1 Desember 2019
Madrid, Spanyol.
.
.
.
" Saya Maximilian Harrison Fernando, Menerima Mu Andini Kumala Sari sebagai istri saya, dan pasangan saya seumur hidup. bersama mu baik dalam keadaan suka maupun duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit. "
" Saya Andini Kumala Sari, Menerima Mu Maximilian Harrison Fernando sebagai suami saya, dan Pasangan saya seumur hidup. bersama mu baik dalam keadaan suka maupun duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit. "
" silahkan pengantin pria mencium pengantin wanita"
Dengan lembut Max meraih wajah Andini, dan dengan penuh khidmat pria itu mengecup bibir manis Andini.
PROK! PROK! PROK! PROK!
suara tepukan dari para tamu undangan yang menyaksikan proses tersebut mengiringi kebahagian pengantin itu.
Terlihat wajah Andini maupun Max kini sama sama berhiaskan dengan senyuman.
pesta pernikahan pun diadakan dengan sangat meriah, begitu banyak tamu tamu undangan yang datang. tentu tamu itu dari kalangan pebisnis dan kenalan dari papa John, Mama Maria, dan Max.
Andini sendiri tidak memiliki keluarga di Indonesia, dia adalah anak yatim piatu, tak punya kerabat atau keluarga. mungkin ada, tetapi mereka tentu tidak peduli juga pada gadis itu.
Walau sedikit sedih dengan kenyataan tersebut, tetapi Andini tetap merasa bahagia, dia merasa sangat di cintai di sini.
Max, Mama maria, Papa John, dan semua orang orang yang ada di sini begitu sayang dan perhatian pada nya.
Bahkan dengan bangga mama mengenalkan Andini pada teman teman sosialitanya. Andini sudah seperti anak sendiri di hadapan mama dan papa mertuanya.
Sementara max hanya bisa tersenyum melihat bagaimana hebohnya mamanya mengenalkan Andini.
memang tidak heran lagi, mama maria dari dulu sangat ingin punya anak perempuan, tapi sayangnya setelah melahirkan max, rahim mama maria bermasalah. dokter menyarankan agar mama maria jangan mengandung lagi, karena bisa membahayakan nyawa mama dan bayi yang di kandung.
Tapi sepertinya kehadiran Andini mengobati semua perasaan yang di pendam wanita itu.
" Son.. " papa John menghampiri Max yang masih duduk sambil melihat 2 wanita tersayangnya itu heboh dengan teman teman mereka.
" cepat cepat buatkan aku cucu ya! " ucap Papa John memandang putranya dengan jahil.
" sudah ku cicil dari bulan bulan lalu pa! sabar dulu lah.. " ucap Max sembari menyesap minumannya.
" ha ha ha ha ha dia mencicil anak nya dari bulan bulan lalu! ku pikir cuma hutang yang bisa di cicil, rupanya anak juga! " ucap Papa John terbahak bahak.
Papa John pun pergi dan menceritakan hal itu pada bapak bapak yang lain, dan mereka semua tertawa.
Sementara Max hanya memandang ngeri ayah dan teman temannya tersebut.
" cih! selera humor nya rendah! dasar bapak bapak! " ucap Max dengan kembali menyesap minumannya.
.
.
.
.
Malam Hari..
Mansion Casa De Sol.
Cup! Cup! Cup!
Dalam kamar pengantin itu, Max terus menciumi Andini yang kini berbaring di bawah tubuh nya.
" Ha ha ha Max geli~~" Andini berusaha mengelak saat Max terus mengecup bagian pinggangnya.
" geli? " tanya Max dengan senyuman nakal.
dengan sengaja Max menggosokkan dagunya yang sedikit di tumbuhi bulu sehingga membuat permukaan kulit Andini yang lembut terasa menggelitik.
" Ha ha ha ha Max hentikan~~~"
TRINGGG! TRINGGG!
Tiba tiba saja telpon Max berbunyi, membuat perhatian pria itu dan Andini menjadi teralihkan. awalnya Max terlihat acuh dan melanjutkan kegiatannya mengerjai Andini.
Namun telpon itu lagi dan lagi berdering, membuat mereka jadi terganggu. merasa kesal, max hendak membanting ponsel tersebut, namun Andini buru buru menahan tangannya.
" Max.. coba angkat saja, siapa tau itu penting.. " ucap Andini dengan lembut, max pun akhirnya berhasil mengendalikan emosinya.
" tunggu sebentar ya.. " ucap Max sembari mengelus pipi lembut Andini.
Andini pun mengangguk mengerti, dan max kemudian melangkah ke balkon untuk mengangkat telp itu.
andini dari ranjang dapat melihat punggung tegas Max yang terlihat menegang, walau penasaran tapi Andini tau jika itu pasti Telepon tentang bisnis atau pekerjaan.
Andini pun dengan sabar menunggu di ranjang tersebut, sampai akhirnya max berbalik dan melangkah ke arahnya.
Dengan wajah penuh rasa bersalah, max menghampiri Andini.
" Ada apa? apa katanya? " tanya Andini dengan mengelus rahang Max. terlihat rahang pria itu sedikit mengetat karena emosi.
" Sayang maafkan aku ya, aku dapat kabar dari Carlos jika gudang kebakaran.. maaf sekali, tapi aku harus melihat kesana... " ucap Max dengan nada penuh penyesalan. Andini pun menutup mulutnya dengan kaget.
" Astaga! tidak ada yang terluka kan di sana? tidak apa apa.. memang kau harus kesana melihat kondisinya, hati hati ya di jalan. aku akan menyiapkan pakaian hangat, di luar agak dingin. " ucap Andini yang bergegas mengambil baju untuk di pakai Max.
Setelah membantu pria itu memakai baju, Max pun mengecup kening Andini dengan cukup lama.
" tidur lah dulu, mungkin besok pagi aku akan kembali.. " ucap Max yang di angguki Andini.
" Hati hati ya, jangan ngebut walaupun kau dalam kondisi khawatir.. " pesan Andini yang di angguki max.
Pria itu pun pergi dari kamar itu dengan terburu buru, wajahnya terlihat mengetat menandakan kemarahan nya benar benar sudah di ambang batas.
.
.
Tak lama setelah mobil max pergi, seluruh Lampu yang ada di Mansion besar itu tiba tiba saja mati.
Andini yang masih terjaga begitu kaget melihat sekitar nya gelap gulita.
Dengan cepat gadis itu mengambil ponsel yang di belikan oleh max. gadis itu segera menghidupkan lampu senter yang ada di ponsel pintar itu.
" Tumben lampu di Mansion ini mati, biasanya tidak pernah begini.. " gumam Andini.
Dor!!
Sebuah suara keras tiba tiba saja terdengar menggema di Mansion itu, membuat Andini seketika terpekik kaget.
" Astaga! suara apa itu?!! " ucap Andini menutup mulutnya sendiri. dia mendengar sebuah suara tembakan, di susul dengan suara teriakan seseorang.
" akhhh!! lepaskan istri ku!! siapa kalian?!! "
" Papa! Papa! Akhhh!! "
dalam kegelapan tersebut, terdengar teriakan Papa John dan Mama maria yang membuat Andini sangat khawatir.
Tanpa pikir panjang, Andini langsung mengambil pisau lipat dan mengkontak no Max. namun sialnya, Ponsel pintar gadis itu tiba tiba saja mengeluarkan tulisan tulisan yang tidak bisa ia mengerti.
Tulisan dan kode kode itu terus muncul dan membuat Andini tidak bisa memencet no Max.
" kenapa sih Handphone nya... kenapa tidak bisa di pencet begini!!!??? " Ucap Andini panik.
" Papa!! jangan! jangan sakiti suami saya!?? siapa kalian hah! kami akan memberikan kalian uang, ambil semua uang yang ada di sini, tapi lepaskan kami! " ucap Mama maria yang terdengar sampai kamar Andini.
Mendengar suara tersebut, Andini menjadi semakin panik, ia memutuskan untuk turun dan melihat kondisi ayah dan ibu mertuanya tersebut.
hanya mengandalkan sinar bulan, Andini mengendap ngendap menuju ruangan tempat ayah dan ibu mertuanya berada.
TAK!
"Ummppp!! " Andini menutup mulutnya sendiri ketika ia menginjak sebuah benda.
Saat ia melihat benda tersebut, mata Andini seketika membelalak.
Pistol! itu adalah pistol.. tapi, bagaimana bisa ada pistol di lantai? namun melihat situasi yang sangat genting, Andini tidak memperdulikan hal aneh tersebut.
Dengan cepat Andini mengambil pistol tersebut, setelah memegang pistol itu, entah mengapa Andini merasa seperti memiliki kekuatan.
Dengan segera Andini melangkah menuju tempat ayah dan ibunya yang tepatnya berada di lantai 1.
DOR!
DOR!
DOR!
DOR!
DOR!
DOR!
Suara tembakan beberapa kali terjadi, membuat jantung Andini semakin was was. dada gadis itu mulai terasa sakit.
ayah dan ibu mertuanya tidak akan kenapa napa kan? tidak! mereka pasti akan baik baik saja.
Dengan mempercepat langkahnya, gadis itu akhirnya masuk ke ruangan tersebut.
CETEK!!!
Seluruh lampu yang ada di Mansion mewah itu tiba tiba saja menyala kembali, membuat Andini terkesiap beberapa saat sebelum akhirnya gadis itu terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya.
Ayah dan ibu mertuanya dengan kondisi terikat, mereka kini bersimbah darah dengan kondisi mengenaskan.
Jantung Andini rasanya berhenti setelah menyaksikan pemandangan mengerikan ini. dirinya membeku syok memandang semua ini di depan matanya.
Semetara itu terdengar pintu kamar tersebut di hempas dengan kasar, dengan wajah penuh keringat Max rupanya kembali ke Mansion.
pria tersebut melihat kedua orang tuanya terikat dengan keadaan mengenaskan, dan di depan mereka telah berdiri Andini dengan memegang Pistol...
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments