Mirna pikir ia akan menjadi sekretaris Rangga supaya mudah diawasi ternyata Rangga membawa Mirna ke ruangan lain yang ada di lantai itu.

“Kamu bukan jadi sekretarisku tapi partnerku yang mulai hari ini akan menempati ruangannya di sini.”

“Partner yang mana lagi ? Bukannya selama ini hanya kak Denni yang punya saham di sini ?”

“Masih ada 2 orang lagi.”

“Siapa ? Apa aku kenal ?”

Rangga tidak menjawab malah berhenti di depan meja yang kelihatan masih baru tapi sudah dilengkapi peralatan kerja termasuk komputer.

“Temanku agak terlambat tapi dia pasti datang hari ini. Kamu bisa membiasakan diri dulu dan kalau bingung tanya saja sama Lila, aku sudah bilang padanya soal kamu.”

”Hhhmmm.”

Meski hatinya tidak rela, Mirna hanya bisa pasrah dan mulai menempati meja kerjanya yang baru.

Bosan karena sampai jam 9 teman Rangga belum datang juga akhirnya Mirna berniat menemui Lila sekalian belajar soal tugas dan pekerjaan sekretaris.

”Sibuk, mbak ?”

“Nggak juga, kebetulan pak Rangga lagi ada tamu.”

“Apa mbak sudah pernah ketemu sama temannya kak Rangga yang akan jadi bossku ?”

”Sorry Mir, aku sendiri baru tahu kalau akan ada pimpinan baru yang membantu pak Rangga, soalnya tidak ada berita atau pemberitahuan dari HRD dan pak Rangga juga nggak pernah bilang apa-apa.”

Mirna menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi.

”Huuuftt ! Kak Rangga juga nggak bilang-bilang kalau sahabatku di terima kerja di sini, mbak. Katanya sih mau kasih kejutan tapi aku kok nggak yakin.”

”Teman yang kamu maksud itu namanya Dewi ?”

“Iya, mbak kenal ?

Penuh semangat Mirna mencondongkan tubuhnya hingga menempel di meja kerja Lila.

“Pak Rangga yang interview terakhir sebelum HRD memutuskan diterima atau nggak.”

Mirna manggut-manggut dan kembali bersandar.

“Ngomong-ngomong tamunya kak Rangga cowok apa cewek ?”

“Cowok sama cewek.”

“Sudah sering kemari sebelumnya ?”

“Bu Anita sama cowok.”

“Mbak Nita ada di sini ?” mata Mirna kembali berbinar apalagi saat kepala Lila menganggguk.

Mirna mengeluarkan gawainya dan mengetik pesan untuk Anita yang tidak lain adalah kekasih Rangga.

Hubungan Anita dengan keluarga Rangga sangat baik malah Mirna sudah menganggapnya seperti kakak kandung. Entah kenapa Anita belum mau menikah padahal sudah 2 tahun bertunangan dengan Rangga.

Terakhir Mirna bertemu saat Anita membesuknya di rumah sakit. Profesinya sebagai auditor di perusahaan akuntan publik yang terkenal membuat Anita sibuk dan sering tugas keluar kota.

Pintu ruangan Rangga terbuka dan Mirna langsung beranjak begitu melihat sosok Anita keluar dari situ.

“Mbak Nita, apa kabarnya ?”

Seperti bertemu Dewi tadi pagi di lobi, dengan antusias Mirna menghampiri Anita dan langsung memeluknya.

”Kangen, kok mbak Nita sudah lama nggak ke rumah ?”

Keduanya melerai pelukan mereka dan tangan Anita terulur mengusap pipi Mirna yang tirus.

“Kamu kurus banyak ya. Maaf aku nggak bisa ikut jemput pas kamu keluar dari rumah sakit. Aku baru pindah kerja sebulan yang lalu jadi nggak bisa sembarangan ijin.”

”Nggak apa-apa, aku paham kok. Tapi kok sekarang ada di sini ? Lagi penjajakan kerjasama sama kak Rangga ?”

“Bukan,” Anita menggelengkan kepala sambil tertawa pelan. “Lagi anter boss baruku, kenalannya mas Rangga.”

Mirna senyum-senyum sambil menaikkan alisnya sebelah.

“Kayaknya sebentar lagi ada yang melepas masa lajangnya nih,” canda Mirna sambil menaik turunkan alisnya.

“Siapa ? Kamu ? Udah ada calon ?” Anita balas meledek.

“Mbak Nita sama Mas Rangga dong. Aku yakin temannya kak Rangga pasti akan mendukung malah mungkin mbak Nita nggak dikasih sering-sering lembur.”

“Harus tetap profesional biar kenal,” sahut Anita dengan senyuman manisnya.

Tidak lama pintu ruangan Rangga kembali terbuka tapi bukan hanya Rangga yang keluar, di belakangnya berdiri seorang pria tampan yang membuat mata Mirna melotot.

”Sepertinya aku nggak perlu memperkenalkan kalian lagi,” ledek Rangga sambil tersenyum.

“Jangan bilang kalau dia ini partner baru kakak yang akan jadi bossku,” geram Mirna sambil mengepalkan kedua tangannya.

“Betul kalau Damar akan jadi bossmu tapi dia bukan pemilik saham baru.”

“Aku tidak mau jadi sekretarisnya ! Lebih baik aku berhenti kerja kalau kakak memaksaku.”

”Mirna tunggu !”

Damar menahan lengan Mirna yang sudah berbalik badan.

Terpopuler

Comments

Aan

Aan

Berani ya pegang2 adik orang

2025-01-25

1

Aan

Aan

lanjutkan Thor 😍

2025-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!