BAB 6: Sebuah Pilihan

"Aku benar-benar tidak apa-apa, oppa. Tolong, kembalilah. Jangan buat mereka semakin membenciku karena kamu selalu ada di sisiku," lanjut Yoora, senyumnya mulai pudar di balik air mata yang semakin deras.

Mendengar ucapan itu, Namjin akhirnya mengangguk, meskipun dengan hati yang berat. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum pergi. Dengan langkah perlahan, dia meninggalkan ruangan, sementara hatinya penuh dengan rasa bersalah dan cemas.

Setelah keluar, Namjin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap bisa segera sampai dan melihat sendiri apakah keadaan rumah benar-benar sekacau yang dikatakan Yongki padanya. Pikiran tentang adiknya yang lain terus mengganggu, membuatnya merasa semakin tertekan. Dia berdoa dalam hati agar semuanya baik-baik saja, berharap bisa kembali dengan kabar baik untuk Yoora.

Setelah menempuh perjalanan panjang, Namjin akhirnya tiba di kediaman keluarga Lee. Mobil yang dikendarainya berhenti dengan cepat, dan dia keluar dengan langkah tergesa-gesa, penuh kekhawatiran. Ada rasa bersalah yang begitu besar dalam hatinya, terutama kepada Jungsoo. Hampir saja dia menampar adik yang sangat disayanginya itu di tengah kekacauan yang terjadi sebelumnya.

Begitu memasuki ruang tamu, dia disambut oleh suasana tegang yang terasa berat.

"Masih ingat pulang rupanya!" sergah Haesung dengan nada sinis, matanya menyipit seolah menyelidik.

"Hyung..." Namjin hanya mampu berujar pelan, matanya tertumbuk pada tiga saudaranya yang duduk di ruang tamu, tatapan mereka penuh ketegangan.

"Untuk apa Hyung pulang? Bukankah Hyung sibuk mengurus anak pembawa sial itu? Buat apa repot-repot kembali, biarkan saja adik-adik Hyung yang lain , tidak usah pedulikan kami !" Jihwan memalingkan wajahnya dengan nada penuh kemarahan, suaranya tajam, seolah setiap kata yang dia ucapkan adalah sebuah peluru yang menusuk hati Namjin. Namjin tersentak, tidak percaya mendengar penuturan Jihwan.

"Ji... Kenapa bicaramu seperti itu?" tanyanya dengan suara penuh keterkejutan, matanya melebar.

"Aku belajar dari Hyung," jawab Jihwan dingin, tanpa sedikit pun melirik ke arah Namjin. Ada kebencian yang jelas terpancar dari cara Jihwan bicara, seolah luka yang mereka rasakan semakin dalam dengan kehadiran Yoora.

Namjin menghela napas panjang, tidak ingin memperpanjang perdebatan. Hatinya sudah lelah dengan konflik yang seolah tiada akhir ini. Dia pun mengalihkan perhatiannya.

"Tae... di mana Jungsoo?" tanyanya, berharap menemukan sedikit kelegaan dari saudaranya yang lain.

Namun, yang didapatkan hanya kekecewaan. Taehwan, yang selama ini dikenal lebih tenang, menatapnya dengan mata tajam, sarat dengan rasa kecewa.

 "Aku kecewa padamu, Hyung," ucap Taehwan singkat namun penuh dengan tekanan, sebelum akhirnya dia bangkit dan pergi meninggalkan ruang tamu tanpa menunggu tanggapan Namjin.

Namjin berdiri terpaku, perasaan bersalah menghantamnya dari segala arah. Setiap saudaranya seolah menyimpan bara kemarahan yang sewaktu-waktu bisa meledak. Hatinya semakin gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Semua ini terasa terlalu rumit dan menyakitkan.

  Namjin merasakan kemarahan yang membara di dadanya , ntahlah pikiran nya sangat kacau niat hati nya ingin membela yoora yang memang selalu teraniaya oleh pada saudara . Namun sekarang malah keluarga nya yang lain saling terpecah belah. Namun dia berusaha menahan diri. Dia tahu, semua ini tak lepas dari kesalahannya dalam menanggapi situasi yang ada. Sambil berlari menuju kamar Jungsoo, pikirannya dipenuhi oleh berbagai kekhawatiran. Saat tiba di depan pintu kamar, dia menyadari bahwa pintu tersebut terkunci dari dalam.

"Jungsoo-ah, kamu di dalam? Tolong buka pintunya, Hyung ingin bicara," ujar Namjin sambil mengetuk pintu berkali-kali. Namun, tak ada jawaban, hanya keheningan yang membuat Namjin semakin bingung.

Setelah menunggu beberapa saat tanpa hasil, Namjin mulai panik. Tak ada suara apa pun dari dalam, dan pikirannya semakin dipenuhi dengan bayangan buruk. Dengan napas terengah, dia memutuskan untuk mendobrak pintu, meskipun tahu itu bukan solusi terbaik. Semua orang yang berada di rumah mendengar suara keras tersebut dan mulai berkumpul untuk melihat apa yang terjadi.

Pintu kamar terbuka dengan keras, memperlihatkan pemandangan yang mengejutkan Namjin. Kamar Jungsoo berantakan, seperti kapal yang baru saja dihantam badai. Barang-barang berserakan di lantai, beberapa di antaranya pecah, dan di sudut ruangan terlihat Jungsoo duduk lemas dengan tangan yang terlihat luka-luka.

"Jungsoo-ah...," panggil Namjin dengan suara serak, terkejut melihat kondisi adiknya. Namjin berjongkok di samping Jungsoo, matanya tertumbuk pada tangan sang adik yang penuh memar dan luka.

"Ya ampun... tanganmu..." Namjin segera bangkit, mencari kotak p3k dengan tergesa. Setelah menemukannya, dia kembali ke sisi Jungsoo, berusaha mengobati luka-luka di tangannya.

" Kemari kan tangan mu , akan Hyung obati supaya tidak infeksi " ujar Namjin sembari mengulurkan tangannya.

"Hyung... jangan sentuh aku. Aku benci padamu," suara Jungsoo terdengar parau, namun penuh dengan kebencian. Wajahnya dipalingkan, seolah menolak kehadiran kakaknya perkataan itu menusuk Namjin dalam-dalam, membuatnya terdiam sesaat.

"Soo-ah..." Namjin hanya mampu mengucap lirih, perasaannya bercampur aduk antara rasa bersalah dan keputusasaan.

"Apa?! Hyung ingin memukulku? Silakan... lakukan saja," balas Jungsoo dengan nada dingin, wajahnya tak menoleh sedikit pun.

Namjin terhenyak, kata-kata Jungsoo seperti pukulan telak di hatinya. Dia terdiam, melihat adiknya yang sepertinya telah terperangkap dalam rasa sakit dan kemarahan yang mendalam karena kejadian sebelumnya.

"Maafkan Hyung...," lirih Namjin saat dia merengkuh tubuh Jungsoo ke dalam pelukannya. Awalnya, Jungsoo memberontak, berusaha melepaskan diri, tapi pada akhirnya, tubuhnya melemas, membiarkan dirinya terbenam dalam pelukan Namjin. Dia bisa merasakan seberapa kesal nya Junsoo padanya saat ini .

"Hyung minta maaf, Jungsoo. Hyung benar-benar menyesal... kemarin Hyung terbawa emosi, dan Hyung melupakan perasaanmu... Maafkan Hyung. Hyung janji, Hyung tidak akan mengulanginya lagi, " suaranya serak, penuh dengan penyesalan. Hanya suara detak jantung yang terdengar, berirama di tengah keheningan yang terasa menyiksa. Untuk sesaat, Jungsoo terlihat lebih tenang, tetapi kata-katanya tetap dingin.

"Aku sudah memaafkanmu. Sekarang pergi dari sini, Hyung," ujarnya dengan nada ketus, memalingkan wajah dari Namjin.

"Jungsoo..." Namjin berbisik, tahu bahwa meskipun Jungsoo berkata sudah memaafkannya, ada luka yang masih menganga lebar. Namjin tahu betul adiknya masih sangat marah. Rasa sakit yang tergurat dalam di mata Jungsoo menusuk hati Namjin lebih dalam daripada kata-kata itu sendiri.

Dan entah kenapa, di antara semua saudara-saudaranya, Jungsoo adalah yang paling dia sayangi, yang paling ingin dia lindungi padahal dia memiliki Yoora sebagai adik perempuan satu-satunya yang jelas-jelas membutuhkan perhatian nya juga saat ini .

"Bukankah Hyung sudah tidak menyayangi aku lagi? Pergilah, jangan perdulikan aku. Yoora butuh perhatianmu lebih dari aku. Aku masih punya Hyung yang lain," suara Jungsoo terdengar tajam dan menyakitkan, seperti belati yang menembus dinding pertahanan hati Namjin.

Kata-kata itu membuat Namjin terdiam sejenak, tersentak dengan penuturan Jungsoo... Namjin tidak pernah bermaksud untuk membuat adiknya merasa ditinggalkan, apalagi merasa tidak disayang. Namun, kenyataan bahwa Jungsoo telah melakukan hal yang keterlaluan pada Yoora membuat nya tidak bisa menahan rasa kecewa nya lagi... Air mata yang tadi berhasil dia tahan kembali menggenang di pelupuk matanya.

"Sudahlah, aku tahu Yoora sangat penting bagi Hyung, sekarang pergi lah, aku mohon," ujarnya pelan.

" Tidak seperti itu Jungsoo, kalian berdua sama -sama penting untuk Hyung, kau tahu kan bagaimana selama ini Hyung menyayangi kalian berdua ? Jangan seperti ini " ujar Namjin yang kehabisan kata -kata.

" Lalu harus seperti apa Hyung? Kau memaksa ku untuk menerima kehadiran seseorang yang sudah jelas -jelas petaka dalam keluarga ini ? Aku tidak mau, aku lebih baik kehilangan satu Hyung daripada harus menerima kehadiran yoora sebagai adik mu " ujar Jungsoo yang membuat Namjin kembali terdiam.

"Jungsoo... Apa yang harus Hyung lakukan agar kamu memaafkan Hyung? Tolong jangan katakan hal seperti itu " tanya Namjin, suaranya mulai terdengar putus asa. Ada rasa takut di sana, takut kehilangan Jungsoo untuk selamanya. Jungsoo berhenti sejenak di ambang pintu, lalu tanpa menoleh, dia menjawab dengan suara yang tak kalah dingin.

"Bukankah sudah jelas apa mau ku? Jauhi Yoora. Kembali lah jadi Hyung-ku yang dulu. Jauhi anak itu... atau jauhi aku," ucapnya tegas, sebelum akhirnya melangkah pergi, meninggalkan Namjin yang hanya bisa mematung.

Di sudut ruangan, Haesung dan Jihwan yang sedari tadi menyaksikan percakapan itu hanya bisa menghela napas panjang. Ada rasa kesal dan amarah yang terasa menggantung di antara mereka.

"Apa susahnya menuruti permintaan itu, Namjin?" { ujar Haesung akhirnya, dengan nada datar namun tajam } "Apa kau ingin membuatnya semakin menyedihkan seperti kemarin? Apa kau ingin melihat Jungsoo hancur?" Tanya haesung, Namjin menunduk, merasa terpojok oleh kata-kata kakaknya.

"Tapi Yoora juga adikku, Hyung..." jawabnya pelan, seolah membela dirinya, namun tatapan sinis Jihwan membuatnya terdiam. Jihwan yang sejak tadi menahan emosinya, akhirnya meledak.

"Adik Hyung itu cuma aku, Taehwan, dan Jungsoo! Apa Hyung akan mengorbankan kebahagiaan kami demi mengurusi orang yang tidak berguna seperti dia? Lagipula, kurang baik apa kita selama ini pada Yoora? Seon Hyung masih mau menampungnya di rumah ini, bahkan dia sampai mau membiayai sekolahnya! Tapi lihat apa yang terjadi. Kita kehilangan kasih sayang orang tua kita karena dia! Anak itulah yang menghancurkan keluarga kita!" Ucap Jihwan dengan nada ketus.

Kata-kata Jihwan menghantam Namjin seperti pukulan telak. Setiap kalimat yang keluar dari mulut adiknya penuh dengan kemarahan yang selama ini tertahan, dan Namjin hanya bisa berdiri diam, merasa kecil di tengah luapan emosi yang tidak terbendung.

"Jadi sekarang, terserah kamu, Namjin. Hyung pusing melihat sikapmu ini," ucap Haesung dengan nada lelah, sebelum meninggalkan ruangan, melangkah pergi tanpa melihat ke belakang.

Jihwan menatap Namjin untuk beberapa saat, masih dengan sorot mata yang penuh kebencian, sebelum akhirnya dia pun memutuskan pergi, ingin memastikan keadaan Jungsoo yang mungkin masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan.

Namjin tetap berdiri di tempat, terdiam dalam kebingungannya. Semua kata-kata dari saudara-saudaranya berputar-putar di kepalanya, membuatnya semakin tertekan. Bagaimana mungkin dia bisa memilih? Di satu sisi, Jungsoo adalah adiknya yang begitu dia sayangi, Di sisi lain, Yoora, adik perempuannya, yang juga tak berdosa, tak bisa dia abaikan begitu saja.

"Sudah cukup semua yang aku lakukan dulu pada Yoora... Aku tidak akan pernah mengulangi kesalahan itu lagi," gumamnya lirih, namun keputusan besar yang dia harus ambil masih terasa menghantui. Dia tidak bisa asal mengambil keputusan, karena ini pasti akan berdampak banyak terhadap Junsoo maupun yoora .

" Maafkan aku ... "Lirihnya seolah ada beban berat ketika ia berhasil memilih dan memutuskan untuk melakukan hal ini .

Terpopuler

Comments

Nunu Izshmahary ula

Nunu Izshmahary ula

wah kok keliatannya mereka egois banget ya, kira kira Namjin bakal milih Yoora atau Jungsoo..🤔

2025-01-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prolog
2 Bab 2: Bukan Adikku
3 Bab 3: Ulang Tahun Jungsoo
4 Bab 4: Tolong Percaya Padaku
5 Bab5: Menyusahkan
6 BAB 6: Sebuah Pilihan
7 BAB 7: Pencurian dan Pembullyan
8 BAB 8: Dipermalukan
9 BAB 9: Sekolah
10 BAB 10: Kemarahan kakak Tertua
11 BAB 11: Lee Namjin
12 BAB 12: Bayang-Bayang
13 BAB 13: Bekerja
14 BAB 14: Seperti Anak Kecil
15 BAB 15: Tragedi Jihwan
16 BAB 16: Rumah Sakit
17 BAB 17: Pelukan dan Ginjal
18 BAB 18 : Seonho dan Yongki
19 BAB 19 : Oprasi Jihwan
20 BAB 20: Nasihat Paman Min
21 BAB 21: Seorang pelayan
22 BAB 22: Keputusan Seonho
23 BAB 23: Hari kelulusan
24 BAB 24: Rumah Abu
25 BAB 25: Sikap Taehwan
26 BAB 26: Kenangan.
27 BAB 27: Ternyata
28 BAB 28: Izin Kakak Tertua.
29 BAB 29: Haesung
30 BAB 30: Jungsoo Dan Seonho
31 BAB 31: Pelukan Tak Terduga
32 BAB 32: Tidak Asing
33 BAB 33: Bantuan Yoora
34 BAB 34: Pengorbanan Lee Yoora
35 BAB 35: Kemarahan Para Kakak Tertua
36 BAB 36: Kembali Pulang
37 BAB 37: Perlakuan Jungsoo
38 BAB 38: Berkunjung ke Rumah abu
39 BAB 39: Keluarga?
40 BAB 40: Obrolan di pagi hari
41 BAB 41: Haesung dan Yoora
42 BAB 42: Pesta ulang tahun Seonho
43 BAB 43: Harabeoji (Seonho)
44 BAB 44: Masalalu (parent)
45 BAB 45: Kedatangan imo dan imo-bu
46 BAB 46: Sikap Yoora
47 BAB 47: Fitnah
48 BAB 48: Rencana
49 BAB 49: Firasat Taehwan
50 BAB 50: Diusir Dari Rumah
51 BAB 51: Kenyataannya
52 BAB 52: Surat Dan Hadiah
53 BAB 53: Hari itu
54 BAB 54: Mencari Yoora
55 BAB 55: Tidak ada petunjuk
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 : Prolog
2
Bab 2: Bukan Adikku
3
Bab 3: Ulang Tahun Jungsoo
4
Bab 4: Tolong Percaya Padaku
5
Bab5: Menyusahkan
6
BAB 6: Sebuah Pilihan
7
BAB 7: Pencurian dan Pembullyan
8
BAB 8: Dipermalukan
9
BAB 9: Sekolah
10
BAB 10: Kemarahan kakak Tertua
11
BAB 11: Lee Namjin
12
BAB 12: Bayang-Bayang
13
BAB 13: Bekerja
14
BAB 14: Seperti Anak Kecil
15
BAB 15: Tragedi Jihwan
16
BAB 16: Rumah Sakit
17
BAB 17: Pelukan dan Ginjal
18
BAB 18 : Seonho dan Yongki
19
BAB 19 : Oprasi Jihwan
20
BAB 20: Nasihat Paman Min
21
BAB 21: Seorang pelayan
22
BAB 22: Keputusan Seonho
23
BAB 23: Hari kelulusan
24
BAB 24: Rumah Abu
25
BAB 25: Sikap Taehwan
26
BAB 26: Kenangan.
27
BAB 27: Ternyata
28
BAB 28: Izin Kakak Tertua.
29
BAB 29: Haesung
30
BAB 30: Jungsoo Dan Seonho
31
BAB 31: Pelukan Tak Terduga
32
BAB 32: Tidak Asing
33
BAB 33: Bantuan Yoora
34
BAB 34: Pengorbanan Lee Yoora
35
BAB 35: Kemarahan Para Kakak Tertua
36
BAB 36: Kembali Pulang
37
BAB 37: Perlakuan Jungsoo
38
BAB 38: Berkunjung ke Rumah abu
39
BAB 39: Keluarga?
40
BAB 40: Obrolan di pagi hari
41
BAB 41: Haesung dan Yoora
42
BAB 42: Pesta ulang tahun Seonho
43
BAB 43: Harabeoji (Seonho)
44
BAB 44: Masalalu (parent)
45
BAB 45: Kedatangan imo dan imo-bu
46
BAB 46: Sikap Yoora
47
BAB 47: Fitnah
48
BAB 48: Rencana
49
BAB 49: Firasat Taehwan
50
BAB 50: Diusir Dari Rumah
51
BAB 51: Kenyataannya
52
BAB 52: Surat Dan Hadiah
53
BAB 53: Hari itu
54
BAB 54: Mencari Yoora
55
BAB 55: Tidak ada petunjuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!