My Beloved Bastard
"Ketika ciuman pertamaku diambil paksa."
°•°•°
Berada di tengah keramaian bukanlah suatu masalah besar untukku. Tapi, lain halnya dengan di tengah-tengah aroma alkohol dan manusia yang berada di bawah pengaruh minuman keras. Terpaksa. Tolong tandai kata 'terpaksa' di sini.
Aku tidak akan sudi menginjakkan kaki di tempat terkutuk ini jika bukan untuk menghadiri acara ulang tahun sahabatku: Tita. Apalagi jika papaku sampai mengetahui hal ini, tamatlah riwayatku. Kata papa, "Kalau sampai Papa tahu pergaulan kamu rusak, pilihannya cuma dua: ikut eyang kamu ke LA, atau menikah!"
Opsi pertama, BIG NO! Opsi kedua? Haruskah aku menjawabnya? Tentu saja, EXTRA BIG NO! Hellowwww!!! Menikah? Yang benar saja! Usiaku baru lima belas tahun!
Papa tahu Tita, dan papa tahu bagaimana tabiat sahabatku itu. Tita Kamela, seorang gadis berumur enam belas tahun yang hobi party and clubbing. Maka dari itu, papaku sering kali mewanti-wanti agar aku tidak terseret ke dalam dunia seorang Tita.
"MEL!" Aku dapat mendengar Tita menyerukan namaku. Pandanganku lantas beredar ke seisi ruangan. Di mana Tita? Orang-orang setengah sadar di sini benar-benar menganggu! Oh! Itu dia!
"Gue langsung pulang, ya, Tit?" ucapku usai memberikan kado yang telah aku siapkan untuknya. Tita tampak enggan. Namun, aku lebih dulu menyela, "Bokap gue mau ngajak keluar soalnya."
Tita bungkam. Alasan yang aku lontarkan memang sudah menjadi kelemahan terbesar Tita. Bandel begini, Tita takut jika sudah berhadapan dengan papa. Berhadapan, ya. Berhadapan. Jika tidak? Ya, begini, Tita tidak akan segan untuk mengajakku berhambur dengan dunianya yang dia bilang 'seru'. Seru dari Hongkong?!
"Terserah lo, deh," ucap Tita pasrah yang kubalas dengan senyum meringis.
Tita kembali pada teman-temannya di dance floor. Aku baru tahu kalau teman-teman Tita kebanyakan om-om dan tante-tante. Penampilan mereka yang berbeda jauh denganku sempat membuat bulu kudukku meremang. Ngeri. Pakaian minimalis yang mayoritas menampilkan belahan dada, make up menor dan lipstik semerah tomat. Dan jangan lupakan high heels yang penuh siksaan itu. Jika papa melihat pemandangan ini ... ah! Aku terkesan anak papa banget, ya? Memang. Siapa lagi jika bukan papa yang aku banggakan?
Saat aku sedang menunggu taksi, tiba-tiba punggungku terasa bertabrakan dengan sesuatu. Ketika aku menoleh untuk melihat si pelaku, ternyata seorang pria berkaos abu-abu pekat tampak berusaha menahan beban tubuhnya yang nyaris limbung. Sepertinya, dia mabuk.
"Hei!" Dia menarik lenganku hingga kami terduduk di kursi panjang yang memang posisinya di samping kiriku. Aku terbelalak kaget. Apa-apaan ini?!
Tanpa mengatakan apapun, secepat kilat aku kembali bangkit, namun pria itu kembali menarikku hingga jarak di antara kami nyaris tak bersisa.
"Kamu cantik." Jemarinya dengan lancang menyentuh permukaan bibirku. Secepat kilat, aku menangkisnya. Bener-bener mabuk, nih, orang!
"Maaf, Om." Melihat celah yang ada, aku kembali berusaha berdiri, dan berhasil! Enggan kembali terjebak dalam dekapan lengannya, aku segera melangkah menjauh.
Tiga langkah berjalan, dia memutar kedua bahuku dari belakang. Hampir saja keseimbanganku hilang jika kedua telapak tangannya tidak menumpu tubuhku.
"Maaf, Om, tapi saya harus pul---"
'Cup!'
WHAT THE HELL?! Dia ... laki-laki ini ... om-om ini ... bibirnya menyentuh bibirku! SIAL!
***
Sumpah serapah tak berhenti mendobrak batinku. Harusnya aku tidak perlu ke club sialan itu! Harusnya aku ... aish! Menyebalkan! It's my first kiss! OMG!!! Aku bersumpah! Jika kami kembali dipertemukan, akan kuhajar om-om brengsek itu!
Langkahku terhenti begitu melihat papa bersandar di sofa ruang tengah dengan pakaian kantornya yang masih lengkap. Matanya terpejam. Guratan di wajah memperjelas betapa lelahnya pria paruh baya itu.
"Pa ...." Aku mengusap bahunya pelan, membuat papa membuka mata dan tersenyum hangat padaku. Aku pun tak segan membalas senyumannya. "Kenapa tidur di sini? Baru pulang?"
"Lumayan," jawabnya. "Kamu dari mana?"
"Dari ulang tahun Tita." Memang benar, 'kan? "Papa mau aku buatin minum?"
Papa menggeleng pelan. Dari ekspresi wajahnya, aku paham benar jika banyak masalah yang tengah papa hadapi.
"Papa banyak masalah, ya?" tanyaku.
Senyum hangat kembali terpancar di bibir papa. "Kamu tidur, gih. Besok jadwal ke Starlight, 'kan?"
Aku mengangguk. "Papa juga istirahat, ya?"
*
*
*
*
*
**HALLO! SALAM KENAL! :)
MAKASIH UNTUK KALIAN YANG UDAH NYEMPETIN MAMPIR KE CERITA PERTAMAKU DI NOVEL TOON. KARENA MASIH PERTAMA, TENTUNYA MASIH BANYAK YANG HARUS DIBENAHI DALAM KARYAKU INI. KALAU MAU KASIH KRITIK, SARAN, ATAU APAPUN ITU, KOLOM KOMENTAR TERBUKA LEBAR UNTUK KALIAN.
JANGAN LUPA LIKE, VOTE, DAN FOLLOW, YA! BIAR AKU MAKIN SEMANGAT BERKARYA. :)
BAGI YANG MAU TAHU SPOILER CERITA 'MY BELOVED BASTARD', BISA FOLLOW AKUN INSTRAGRAM @freya_karalaika
DITUNGGU LIKE, VOTE, DAN SARANNYA, YA! :)
Love,
Freya_K.A**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
💋🅲🅷🆈💋
sempat degdegan🙄🙄🙄
2021-05-15
1
Akifah Naila
lanjuttttt
2021-04-21
1
Wina Ningsih
awal yg menarik...
2021-03-14
1