PERNIKAHAN MAUT
Di saat wanita cantik berdarah Asia itu hanya diam menatap ke arah cincin yang Noir pasangkan di jari manisnya.
Pria berkemeja hitam itu menatapnya penuh dendam dan tajam hingga tak segan dia meremas tangan Disha saat dia memasangkan cincin seusai mengucap janji.
-‘Semoga aku cepat mati di sini.’ Batin Disha memberanikan diri menatap pria yang kini juga menatapnya.
Melihat pemandangan itu, tentu saja keluarga Noir hanya diam. Mereka bisa membedakan dengan jelas, pernikahan pertama Noir yang megah dan pernikahan kedua Noir yang terlihat maut.
“Gadis yang malang.” Gumam Yoanna menyeringai licik.
“Sekarang Anda bisa mencium istri Anda Tuan Noir!" Ucap seorang pendeta di sana.
Disha hanya diam dengan tatapan ke bawah, dia sama sekali tidak sudi bila harus bersentuhan dengan pria di yang berstatus sebagai suaminya. Walaupun dulu Disha sangat menyukai akan karater para mafia di dunia novel yang dia baca, tapi tidak lagi.
“Noir!" Panggil Alon menyadarkan pria bernama Noir yang terus menatap Disha dengan tajam penuh penekanan.
“Tentu!” balas Noir menyeringai licik dan bertahan 2 detik saja.
Disha yang mendengarnya pun terkaget saat tangan kiri Noir tiba-tiba menekan kasar belakang kepalanya dan menariknya maju hingga menciumnya tepat di depan keluarga dan pendeta sekaligus Falco di sana.
Bukan sebuah ciuman yang lembut, melainkan ciuman yang mematikan saat pria itu menggigit bibir bawah Disha dan menekan kepala wanita itu.
Tentu saja Disha mencoba mendorong dada bidang Noir dan menarik lengan kekarnya namun tak bisa saat pria itu menakan kepalanya.
Yelena yang hendak memanggil Noir pun langsung dihentikan oleh suaminya yang menyentuh tangannya. “Biarkan saja.” Ucap Ganev.
Saat pria itu melepaskannya, baru lah Disha menatap tajam dengan mata berkaca-kaca dan mengusap bibirnya yang berdarah.
“Apa yang Anda lakukan— ”
Darr!
Tembakan mendarat tepat di kepala pendeta tadi yang langsung terkapar.
Disha terkejut melihat pemandangan tadi hingga refleks mundur selangkah dengan tangan menutupi bibirnya yang menganga.
Sementara yang lainnya hanya diam seolah itu hal biasa bagi mereka.
Noir menatap tajam ke Disha, mengusap bekas darah di bibirnya dan membuang pistolnya ke lantai.
“Jangan ada yang memperlakukan istriku dengan baik. Itu akan membuatnya tenang, dan aku lebih suka melihatnya menangis, karena itu membuatnya terlihat cantik!” jelas Noir kepada anggota keluarganya dengan datar dan tanpa belas kasih.
Mendengar itu, Yoanna tentu saja senang, sementara Sofiya, Alon dan Ganev hanya diam dengan tatapan tegas, berbeda dengan Yelena yang hanya menatap sendu.
Kepergian Noir membuat Disha hanya bisa menatapnya setelah pria itu memutuskan hal yang benar-benar membuatnya ingin mengumpat.
Sungguh! Disha ingin menangis histeris namun dia menahannya karena dia tidak ingin dilihat terlalu remeh apalagi keberadaan nya saat ini tidaklah dikawasan orang-orang baik.
...***...
Berada di pelabuhan lain. Todor berdiri dengan cerutu di bibirnya dan tangan kiri ia masukan ke saku celana.
“Bagaimana?” tanya pria itu kepada kliennya yang saat ini memeriksa kotak senjata tepat di samping berdirinya Todor.
Pria sebaya itu menyeringai puas dan berdiri dengan tangan kiri meraih kertas yang anak buahnya berikan dan ia berikan kepada Todor. “Surat perjanjian! Jika kau berani mencari keuntungan di sela kerjasama ini, maka aku tidak segan akan menyerang mu.” Jelas pria bernama Mr. Ty itu membuat Todor menoleh dan mencabut cerutunya dari bibirnya.
“Me too!” Balasnya seraya menyeringai.
Tentu saja pria bernama Ty tadi mengangguk-anggukkan kepalanya kecil tanda dia setuju.
Usai melakukan pekerjaannya seperti biasa. Kini Todor berdiri sendirian dan seringaian nya hilang saat dia melihat ke arah ombak dan mengingat kejadian di kapal pesiar. “Aku merindukan mu sekarang!” gumam pria itu saat dia mengingat akan seseorang di hatinya.
“Tuan Todor! Saatnya mengecek pembangunan itu.” Ucap seorang pria yang merupakan asistennya, panggil saja Frank. Pria sangar yang juga memiliki tatto di lehernya, sama seperti Todor.
Todor membuang cerutunya lalu melangkah pergi.
.
.
.
“Apa tugasmu yang aku suruh semalam sudah kau temukan?” tanya Noir yang saat ini duduk di samping Falco menyetir.
“Ya Tuan. Tidak ada saksi mata lainnya, dan video cctv setengahnya sudah di ambil oleh seseorang.” Jelas Falco dengan mata masih fokus ke depan.
Noir berkerut alis mendengarnya. “Siapa?” tanya nya dengan nada dingin.
“Pria yang Anda bunuh di kapal malam itu. Pria autis bernama sandy.” Jelas Falco hingga Noir semakin mengernyitkan keningnya.
“Kakak Disha?"
“Ya Tuan.” Jawab singkat Falco.
Sungguh aneh bukan jika seorang autis seperti Sandy melakukan semua itu. Noir yang terdiam, dia memikirkannya dengan perasaan curiga dan penuh tanda tanya.
“Cari informasi lengkap dan detail tentang Disha dan pria bernama Sandy itu. Aku tidak ingin terlewati satu pun soal mereka.” Pinta Noir kepada Falco yang hanya mengangguk dan menjawab singkat namun tegas.
“Baim Tuan.”
...***...
Mansion Lev — Moscow, Russia
Nevi menarik tangan Disha dan membawanya ke arah batasan ruangan Noir. Tanpa memberontak dan hanya pasrah dengan tatapan sombong wanita paruh baya itu membawanya hingga masuk ke sebuah kamar lainnya.
Tangan kiri Disha diborgol di tiang ranjang sehingga dia hanya bisa duduk di tepi kasur empuk warna hitam.
“Kalian terlalu takut sampai harus memborgol ku?!” sindir Disha menyeringai pasrah saat Nevi menatapnya tajam.
“Anda akan mengetahuinya sendiri, siapa yang akan takut di sini.” Balas wanita dengan pakaian kepala pelayan itu.
Tak berselang lama seorang pelayan datang dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.
“Tuan Noir menyuruh kami untuk mengantar memberi Anda makanan satu hari satu kali, jadi semoga Anda menikmatinya.” Jelas Nevi yang entahlah dia baik atau buruk, Disha pun tak yakin.
Kedua pelayan tadi pergi meninggalkannya di kamar yang cukup besar, dinding hitam dan emas berpadu, sangat mencengkam.
Wanita cantik dengan dress hitam dan rambut tergelung berantakan tadi, mengamati ruangan bersih tersebut dengan sedih dan menahan air matanya. “Jangan banyak menangis, jika tidak kau akan diinjak di sini Disha.” Gumamnya mencoba menenangkan diri.
Bibir peach nya terdapat luka gigit yang Noir berikan, dan lengan yang juga terluka serta keningnya. Oh yang benar saja! Dia tidak terlihat seperti pengantin baru, melainkan seorang tahanan.
Disha hanya merenung menatap ke nampan yang ada di atas nakas sebelah ranjang.
“Kenapa hanya di lihat?”
Tiba-tiba suara seorang wanita membuat Disha menoleh dengan berkerut alis marah seakan-akan dia selalu waspada terhadap orang-orang di Mansion itu.
Tentu saja! Lihat sendiri bagaimana mereka membunuh seorang pendeta dengan entengnya dan membuang jasadnya untuk dijadikan santapan hewan buas. Sungguh gila!
Namun, melihat kondisi wanita cantik berambut pirang yang duduk di atas kursi roda, membuat Disha menatapnya biasa.
“Tunggu di luar!” pinta Yelena kepada pelayan wanita yang mendorong kursi rodanya tadi.
Kini wanita itu menekan tombol sehingga kursi rodanya bergerak sendiri hingga mendekat ke arah Disha yang masih duduk.
“Kau ingin menyiksaku?" Tanya Disha menatap lurus sedikit menantang pasrah. Sedangkan Yelena terdiam menatap ke Disha yang sama sekali tidak menoleh ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
sagi🏹
kayaknya thodor nih kenal sama disha.. dhisa sungguh tragis kisahmu kenapa kamu harus ketemu keluarga dajjal itu sih kan aku jadi sedih bacanya.. mau nolongin tapi aku juga takut sama noir kamu sabar aja dulu ya semoga ada bantuan buwat nolongin kamu bisa keluar dari lingkaran keluarga dajjal.
2025-01-26
1
Tiara Bella
aku curiga sm si yoanna itu sh Thor....
2025-01-26
3
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2025-01-27
1