Bab 5 datangnya pria itu

Salah satu jari Alisya yang telah dibalut dengan hansaplas. Dan kini Alisya telah duduk di sofa depan televisi di apartemen nya.

"Apa gue pergi ke orang pinter aja yah? Sial mulu prasaan akhir-akhir ini gue." Gerutu Alisya.

Masih terfokus dengan memijat pinggang yang kini masih terasa sakit. Tiba-tiba suara Bel di apartemen nya berbunyi.

Ting tong ting tong

"Aduh!!! Siapa sih? Nggak tau pinggang gue lagi sakit apa?" Ucap Alisya, dengan tubuh yang ia usahakan untuk dapat berdiri.

Ting tong ting tong

"Nih orang ngejer amat sih, namu di rumah orang udah kayak mau perang aja." Lagi-lagi ucapan seakan mendumel tak karuan, Alisya lontarkan.

Dengan susah payah Alisya berjalan kearah pintu. Akhirnya langkah kakinya pun sampai di depan pintu. "Huffttt... Udah kayak nenek-nenek jompo aja nih gue."

Pintu apartemen di buka oleh Alisya.

Seketika matanya terbelalak.

"Pa-pak Adriel! Bapak ngapain kesini?" Tanya Alisya.

Raut wajah Adriel terlihat cukup khawatir. Matanya menelisik ke sekitar tubuh Alisya.

Membuat Alisya yang mendapat tatapan itu menjadi gugup. "Emm.. Pak Adriel ngapain lihat saya kayak gitu?" Alisya kembali bertanya dengan pelan.

Entah mengapa jika berada di depan pria yang baru ia kenal. Alisya akan berbicara dengan nada pelan, bahkan seakan dirinya adalah wanita pendiam dan pemalu.

"Saya boleh masuk?" Serka Adriel.

Dalam hati Alisya menolak. Akan tetapi, dilain sisi ia tak mampu menolak pesona pria tampan di depannya. Yang terbilang dapat membuat Alisya menolak akan apa yang pria itu inginkan.

"Alisya!" Sentak Adriel.

"Ah, iyah! Silahkan masuk pak."

Adriel hendak masuk kedalam apartemen Alisya. Akan tetapi langkah nya terhenti. Ketika mendapat tubuh Alisya yang seperti kesakitan untuk berjalan. "Kamu habis jatuh?" Adriel bertanya.

Hanya anggukan yang Alisya berikan.

"Boleh aku bantu?"

"Ha! Emm... Memangnya pak Adriel mau bantu apa?"

Adriel tak menjawab langsung. Ia menatap lekat kearah Alisya.

Membuat hati Alisya kembali berdebar tak karuan. 'Ini mah bisa bikin gue mati di tempat, ya ampun cowok ganteng gini. Kalau di apartemen berdua kayak gini, bisa khilaf nih nafsu gue' batin Alisya.

"Saya mau bantu kamu dengan.... Gendong tubuh kamu." Lanjut Adriel.

"Ha! I-itu anu apa... Emm... "

Belum sempat Alisya menjawab. Adriel berkata. "Maaf yah." Dan langsung di lanjut dengan membopong tubuh Alisya.

Dah dig dug dag dig dug

Jantung Alisya berpacu dengan hebat. Dada bidang Adriel, yang terbilang cukup mempesona. Membuatnya ingin sekali tenggelam kan kepalanya di bagian itu dengan manja. Parfum menggoda yang dipakai Adriel, seakan menyapa dirinya untuk menghirup lebih dalam aroma itu.

Alisya diam seribu bahasa. Tapi tangan yang seakan enggan untuk melingkar ke leher Adriel. Ia tahan, tentu kini tangannya seakan tak nyaman karna bergelantungan.

"Lingkarin tangan kamu ke leher aku, nggak usah malu." Ucap Adriel, tapi dengan nada dingin.

Mendengar ucapan seperti sebuah izin, yang diberikan oleh Adriel. Dengan perasaan tak enak, tapi tubuhnya yang kini terlalu mudah terangsang akan sentuhan Adriel padanya. Membuat Alisya perlahan melingkarkan kedua tangannya pada leher Adriel.

"Ke kamar aja yah, takutnya kalau disini. Entar kamu nggak bisa istirahat dengan tenang." Ujar Adriel.

Alisya mengangguk kan kepalanya.

Akan tetapi, kini fikirannya bercabang kearah kemanapun berada. Mendengar kata kamar. Serasa Alisya ingin berbuat lebih dengan Adriel di kamarnya, yang terbilang tak pernah di masuki pria manapun.

Tak lama Adriel pun masuk kedalam kamar Alisya. Dan perlahan menaruh tubuh Alisya keatas ranjang.

Tak sengaja, ternyata rambut Alisya tersangkut di kancing kemeja Adriel.

Sontak tubuh Adriel yang tadinya hendak pergi dari depan Alisya pun langsung terhuyung begitu saja di tubuh Alisya.

Tatapan mereka saling beradu. Lagi-lagi aroma maskulin Adriel, dapat di rasakan begitu nikmat oleh Alisya.

Baru kali ini Alisya dibuat mabuk kepayang akan apa yang dilakukan seorang pria padanya.

"Maaf!" Ucap Adriel.

Tanpa sadar Alisya merasakan kalau benda yang didalam celana Adriel terasa tegak dan mengeras.

'Apa dia kini juga memikirkan hal yang sama dengan ku? Apa aku mulai dulu? Atau aku cium aja langsung? Tapi kalau nanti ternyata aku salah bagaimana?'

Beribu pertanyaan seakan bergemuruh dengan hebatnya dikepala Alisya.

Menelan air lidahnya sendiri sendiri. Alisya perlahan melirik kearah bawah celana Adriel. Dan benar saja, kini celana itu menunjukkan benda kepemilikan pria itu menonjol.

Sedangkan Adriel terfokus pada rambut Alisya yang masih tersangkut di kancing bajunya.

Tanpa sadar, pandangan Alisya beralih menatap bibir Adriel. Terbilang bagian bawah nya sedikit berisi dan bagian atasnya tipis. Bibir itu seakan melambai pada bibir Alisya.

'Apa kau tidak ingin melumat ku?' seakan bibir itu mengatakan hal itu sekarang padanya.

Dengan gairah yang memuncak. Dan entah keberanian dari mana, Alisya memberanikan dirinya mencium singkat bibir Adriel di depannya itu.

Tentu Adriel langsung mematung.

Sedangkan Alisya merutuki kebodohan nya. Berkata cukup menahan rasa malu dan rasa bersalah. "Ma-maf pak saya tadi.... "

Lumayan bibir pun langsung mendarat di bibir Alisya.

Karna Alisya yang sejak tadi sudah terangsang akibat perlakuan intens dari Adriel. Tentu lumatan itu pun di balas rakus oleh Alisya.

Tubuh Adriel naik ke atas ranjang. Tak ingin melepas lumatan bibirnya pada bibir Alisya. Tubuh pria itu, memilih untuk langsung mengukung tubuh Alisya.

Akan tetapi tiba-tiba Alisya merintih. Dan mendorong tubuh Adriel menjauh darinya. "Aww..."

Dengan nada khawatir Adriel berkata. "Ada apa? Kamu sakit?" Tanya Adriel.

Alisya mengangguk. "Pinggang aku sakit, tadi habis jatuh pak." Jawab Alisya.

Mendengar ucapan Alisya. Membuat Adriel turun dari atas ranjang. Dan rambut Alisya yang ternyata sejak tadi sudah terlepas dari kancing kemejanya.

"Aku ambilin obat dulu yah." Ucap Adriel.

Mendapat perhatian dari seorang pria yang lebih matang dari nya. Bahkan terbilang cukup setara dengan ideal yang ia inginkan. Membuat Alisya, merasakan desiran dalam hatinya yang hangat.

Selama ini ia di didik untuk mandiri oleh orang tuanya. Akan tetapi, ketika melihat sikap Adriel padanya. Ingin rasanya Alisya bersikap manja pada Adriel.

"Kalau nggak sakit nih pinggang, udah aku jabanin kamu pak.' gumam Alisya dalam hatinya.

Beberapa lama, akhirnya Adriel masuk kedalam kamar Alisya. Dengan membawa air putih dan juga kotak berisikan obat.

"Ayok sini aku bantu buat duduk." Ucap Adriel.

Tak ada penolakan sama sekali dari Alisya. Gadis itu seakan dibuat terhipnotis oleh sikap dan ucapan Adriel.

Tubuh yang kini bersandar di penopang ranjangnya. Dan kaki yang berselonjor di atas kasur.

Sambil berperilaku lembut Adriel memberi beberapa obat untuk Alisya minum. "Kamu minum ini, dan ini yah." Ucap Adriel.

"Em, makasih pak." Jawab Alisya.

Adriel tersenyum pada Alisya.

Sejak awal mendapat senyuman dari Adriel. Membuat Alisya selalu hilang fokus dan kendali dalam dirinya. Entah ini cinta atau nafsu sesaat, akan tetapi Alisya senang mendapat sikap yang sangat begitu hangat untuknya.

"Boleh kamu buka baju sebentar?" Tanya Adriel, tanpa menatap kearah lawan bicara.

"Ha! Ta-tapi pinggang saya masih sakit pak, bisa kah kita lakuin itu lain waktu aja."

Adriel dibuat tertawa mendengar jawaban Alisya. Tangan pria itu juga untuk pertama kalinya membelai lembut rambut gadis itu.

Melihat perlakuan tak terduga lagi dari Adriel. Membuat Alisya tersipu malu, tapi hatinya senang dengan sikap Adriel padanya.

"Kamu pikir saya pria yang begitu mesum? Memangnya saya tega menyentuh kamu dengan keadaan kamu sekarang. Maksud saya, buka baju kamu buat saya olesin salep ke luka di pinggang kamu."

Dengan raut wajah melongo Alisya tunjukkan. Untuk kedua kalinya Alisya terlihat seperti wanita yang mesum dan sangar agresif.

Alisya tertawa canggung, dan memalingkan wajahnya kearah lain.

Gebrakan lontaran kata Adriel berikan kembali. "Kamu tambah cantik kalau lagi malu seperti itu." Ujar Adriel, sambil menatap wajah Alisya dengan tatapan penuh cinta.

Membuat Alisya semakin tersipu malu. Seraya berkata dengan pelan, "bapak bisa saja."

"Yaudah mana biar aku bantu buat bukain baju kamu." Imbuh Adriel.

"Nggak usah! Ma-maksud saya.... Biar saya lepas sendiri."

Adriel tersenyum melihat gelagat Alisya. Yang tentu ia pun tau, arah pembicaraan dari Alisya. "Baiklah! Kamu lepas sendiri." Balas Adriel.

Perlahan kaos pendek yang di pakai Alisya pun gadis itu lepaskan. Dan kini hanya menyisakan bra bewarna hitam yang ia pakai.

Seakan tak ingin terlalu menatap tubuh dari gadis yang berada di depannya dengan lebih intens.

Tatapan Adriel pun mengarah kearah lainnya. Sekaligus memakaikan kemeja yang ia pakai untuk menutupi bagian depan Alisya. "Kamu tutupi dulu dengan ini."

Untung saja Adriel memakai dalaman kaos bewarna putih di balik kemeja yang ia pakai.

Setelah merasa kalau kini Alisya menutup bagian depannya. Adriel pun duduk di samping Alisya.

Mata Adriel menatap kearah pinggang Alisya yang begitu mulus dan dan putih bersih. Pria itu meneguk air ludahnya sendiri. Tapi ketika menatap kearah luka lebam di pinggang Alisya, Adriel pun langsung terfokus kembali pada luka itu.

Perlahan salep pun di gosokkan pada luka lebam di pinggang Alisya.

"Aww... " Rintih Alisya tiba-tiba.

"Maaf! Tapi ini bener-bener harus segera diobati." Ucap Adriel.

"Em, nggak papa kok pak."

Tak lama, akhirnya kini luka lebam di pinggang Alisya pun telah selesai diobati. Dan baju gadis itu juga telah ia pakai kembali.

"Makasih yah pak." Ucap Alisya.

"Alisya!"

"Em, iyah pak."

"Kamu mau jadi kekasih saya."

Alisya terdiam.

'Apa dia mencoba menggodaku? Apa dia memang mencintai ku? Tapi...apa ini semuanya mimpi?'

Pikiran yang kini memenuhi pikiran Alisya.

Bersambung. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!