PMM! : BAB 15

OTW MENIKAH!

Di saat Hari berbohong tentang keromantisan Noah, dan si Rubah itu malah tersenyum remang saat seluruh pasang mata keluarganya menatap ke arahnya.

Tentu saja! Mereka tidak percaya mendengar keromantisan seperti itu, pasalnya.. si Noah tak pernah memperlihatkan sisi romantisnya apalagi berpacaran, bahkan— hubungan antara Noah dan Sakura pun keluarga Noah hanya tahu bahwa keduanya hanyalah sebatas sahabat, sisanya mereka tidak begitu ikut campur.

Semuanya masih sibuk tertawa, Noah dan Hari juga masih tertawa dengan peluh mereka. Dari arah Naura, Eza menatap penuh curiga sedikit memanyunkan bibirnya.

“Tapi Kek! Bukankah aneh memperkenalkan kekasihnya di saat keadaan mendesak!” kompor Eza si bocah 13 tahun itu.

–‘Hisss! Dasar bocah!’ gerutu Noah dalam hati.

Setelah mendengar kelogikaan dari Eza, lagi-lagi keluarga Harrison itu terdiam menatap lurus ke arah dua sejoli yang kini terlihat gugup.

“Benar juga! Tunjukkan kami sebuah bukti.” Tegas sang kakek.

“Kalian ingin bukti? Baik!” Noah merogoh kantong jasnya, lalu sebuah foto ia letakkan di atas meja dan langsung di serbu bak sembako gratis.

Foto yang memperlihatkan kedekatan Noah dan Hari. Mereka sudah merencanakan dengan baik dan kini foto tersebut di oper dari kakek Liam hingga ke Eza lalu kembali lagi ke tangan kakek Liam. Percaya, tapi Kakek...

“Apa ini? Dimana foto ciumannya?” tanpa dosa dan malu, pria tua itu melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Noah dan Hari terkejut.

“Ci-ciuman?” gagap Hari.

“Kakek! Kegiatan seperti itu adalah privasi kami.” Balas Noah sedikit malu.

“Hey bocah! Justru foto ciuman itulah yang membuat pasangan kekasih lebih dekat.” Seolah tak mau kalah, Liam masih saja ngotot.

Bisa di lihat Hari sedikit menundukkan kepalanya menutupi rona merah dan Noah pusing karena keinginan konyol sang kakek.

“Lihat ini! Bahkan foto kalian tidaklah dekat, apalagi yang terakhir... Apa yang bisa di lihat jika kalian hanya mengezoom wajah saja hah.” Ejek Liam meletakkan kembali foto tersebut di atas meja.

“HAAA! Terserah Kakek yang penting aku akan menikah dengan Hari, karena aku mencintainya.”

Hari langsung menoleh cepat, sebuah ucapan yang tidak pernah dia dengar dan rasakan dari pria manapun.

Merasa mendapati tatapan, Noah juga menoleh ke arah Hari dengan wajah gugup, sama-sama gugup seperti pasangan sungguhan. Adegan saling tatap itu berhasil memperdaya keluarga Noah yang saat ini ikut tersenyum tipis.

Sesaat mereka tersadar dan mulai berpaling satu sama lain. “Ekhem! Kami ingin bertemu dengan keluarga Hari.” Ucap nenek Suzan.

“Ah, sekarang? Maksudnya, aku harus mengabari kakak dan juga bibiku!”

“Hm. Selagi menunggu mereka, biarkan Noah mengajakmu berkeliling Mansion!” balas nenek Suzan ramah. Hari hanya tersenyum dengan anggukan kecil.

Seperti yang di ucapkan tadi. Wanita cantik berponi itu segera menelepon Viona dan bibi Raya, tentu sebagai seorang wali dari pihak keluarga Hari.

Setelah menelepon dan menunggu kedatangan kedua orang tersebut, kini Hari berjalan berdampingan dengan si pirang menyebalkan, berjalan-jalan di Mansion bak istana Disney.

“Keluargamu sangat mengasikkan!” sambil tersenyum lebar menatap lurus, Hari benar-benar senang berkumpul bersama keluarga Harrison.

“Ya! Mereka memang seperti itu, sudah ku bilang kalian akan cocok.” Sambil menyusuri jalanan di taman belakang, Noah tersenyum miring.

“Tapi— di mana ayah dan ibumu?” tanya Hari.

Langkah Noah berhenti tiba-tiba, menghela napas panjang sejenak dan pasrah. “Kau akan menjadi istriku, jadi kau harus tahu.” Mereka kembali berjalan berdampingan secara perlahan.

“Ayahku berada di London! Sebelum tinggal di sana, dia selalu menemui ku secara diam-diam, memberiku kasih sayang dan selalu mengatakan kejujuran tentang buruknya ibuku.” Jelas Noah terlihat serius.

Hari mendengarkan dengan baik, tak sesekali ia menoleh ke arah Noah yang memiliki wajah memikat.

“Itu sebabnya aku ingin ke London mencari ayahku. Tapi, kakek dan nenek selalu melarang pergi ke sana sebelum aku menikah— alasannya, agar aku mempunyai seseorang untuk di peluk! Dasar konyol!” senyuman kecil terlihat di bibir Noah saat pria itu menceritakan bagian alasan dari kakeknya yang melarang pergi ke London.

Hari juga ikut tertawa kecil mendengarnya. “Lalu ibumu?!”

Senyuman hilang tiba-tiba dari bibir si Rubah.

“Dia sudah mati.” Jawab ketus Noah berjalan sedikit cepat dan kesal, Hari dapat melihat dan merasakan bagaimana Noah tidak menyukai ibunya. Tapi kenapa?

Segera Hari berjalan cepat menghampiri langkah Noah sedikit menenggornya dengan tawa remang berharap mencairkan suasana tegang dan sedihnya Noah.

“Haa! Lupakan! Dan soal tadi... Kau sangat lantang mengatakan cinta padaku!” goda Hari sambil tersenyum lebar menatap Noah yang kini menatapnya dengan geli.

“Itu hanya sandiwara! Kau membuat kebohongan tapi tidak bisa menetralkan nya.” Geram Noah yang mulai melupakan pembicaraan tentang ibunya tadi.

“Santai saja, aku tahu! Kenapa kau selalu marah-marah sih?” heran Hari, namun di sisi lain dia sedikit tenang, setidaknya di Rubah itu sudah melupakan soal pertanyaan ayah dan ibu tadi.

...***...

Kini di ruang keluarga. Viona dan Raya sudah datang dan kini mereka semua duduk saling berhadapan, sementara Hari dan Noah masih duduk berdua seperti lem! Begitulah sandiwara, setidaknya mereka akan percaya.

“Kami sudah mendengar semuanya, dan maaf merepotkan, membuat kalian datang ke sini!” ujar tak enak nenek Suzan.

“Tidak masalah! Hari adalah segalanya bagi kami, mereka juga sudah meminta izin kepada kami!” balas bibi Raya.

“Kalau boleh tahu. Kemana orang tua Hari?” tanya Amora.

“Orang tua kami sudah lama meninggal!” jawab Viona jujur.

“Maafkan kami.”

Hening melanda mereka semua. Sampai sang kakek Liam membuka obrolan kembali mengenai masa depan Noah dan Hari dan yang pasti semuanya terserah dengan dua sejoli itu.

“Kami ingin menikah besok.” Noah angkat bicara. Tanpa ragu dia sudah membuat keputusan yang bahkan Hari tidak tahu, tapi ia setuju tentang pernikahan cepat itu, karena lebih cepat lebih baik.

Kedua belah pihak memang sedikit terkejut akan keinginan dadakan Noah, tapi keluarga Noah begitu senang mendengar betapa tak sabarannya bocah pirang itu.

“Hohoho!! Lihat, betapa tidak sabarnya dia ingin menikah Suzan!” ledek sang kakek tertawa lepas.

Di sisi lain Hari melihat ke arah kakak dan bibinya, memberinya sebuah senyuman kecil dan anggukan yang juga di balas dengan senyuman tipis oleh kakak dan bibinya.

“Tidak usah di pikirkan. Biar Harrison yang membayar seluruh pernikahan ini.” Pinta Liam kepada Viona dan Raya. Sedikit tak enak dan menolak, tapi keluarga Noah sangat memaksa sehingga Hari beserta kakak dan bibinya terpaksa menurut saja.

...🛫📍🛬...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***