Eps 11 Hancur Bersamaan

Selepas kepulangan Launa, Barra bersiap-siap menuju lokasi syuting namun begitu masuk mobil hati Barra semakin merasa bersalah kala melihat bekas noda darah di kursi depan mobil.

“Ternyata, aku benar-benar sudah menghancurkan masa depannya.” Batin Barra memandang iba bercak darah itu.

Barra pun mengambil tisue basah dan menyeka bekas darah tersebut hingga tak berbekas lagi, lalu kemudian ia menaiki mobil tersebut untuk menuju rumah Darius terlebih dahulu.

Tak butuh waktu lama untuk Barra sampai di rumah Darius. Begitu sampai di depan pintu, Bara menekan bel pintu hingga Darius membukanya.

“Bara?”

“Dar, boleh aku masuk? Ada yang ingin aku tanyakan.”

“Baiklah silahkan.” Ujar Darius lalu Bara pun mengikuti langkah Darius untuk masuk.

“Duduklah, aku mau mengambil kopi.” Ujar Darius lalu kemudian berlalu meninggalkan Bara sejenak.

Entah kenapa, bayang-bayang dirinya bercum*u bersama Launa semalam sangat sulit sekali hilang dari ingatan Bara. Tanpa sadar, ia duduk bersandar di sofa ruangan Darius lalu memejamkan mata sembari mengulas senyum simpul dari bibirnya.

“Sebuah senyuman di pagi hari.” Celetuk Darius yang tiba-tiba sudah berdiri tegak di depan Bara sembari membawa dua cangkir kopi.

“Sialan! Kenapa kau cepat sekali datang?” Ketus Bara terperanjat dan seperti ingin melempar bantalan sofa di depan wajah Darius.

“Tunggu! Kalau aku lihat…” ucap Darius memicingkan mata seperti hendak menerawang.

“Apa? Kau mau melihat apa lagi?”

“Sepertinya auramu di pagi ini berbeda ya? Auramu yang biasanya hitam pekat kini menjadi abu-abu, pertanda akan ada cahaya yang sebentar lagi terpancar.” Ucap Darius lagi sembari tersenyum.

Mendengar itu Bara memutar bola matanya malas disertai helaan napas panjang, lalu kemudian ia hembuskan perlahan.

“Katakan, apa yang terjadi antara kamu dan Launa semalam?” Selidik Darius menatap lekat mata Bara.

Mengingat hal itu membuat Bara melayangkan pertanyaan yang sejak semalam membuatnya penasaran.

“Aku mau bertanya kelanjutan penyeledikanmu semalam.” Tanya Bara memperabiki duduknya lalu menatap Darius dengan tatapan seriusnya.

“Oh ya, maaf aku lupa mengabarimu. Jadi, semalam bartender itu sudah mengaku, dan orang yang menyuruhnya itu ternyata seorang artis wanita bernama Nadia.” Ungkap Darius hingga Bara dibuat terperangah.

Dengan emosi tertahan, ia mengepalkan tangan dengan gigi bergemeletuk.

“Wanita itu sudah saya rekrut menggantikan peran Launa Dar.”

“Apa? Jadi dia pemeran utama di project baru kamu?” Tanya Darius tak kalah terkejut.

“Iya, aku memakainya karena jam terbangnya yang tinggi di dunia perfilman. Dan saya pikir, dia cocok memerankan peran Citra karena sudah biasa memerankan peran protagonis dan lagi, aku mengambilnya karena ingin menarik perhatian penonton karena visualnya dan kemampuan aktingnya yang sudah mumpuni.” Jelas Bara diliputi rasa menyesal.

“Kamu salah memilih Bar, sejauh yang saya tau, Launa juga termasuk artis pendatang baru yang banyak diminati masyarakat. Nenekku saja kenal dia, justru jika ditanya Nadia Fitri dia tidak mengenal, padahal Nadia artis lama dan seharusnya sudah dikenal banyak orang.” Jelas Darius hingga Bara bergeming.

“Kamu tawarkan saja lagi Launa dan berhentikan perempuan itu.” Saran Darius.

“Sebaiknya jangan pikirkan itu dulu, yang terpenting sekarang bagaimana caranya saya memecat Garry dan juga wanita itu dari project saya.”

“Ah itu benar.” Timpal Darius lalu kemudian kembali menatap Bara dengan tatapan curiganya.

“Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi.” Tuntut Darius yang masih penasaran akan apa yang terjadi kepada sahabatnya itu semalam.

Mendengar itu, Bara pun memejamkan mata sejenak lalu memijat pangkal hidungnya.

“Dia sama sekali tidak bisa mengendalikannya, bahkan dia sama sekali tidak memberiku waktu sedikitpun untuk melanjutkan perjalanan pulang.”

What? Jadi, kalian sudah…” Darius tampak bersemangat lalu menyatukan kedua jarinya layaknya orang berci*man.

“Iya di mobil.” Jawab Bara lesuh hingga Darius semakin dibuat menganga.

“Di mobil Bar?”

“Iya.” Jawab Bara singkat.

“Benar-benar naf*u tarzan.” Celetuk Darius hingga sebuah pukulan mendarat di mulutnya.

Darius pun mengusap mulutnya, lalu mencoba untuk serius.

“Bar, kalau kataku sih kamu harus menebus kesalahanmu padanya.”

“Aku harus bagaimana Dar? Harus ditebus dengan cara apa?”

“Menikahinya.” Jawab Darius lantang hingga Bara mengerinyitkan dahi.

“Iya, menikahinya.” Lanjut Darius lagi begitu melihat reaksi Bara yang tampak keberatan. “Bukan kah dia mirip Amelia? Kamu seperti menikahi Amelia Bar, dan satu lagi…”

“Apa?”

“Kamu harus menjadikannya pemeran utama kembali_”

“Aduh stop stop bahas kerjaan! satu-satu Dar.” Sergah Bara yang tampak semakin stres hingga Darius terkejut seolah ketakutan.

“Saya pusing harus mendahulukan yang mana dulu.” Ucap Bara lalu setelahnya ia bungkam, hingga Darius kembali melayangkan pertanyaan yang membuatnya semakin sakit kepala.

“Untuk apa kau tanyakan itu?”

“Karena zaman sekarang, perempuan yang masih perawan itu langka Bar.”

“Iya masih.” Jawab Bara singkat hingga Darius membulatkan matanya.

“Kenapa?” Ketus Bara melihat ekspresi wajah Darius yang sangat berlebihan. Pria itu bahkan menutup mulutnya yang menganga lebar bak hantu wanita di film pulau hantu beberapa tahun silam.

“Nggak mungkin! Memang ada wanita zaman sekarang apalagi sudah sedewasa seperti Launa masih perawan? Anak SD saja belum tentu perawan.”

“Aku yang merasakannya, kenapa seolah kau yang paling tau?”

“Benar-benar suatu hil yang mustahal.” Celetuk Darius menggeleng-gelengkan kepala dan sengaja membolak balikan kalimatnya.

“Tapi aku cemas, dia tampak kesakitan begitu aku mengintipnya di kamar mandi tadi.”

“Memang wajar, wanita yang baru diperawani jelas akan merasa sakit dibagian intimnya. Bahkan bisa jadi akan mengeluarkan darah.” Jelas Bara dengan percaya diri.

“Kenapa kau bisa tau?”

“Aku sudah mencobanya bersama Dini semalam.” Jawab Darius cengengesan.

“Apa? Sempat-sempatnya kau curi-curi waktu saat aku memintamu menyelediki.”

“Kalau soal itu mana bisa tahan Bar, apalagi semalam dia yang menemaniku menyelidik.”

“Lalu dia langsung mau?”

“Iya, kenapa kau terkejut? Bukannya hal ini lumrah dan sudah biasa di zaman sekarang? Oh aku tau, jangan-jangan kamu belum pernah melakukannya?” Tebakan Darius seratus persen benar saat Bara menjawabnya dengan anggukkan.

“Apa? Jadi benar itu pertama kalinya? Sungguh sulit diterima akal.”

Bara hanya terdiam kikuk dengan wajah yang sudah memerah.

“Benar-benar kejadian langkah, untung kamu langsung tau di mana lub*ngnya.” Ledek Darius hingga bantalan sofa mendarat di wajahnya.

Karena kesal diledek Darius, Bara pun berlalu dan meninggalkan rumah Darius menuju kantor. Misi pertamanya hari ini adalah untuk memecat Garry dan memberhentikan Nadia.

****

“Apa yang terjadi padamu Lau? Yah ampun, kenapa bisa seperti ini?” Cecar Iva begitu ia mendapati Launa dalam keadaan kacau di depan rumahnya.

Launa tak langsung menjawab, ia terus menangis dengan tubuh yang tak henti bergetar.

Tak lama, Iva mendekap erat tubuhnya lalu mengusap lembut lengan Launa. “Kamu tenang dulu ya Lau, tarik nafas… buang perlahan okay?” Tuntun Iva demi menyalurkan kekuatan untuk saudaranya itu.

“Va? Aku boleh ke kamar mandi?” Tanya Launa sembari melepas tautan tubuh mereka.

“Iya boleh, aku tunggu ya.” Ucap Iva yang hanya ditanggapi anggukkan oleh Launa.

Sepeninggal Launa, Iva pun kembali mengingat kata-kata Danu semalam. Launa dibopong seorang pria dalam keadaan pingsan. Iva pun menerka-nerka, apa mungkin Launa terluka dan mengalami musibah? Seketika rasa cemas menyeruak ke dalam benak Iva.

Sementara Launa, memilih mengurung diri di kamar mandi. Tubuhnya yang dirasa kotor ia biarkan diguyur air shower sembari ia gosok dengan keras hingga kemerahan.

Launa menangis sejadi-jadinya membayangkan kehancuran dirinya. Jika saja dia tidak menerima minuman yang diberikan bartender itu, mungkin dia tidak akan terjebak di dalam toilet itu bersama Garry. Mengingat soal Garry, Launa tidak tahu bagaimana ia bisa keluar dari perangkap Garry. Pria yang selama ini ia segani, ternyata berniat melec*hkannya.

Bahkan Launa bingung, bagaimana caranya dia bisa sampai berakhir di ranjang Barra semalam. Beribu pikiran negativ berkeliaran di benaknya. Bagaimana andai peristiwa semalam membuatnya sampai hamil? Sungguh Launa akan gila andai benar itu terjadi.

“Aku tidak mau…. Aku tidak mau sampai hamil… aku tidak mau…” pekik Launa tanpa sadar memicu kecemasan Iva yang mendengar teriakan Launa dari dalam.

Launa memukul-mukul dirinya, ia terus meraung-raung hingga Iva tiba-tiba muncul di depannya.

“Launa!” Tubuh Launa semakin bergetar saat mendengar suara Iva memekik pasca pintu itu terbuka.

Air mata yang sejak tadi berderai seakan masuk kembali saat Iva menghampiri dan mendekap tubuhnya.

Dapat Launa lihat seberapa panik Iva saat ini, “apa yang terjadi Lau? Katakan padaku, apa yang terjadi? Launa! Heii! Jawab aku!” Tanya Iva menangkup kedua pipi Launa dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca bahkan tangannya juga ikut begetar.

Beribu pertanyaan beruntun Iva layangkan, namun tak ada satu pun yang Launa jawab. Ia hanya meluapkan kesedihan dalam dekapan saudara perempuannya itu.

“Coba jawab? Kamu kenapa Lau?”

Ingin sekali dia mengadu, semua kejadian semalam tak ada yang Launa lupa. Semua akan dia adukan kepada Iva.

“Katakan Lau, tolong katakan kamu kenapa?”

“Va aku_”

“Tunggu! Ini apa Lau?” Tanya Iva menunjuk leher dan dada Launa yang dipenuhi tanda kemerahan.

Mata tajam Iva semakin menyala, kini emosi Iva sudah sampai di ubun-ubun. “Siapa Lau?”

Launa hanya bungkam tanpa berani bicara lagi namun ia tidak bisa berbohong. Iva sudah lebih dulu menyimpulkan apa yang ia alami semalam.

“Siapa orangnya Lau? Siapa yang melakukan ini padamu?” Desak Iva meminta Launa untuk mengaku segera.

“Pak.. pak Bara.” Jawab Launa hingga mata Iva membulat sempurna. Bak disambar petir, Iva sungguh hancur sehancur-hancurnya mendengar pengakuan sepupunya itu.

Bukan hanya Launa yang hancur, tapi Iva juga. Pasalnya, pria yang sudah menodai sepupunya itu adalah Bara, pria yang sudah lama bertahta dalam hatinya. Iva tak menyangka Bara bisa melakukan hal sebejat itu kepada saudaranya.

Ditengah sesak di hati, Iva berusaha mewaraskan pikirannya dan mulai bertanya dengan tenang demi bisa mengulik kebenarannya.

“Bagaimana bisa?”

“Ternyata semalam aku dijebak Va, pria di meja bartender itu memberikan aku minuman yang sudah dicampuri obat perang*ang.” Jelas Launa hingga Iva dibuat semakin terperangah.

Launa pun melanjutkan ceritanya dengan perasaan sakit tak terkira. Sementara Iva, mendengarnya dengan hati yang hancur berkeping-keping. Bukan hancur karena saudara perempuannya ternoda, tapi hancur karena pria yang dia cinta menodai saudaranya sendiri.

Saudara yang sudah bersamanya sejak kecil, yang sudah dia anggap adik kandung, malah jatuh ke dalam pelukan pria yang kepadanya Iva banyak menyimpan harapan.

Sama seperti Launa, berbagai spekulasi muncul di benaknya. Bagaimana jika seandainya Launa hamil, sirna sudah harapan Iva untuk bersama Bara. Bukan kah Bara akan bertanggung jawab dan dia akan semakin tak terlihat? Sudah lama dia mengincar Bara, namun Launa lah yang akan jadi pemenangnya.

Seyakin itu Iva bahwa Bara dan Launa akan bersatu, mengingat sikap Bara yang mengutamakan tanggung jawab. Walau pun dia tampak dingin, akan tetapi sebenarnya dia baik.

“Va?” Panggil Launa kala dirinya melihat Iva malah melamun dengan air mata yang terus mengalir deras di pipi mulusnya.

“Kenapa Iva tampak kacau? Bahkan tampak sama kacaunya denganku. Apa karena dia menyayangiku sampai segitunya? Atau karena hal lain? Tapi apa?” Batin Launa yang balik mengkhawatirkan Iva.

Launa pun kembali memanggil wanita itu, disertai tepukan yang keras di pundaknya, barulah ia berhasil membuyarkan lamunan Iva.

“Iya Lau?”

“Kamu kenapa?” Tanya Launa hingga Iva pun dibuat gelagapan. Ia buru-buru menyeka air matanya dan hendak mengambil handuk namun Launa mencekal pergelangan tangannya.

“Ada apa Lau? Kamu kedinginan.”

“Kamu kenapa? Apa yang mengganggu pikiranmu? Kenapa kamu menangis sampai segitunya? Apa kamu juga mengalami hal buruk?” Cecar Launa hingga Iva mengulas senyum terpaksa.

“Tidak Lau, aku hanya takut saja bagaimana reaksi bunda dan ayah andai mereka tau. Terlebih saat mereka tau pak Bara lah orang yang sudah menodaimu_”

“Apa? Jadi Bara menodaimu?” Terdengar suara berat seseorang dari ambang pintu kamar mandi, hingga membuat mereka sama-sama terperanjat.

Episodes
1 Eps 1 Hadiah Besar di Akhir Tahun
2 Eps 2 Terkesima Tapi Menyebalkan
3 Eps 3 Hampir Mendapat Musibah
4 Eps 4 Saya Minta Kamu Disiplin! - Barra
5 Eps 5 Saya Tidak Suka Artis Plonga Plongo- Barra
6 Eps 6 Kamu Pasti Jadi Milikku- Garry
7 Eps 7 Jebakan
8 Eps 8 Hilang Jejak - Danu
9 Eps 9 Mobil Dengan Sejuta Kenangan
10 Eps 10 Hancur
11 Eps 11 Hancur Bersamaan
12 Eps 12 Dendam
13 Eps 13 Pandai Bersilat Lidah
14 Eps 14 Nomor Baru
15 Eps 15 Kecemasan
16 Eps 16 Mengusir Penat Dengan Caraku
17 Eps 17 Serupa Tapi Tak Sama
18 Eps 18 Iva dan Perasaannya
19 Eps 19 Tapi Akan Balik Lagi Untuk Melamarmu - Bara
20 Eps 20 Merasa Tidak Pantas
21 Eps 21 Dalam Bahaya
22 Eps 22 Mual
23 Eps 23 Ngapel Dadakan
24 Eps 24 Berdebat yang Tak Pasti
25 Eps 25 Menjauh
26 Eps 26 Tetap Keras Hati
27 Eps 27 Hampir Saja
28 Eps 28 Kabar Baik/Buruk?
29 Eps 29 Kesepakatan
30 Eps 30 Kecewanya Hati Danu
31 Eps 31 Terancam Kala Strategi
32 Eps 32 Diluar Prediksi
33 Eps 33 Sah!!!
34 Eps 34 Dia Suamiku, Mencintainya Adalah Kewajiban - Launa
35 Eps 35 Resepsi
36 Eps 36 Sogokkan
37 Eps 37 Gaun Pembawa Celaka
38 Eps 38 Keresahan Hati Iva
39 Eps 39 Pertanyaan Konyol
40 Eps 40 Kamu Pasangan Halalku-Bara
41 Eps 41 Kelakuan Pasukan Kepo
42 Eps 42 Rasakan Pembalasanku!
43 Eps 43 Kamu Istriku Bukan Rekan Bisnis.
44 Eps 44 Jelmaan Buaya Putih
45 Eps 45 Syarat Mematikan
46 Eps 46 Salting
47 Eps 47 Bayangan? - Launa
48 Eps 48 Maaf Jika Aku Belum Menjanjikan Cinta
49 Eps 49 Kamu Adalah Hakku
50 Eps 50 Minta Nafkah?
51 Eps 51 Penyelesaian Masalah Ala Bara
52 Eps 52 Kiss
53 Eps 53 Cemburu
54 Eps 54 Tidak Bisa Dibiarkan
55 Eps 55 Pantai Pertama Setelah Menikah
56 Eps 56 Misi Baru Danu
57 Eps 57 Tidak Seburuk yang Kamu Pikirkan - Bara
58 Eps 58 Mau Tidak? - Bara
59 Eps 59 Menunya Apa?
60 Eps 60 Mencurigakan! - Launa
61 Eps 61 Menyatu
62 Eps 62 Kapan Makan Malamnya?
63 Eps 63 Ketakutan Launa
64 Eps 64 Jangan Mencampuri Urusan Rumah Tanggaku - Bara
65 Eps 65 I Love You mas - Launa
66 Eps 66 Tidak Tertebak
67 Eps 67 Apapun Untuk Launa - Danu
68 Eps 68 Mengurungkan ungkapan cinta - Danu
69 Eps 69 Merasa Dibodohi
70 Eps 70 Orang Tua yang Bijak
71 Eps 71 Ikatan Sahabat Itu Lemah ~ Bara
72 Eps 72 Marahnya Sungguhan
73 Eps 73 Tak Terbaca
74 Eps 74 Tenang
75 Eps 75 Kena Mental ~ Bara
76 Eps 76 Awal
77 Eps 77 Kejadian
78 Eps 78 Kabar Baik
79 Eps 79 Dijemput
80 Eps 80 Permintaan yang Sulit
81 Eps 81
82 Eps 82 Keadilan yang Bagaimana?
83 Eps 83 Menyesap Madu
84 Eps 84 Teman Masak Sahur
85 Eps 85 Hati Kamu ~ Bara
86 Eps 86 Tamu Tak Diundang
87 Eps 87 Sudah Saatnya Go Public
88 Eps 88 Tabur Tuai
89 Eps 89 Pengawal Lagi
90 Eps 90 Buka Pakai Apa?
91 Eps 91 Dua Garis
92 Eps 92 Tidak Diharapkan
93 Eps 93 Pengganti Ibu
94 Eps 94 Tanggung Jawab
95 Eps 95 Ikhtiar
96 Eps 96 Hari Raya
97 Eps 97 Aku Ikut ~ Launa
98 Eps 98 Makan Malam yang Sangat Berkesan ~ Bara
99 Eps 99 Hamili Aku~ Launa
100 Eps 100 Menguji Adrenalin
101 Eps 101 Serangan Pertanyaan
102 Eps 102 Nasehat Launa
103 Eps 103 Tuntutan Perhatian
104 Eps 104 Sembilan Bulan Sudah
105 Eps 105 Diabaikan
106 Eps 106 Terjebak Film
107 Eps 107 Berakhir
108 Eps 108 Benang Kusut yang Mulai Bisa Ditarik
109 Eps 109 Penyelematan
110 Eps 110 Pembelaan
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Eps 1 Hadiah Besar di Akhir Tahun
2
Eps 2 Terkesima Tapi Menyebalkan
3
Eps 3 Hampir Mendapat Musibah
4
Eps 4 Saya Minta Kamu Disiplin! - Barra
5
Eps 5 Saya Tidak Suka Artis Plonga Plongo- Barra
6
Eps 6 Kamu Pasti Jadi Milikku- Garry
7
Eps 7 Jebakan
8
Eps 8 Hilang Jejak - Danu
9
Eps 9 Mobil Dengan Sejuta Kenangan
10
Eps 10 Hancur
11
Eps 11 Hancur Bersamaan
12
Eps 12 Dendam
13
Eps 13 Pandai Bersilat Lidah
14
Eps 14 Nomor Baru
15
Eps 15 Kecemasan
16
Eps 16 Mengusir Penat Dengan Caraku
17
Eps 17 Serupa Tapi Tak Sama
18
Eps 18 Iva dan Perasaannya
19
Eps 19 Tapi Akan Balik Lagi Untuk Melamarmu - Bara
20
Eps 20 Merasa Tidak Pantas
21
Eps 21 Dalam Bahaya
22
Eps 22 Mual
23
Eps 23 Ngapel Dadakan
24
Eps 24 Berdebat yang Tak Pasti
25
Eps 25 Menjauh
26
Eps 26 Tetap Keras Hati
27
Eps 27 Hampir Saja
28
Eps 28 Kabar Baik/Buruk?
29
Eps 29 Kesepakatan
30
Eps 30 Kecewanya Hati Danu
31
Eps 31 Terancam Kala Strategi
32
Eps 32 Diluar Prediksi
33
Eps 33 Sah!!!
34
Eps 34 Dia Suamiku, Mencintainya Adalah Kewajiban - Launa
35
Eps 35 Resepsi
36
Eps 36 Sogokkan
37
Eps 37 Gaun Pembawa Celaka
38
Eps 38 Keresahan Hati Iva
39
Eps 39 Pertanyaan Konyol
40
Eps 40 Kamu Pasangan Halalku-Bara
41
Eps 41 Kelakuan Pasukan Kepo
42
Eps 42 Rasakan Pembalasanku!
43
Eps 43 Kamu Istriku Bukan Rekan Bisnis.
44
Eps 44 Jelmaan Buaya Putih
45
Eps 45 Syarat Mematikan
46
Eps 46 Salting
47
Eps 47 Bayangan? - Launa
48
Eps 48 Maaf Jika Aku Belum Menjanjikan Cinta
49
Eps 49 Kamu Adalah Hakku
50
Eps 50 Minta Nafkah?
51
Eps 51 Penyelesaian Masalah Ala Bara
52
Eps 52 Kiss
53
Eps 53 Cemburu
54
Eps 54 Tidak Bisa Dibiarkan
55
Eps 55 Pantai Pertama Setelah Menikah
56
Eps 56 Misi Baru Danu
57
Eps 57 Tidak Seburuk yang Kamu Pikirkan - Bara
58
Eps 58 Mau Tidak? - Bara
59
Eps 59 Menunya Apa?
60
Eps 60 Mencurigakan! - Launa
61
Eps 61 Menyatu
62
Eps 62 Kapan Makan Malamnya?
63
Eps 63 Ketakutan Launa
64
Eps 64 Jangan Mencampuri Urusan Rumah Tanggaku - Bara
65
Eps 65 I Love You mas - Launa
66
Eps 66 Tidak Tertebak
67
Eps 67 Apapun Untuk Launa - Danu
68
Eps 68 Mengurungkan ungkapan cinta - Danu
69
Eps 69 Merasa Dibodohi
70
Eps 70 Orang Tua yang Bijak
71
Eps 71 Ikatan Sahabat Itu Lemah ~ Bara
72
Eps 72 Marahnya Sungguhan
73
Eps 73 Tak Terbaca
74
Eps 74 Tenang
75
Eps 75 Kena Mental ~ Bara
76
Eps 76 Awal
77
Eps 77 Kejadian
78
Eps 78 Kabar Baik
79
Eps 79 Dijemput
80
Eps 80 Permintaan yang Sulit
81
Eps 81
82
Eps 82 Keadilan yang Bagaimana?
83
Eps 83 Menyesap Madu
84
Eps 84 Teman Masak Sahur
85
Eps 85 Hati Kamu ~ Bara
86
Eps 86 Tamu Tak Diundang
87
Eps 87 Sudah Saatnya Go Public
88
Eps 88 Tabur Tuai
89
Eps 89 Pengawal Lagi
90
Eps 90 Buka Pakai Apa?
91
Eps 91 Dua Garis
92
Eps 92 Tidak Diharapkan
93
Eps 93 Pengganti Ibu
94
Eps 94 Tanggung Jawab
95
Eps 95 Ikhtiar
96
Eps 96 Hari Raya
97
Eps 97 Aku Ikut ~ Launa
98
Eps 98 Makan Malam yang Sangat Berkesan ~ Bara
99
Eps 99 Hamili Aku~ Launa
100
Eps 100 Menguji Adrenalin
101
Eps 101 Serangan Pertanyaan
102
Eps 102 Nasehat Launa
103
Eps 103 Tuntutan Perhatian
104
Eps 104 Sembilan Bulan Sudah
105
Eps 105 Diabaikan
106
Eps 106 Terjebak Film
107
Eps 107 Berakhir
108
Eps 108 Benang Kusut yang Mulai Bisa Ditarik
109
Eps 109 Penyelematan
110
Eps 110 Pembelaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!