KUCING DI ANTARA HARIMAU
Berada di sebuah pelabuhan. Hanya ada keheningan malam dan suara ombak dari air laut. Ketika Noir dan Sergei duduk di kursi yang ada di depan gudang milik pria bermarga Mortelev itu.
Asap rokok mengepul saat Noir terus menghisapnya.
“Aku tidak memiliki kuasa untuk melarang mu berbuat sesuka hatimu. Tapi kematian putriku akan selalu aku ingat!” ujar Sergei yang masih sama-sama menatap lurus dan berkerut alis.
“Aku tidak akan pernah melupakannya Mr. Romanov.” Balas Noir dengan suara rendah namun tegas.
Pria tua yang mengenakan topi bundar itu menoleh menatap pria yang kini entah masih menjadi menantunya atau tidak, yang pasti Sergei menatapnya penuh ancaman.
“Aku menginginkan satu hal darimu sebagai ayah dari Teodora. Temukan pembunuh itu, siapapun yang terlibat, akan aku beri perhitungan untuk mereka yang sudah berani membunuh putriku. Dan aku yakin, kau ahli melakukannya!” jelas Sergei hingga Noir melirik ke arahnya.
“Aku akan menganggap semuanya impas dan merelakan putriku jika kau berhasil membawa pembunuh itu kepadaku.” Lanjut Sergei.
Pria bermata biru yang masih mengapit rokoknya di sela jari telunjuk dan tengahnya itu kembali menatap lurus.
Noir sengaja tidak mengatakan soal Disha kepada siapapun kecuali Alon dan Sofiya atau keluarga nya, mungkin. Dia memiliki alasan lain, dan itu adalah rencananya.
“Kenapa kau tidak mencari pembunuh itu?” tanya Noir yang masih santai meski hatinya berdebar saat dia harus membahas soal kematian istrinya yang dia cintai dan juga dua anak nya yang masih berada di dalam kandungan.
“Aku memiliki urusan lain, lagipula kesepakatan sejak awal aku menyerahkan putriku yang artinya kau yang bertanggung jawab.” Jelas Sergei membuat Noir menyeringai tak percaya.
“Cih!”
Terlihat kekesalan yang tersirat di mata Noir saat ayah dari Teodora mengatakannya seolah pria itu tak begitu peduli dengan kematian putrinya.
...***...
Cklek! Pintu terbuka, langkah kaki para pelayan membangunkan Disha yang tadinya meringkuk tidur di atas ranjang yang usang karena memang tempat tersebut hanyalah untuk barang-barang lama, meski semuanya antik dan bisa dijual.
Byurr! Air dingin dilempar langsung tepat ke wajah Disha hingga wanita itu terduduk kaget dan menatap ke para pelayan tadi. “APA KALIAN TIDAK PUNYA TATA KRAMA?!” tegas Disha benar-benar sudah diluar batas kesabaran.
“Ini perintah dari tuan Noir. Tidak ada perlakuan khusus untuk Anda.” Jelas salah satu pelayan yang terlihat lebih tua dari Disha dan menatap penuh ketegasan.
“Bawa dia.” Pinta kepala pelayan tadi kepada pelayan juniornya yang segera membawa paksa Disha dengan memegangi kedua tangannya.
“Kalian ingin membawaku kemana? LEPASKAN AKU!!" ronta wanita cantik itu mencoba melepaskan dirinya. Namun sungguh, dia tidak punya tenaga lagi setelah satu setengah hari tidak makan.
Para wanita tadi segera pergi, “Anda bisa diam selagi kami, melaksanakan tugas kami Nyonya pembunuh!” ucap kepala pelayan yang biasa di panggil Nevi itu berjalan paling depan.
Tentu saja! Noir yang memerintahkan para pelayan tadi untuk segera mempersiapkan Disha sebagai seorang pengantin. Dan wanita cantik berdarah Asia itu hanya bisa pasrah ketika pada pelayan tadi mulai mencelupkannya ke bathtub dengan kasar, menggosok badannya tanpa memperdulikan luka lengan Disha yang terasa perih.
“Tolong hentikan!” pinta Disha menatap tajam dan menahan rasa sakitnya. Namun Nevi dan pelayan lain masih tidak perduli.
Selang beberapa menit kemudian. Disha yang terlihat lebih segar meski rambut panjangnya yang tergelung rendah itu berantakan akibat tarikan paksa dari para pelayan tadi.
“KALIAN ORANG-ORANG SIALAN! LEPASKAN AKU!" kesal Disha hingga Nevi mendorong kasar Disha tepat di ruang tamu yang kini keluarga Noir sudah berkumpul di sana.
“Kau boleh pergi." Pinta Sofiya kepada Nevi dan pelayan lainnya.
Kini di ruangan tamu, semuanya menatap ke arah Disha yang masih tersungkur dan mulai berdiri. Sungguh! Wanita dengan dress hitam selutut itu menatap penuh canggung ketika orang-orang asing bermata tajam semuanya menatapnya, bak mengulitinya.
Napasnya memburu dan Disha hanya bisa meremas dress yang ia pakai saat ini. Dress hitam tanpa lengan sehingga luka di lengannya terlihat merah sedikit mengeluarkan darah akibat gosokan kasar saat mandi.
“Jadi kau gadis yang sudah berani mengangkat senjata kepada Mortelev? Cih, dasar bodoh!” ucap Yoanna menyeringai licik dan menatap tajam.
“Tapi aku tidak membunuhnya!” tegas Disha hingga Sofiya dan Yoanna berkerut alis menatap tak suka.
“Kau lantang sekali! Berapa nyali yang kau punya huh?” ucap Sofiya sehingga Disha hanya menatapnya sinis dan masih berdiri tepat di tengah-tengah mereka yang masih duduk.
“Tentu saja! Karena aku tidak bersalah.” Balas Disha yang langsung membuat Yoanna berdiri menghampirinya dengan kedua tangannya yang masih terlipat.
Wanita itu mencengkram luka Disha dan menatapnya lekat. “Kau sudah membunuh wanita baik, dan sekarang kau bicara soal tidak bersalah.”
“YOANNA! HENTIKAN!” sentak Alon dengan tegas sehingga wanita cantik berkulit putih itu memberikan tatapan ancaman dan melepaskan Disha yang menahan rasa sakit di kulitnya saat kuku panjang Yoanna sengaja menusuk ke lukanya.
“Lebih baik kita tunggu Noir. Dia yang akan menikah.” Ujar Yelena yang tak mau memperpanjang apalagi sampai ada pertengkaran di sana.
“Aku setuju dengan istriku!" Balas Ganev tersenyum lebar hingga menoleh ke Yoanna dan langsung pudar senyuman itu saat Yoanna menatap tak suka.
Sementara di kamar pribadi Noir. Pria itu baru saja melingkis lengan kemeja hitamnya sampai Nevi mengetuk pintu dan masuk dengan kepala tertunduk hormat.
“Tuan, wanita itu sudah siap.” Ucap nya.
“Pergilah.” Balas Noir singkat dan padat yang langsung dipatuhi oleh Nevi.
Tak ada yang berani melawan Noir di Mansion Lev. Mereka sangat menyegani pria itu dibanding yang lain. Takut? Tentu itu salah satunya. Noir tidak akan segan membunuh seseorang yang benar-benar salah di matanya, ingat itu!
.
.
.
Ketika Noir tiba di ruang tamu bersama Falco di belakangnya. Mereka yang duduk di sofa, kini mereka berdiri, sementara Disha yang sejak tadi berdiri, dia sama sekali tidak berbalik ataupun menoleh ke arah datangnya Noir. Itu membuatnya muak.
Mata biru yang tajam itu melirik ke arah sosok wanita ber dress hitam yang membelakanginya.
“Apa kami harus memperlakukan mu kasar lebih dulu agar kau mau berbalik?” ucap Sofiya kepada Disha yang sama sekali tidak digubris.
“Dasar jalang sialan!” gumam Yoanna masih sinis.
Dengan terpaksa Disha berbalik ke arah Noir tanpa menatapnya. Terlihat bagaimana Disha benar-benar terhina di sana, namun dia hanya bisa diam, melawan pun tidak ada gunanya saat masih tidak punya bukti bukan.
“Penampilan mu saat ini sangat cocok untukmu.” Ujar Noir pelan.
Disha faham maksud perkataan itu. Bukan sebuah pujian, melainkan hinaan. Pernikahan yang diimpikan yang harusnya indah dan memakai gaun putih yang indah, malah berakhir maut teruntuk Disha.
Sementara Yelena dapat melihat wajah sendu Disha seolah dia merasakan kesedihan wanita itu.
-‘Apa yang terjadi padamu?’ batin Yelena yang memang dialah yang paling baik di Mansion itu.
Seorang pengantin wanita yang kini mengenakan dress hitam tanpa lengan, sementara lengan kurirnya terluka dan keningnya pun terluka, tidak ada senyuman di wajah Disha. Dia terlihat bukan seperti seorang pengantin dan dress hitam itu atas perintah Noir karena itu tanda maut, bukan kebahagiaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
sagi🏹
si noir dan keluarganya nih kayaknya keturunan dajal laknatullah... anak orang apa lagi gak kenal sama sekali gak salah malah dijadiin tersangka dan kambing hitam pengen nonjok mukanya aja ngeselin banget nih orang..
2025-01-26
1
Kinara Widya
awas Noir mungkin sekarang kamu benci ...dendam atau apalah ..PD disha tapi suatu saat kamu bakal menyesal saat tau disha nggak bersalah...
2025-01-26
3
Tiara Bella
kasian bngt disya mudah"an dia bs melewatin itu semua....
2025-01-26
1