Ardini mengacak rambutnya kesal, Hanya karena ia mencoba menyingkirkan Eliza, hal itu membuat dirinya sendiri yang tersingkir dari perusahaan, padahal Eliza tak sepenting itu dalam keluarga Wiradana tapi nyatanya perbuatan keji itu memancing amarah netizen dan malah memboikot produk Rings sendiri.
Selama ini Ardini sadar akan posisinya yang hanya anak tiri dan cucu tiri, tapi Ardini tak terlalu memikirkannya dan tetap menikmati setiap fasilitas yang ia dapatkan lebih dari yang Raiyan terima. ketika sekarang keadaan sudah berbalik, Ardini tak lagi memikirkan itu semua, yang menjadi prioritas nya adalah melenyapkan Eliza dan memiliki Aizel seutuhnya.
Ardini tak ingin kalah, karena ia terbiasa mendapatkan apa yang menjadi keinginannya. Dalam sebuah permainan bukan masalah jika ia kalah asalkan dapat menghabisi musuhnya.
Saat berpapasan dengan Eliza di rumah utama, ia selalu melayangkan tatapan setajam silet, bila kewarasannya telah hilang mungkin saja Ardini akan menjambak rambut Eliza sampai puas.
Ardini hanya berstatus istri Aizel, tapi nyatanya ia tak pernah di sentuh oleh suaminya sendiri, pertahanan Aizel sangat kuat bahkan Aizel selalu menghindar saat Ardini mulai menggodanya.
Bukannya Meredakan kemarahan Ardini pada Eliza, Aizel malah membuat istrinya semakin memupuk dendam pada Eliza dengan sengaja duduk di dapur saat Eliza sedang memasak sesuatu untuk Raiyan, yaitu klepon.
"Menurutmu apa Raiyan akan suka?" tanya Eliza menunggu penilaian dari lidah Aizel.
"Lidahnya tak terbiasa dengan makanan seperti ini, Aku jamin dia akan memuji klepon ini tapi dia tak akan menghabiskannya dengan alasan sudah kenyang." ucap Aizel tak serius, ia lebih senang jika Eliza memberi semua Pai ini untuknya, bukan hanya kebagian icip sedikit.
"Kenapa harus repot-repot membuat klepon, di pasar juga banyak, tinggal beli saja." Aizel menikmati sensasi gula merah pecah dalam mulutnya.
"Untuk Suami sendiri harus spesial, sudah jangan banyak-banyak nanti Raiyan malah tak kebagian." Eliza menepikan klepon di depan Aizel.
"Dasar pelit! Nanti kalau Raiyan tak menyukainya, tolong beri Aku saja ya, El." ucap Aizel pada Eliza yang sedang berjongkok di depan kulkas.
"Tidak mau! Di pasar juga banyak, Kau tinggal beli saja kalau mau." balas Eliza membalikkan ucapan Aizel tadi.
"Beda, di pasar belum tentu higienis, lagipula ini di buat dengan cinta kan? Jadi harus di makan dengan cinta juga, kalau Raiyan tak mencintaimu biar Aku saja yang makan." Ardini yang baru datang dan menguping dari balik dinding hanya mendengar sepenggal ucapan Aizel, itu lah yang membuat dendamnya pada Eliza semakin subur terawat.
Meskipun sekarang Eliza terang-terangan menunjukkan pada Aizel kalau dirinya mencoba menjadi istri yang baik untuk Raiyan, hal itu tak menyurutkan semangat Aizel untuk terus mendekati Eliza.
Aizel senang karena komunikasi nya dengan Eliza sudah kembali membaik meskipun hanya membicarakan hal seputar Raiyan. Eliza bertekad ingin memulai hidupnya yang baru dengan Raiyan, mimpinya memiliki keluarga kecil yang bahagia harus terwujud, Eliza ingin hidup damai dalam ketenangan, apalagi Raiyan selalu memberikan kode-kode perasaannya lewat kata-kata dan perlakuan manis pada Eliza.
Eliza menunggu di dapur, ia tahu Raiyan akan sering pulang larut karena harus mengembalikan perusahaan pada kondisi semula, begitu Raiyan sampai di rumah, Eliza menyambutnya dengan senyum merekah.
Sejak Ardini melepas posisinya, ia dan Rania tak pernah lagi ikut makan semeja dengan yang lain. Seperti malam ini, hanya ada oma, Papa, Aizel, Raiyan dan Eliza di meja makan.
Oma sering memantau perkembangan perusahaan di tangan Raiyan, meskipun belum pulih seutuhnya tapi penjualan semakin membaik.
Oma mulai melihat kecakapan Raiyan menghandle perusahaan,apalagi Eliza bisa semakin dekat dengan Oma melalui masakan-masakannya yang enak, hal itu menjadi nilai tambah bahwa Raiyan tak salah dalam memilih pendamping hidup meskipun Eliza hanya orang biasa, kini Oma mulai menganggap Raiyan layaknya cucu kandung yang seharusnya selama ini ia perhatikan.
Eliza menyajikan klepon sebagai makanan penutup, ia senang karena respon Raiyan tak seperti yang Aizel bayangkan.
"Sudah lama Aku tidak makan klepon." ujar Oma mengambil satu.
"Ini kue kesukaan ku yang dulu selalu Juwita buatkan." ujar papa menyebut nama ibu kandung Raiyan, membuat Raiyan membeku sejenak memperhatikan raut wajah Oma yang datar saja.
"Apa Kau menyukaiku?" tanya Eliza pada Raiyan, semua orang menatap Eliza bingung, terlebih lagi Raiyan yang tak percaya bahwa Eliza akan menanyakan hal privasi itu di depan Oma dan papanya, membuat Oma membatin 'Dasar anak muda zaman sekarang tak tahu malu.'
"Maksudku Apa Kau menyukai klepon buatanku?" Eliza membetulkan pertanyaannya.
"Tentu saja, ini sangat enak, pecah dan lumer di dalam mulut, taburan kelapa nya gurih dan manis. Nilainya sebelas dari sepuluh." balas Raiyan berhasil memunculkan lengkungan manis di bibir Eliza.
...****************...
Raiyan mengajak Eliza menginap di rumah nya, malam ini ia akan mengajari Eliza berenang, Raiyan sengaja memilih malam karena hanya ini waktu senggang yang ia miliki.
Saat ini Eliza menempel di punggung Raiyan, karena kaki Eliza tak bisa mencapai dasar kolam, berbeda dengan Raiyan yang memiliki tinggi 183 cm. Kini Raiyan mengubah posisi mereka saling berhadapan tapi tangan Eliza masih memeluk leher Raiyan.
"Sekarang coba lepaskan tanganmu dan mengapung lah di atas air." Perintah Raiyan yang di jawab dengan gelengan kepala dari Eliza.
"Ayolah, Kau harus mencobanya El." Eliza masih tetap menggelengkan kepalanya kuat-kuat, ia trauma sejak peristiwa terakhir yang ia alami.
"Kau tidak akan tenggelam,ada Aku yang akan menjagamu, El."
"Aku tak mau, Aku takut Raiy, Aku takut mati di dalam kolam." ucap Eliza tak peduli dengan posisinya yang semakin rapat ke tubuh Raiyan, hal itu memancing sisi liar Raiyan.
"Setidaknya jangan memelukku terlalu erat begini, Aku susah menahannya." ucap Raiyan mencoba menjelaskan ada akibat yang timbul dari perbuatannya itu, Raiyan menahan has ratnya sambil melonggarkan tangan Eliza, tapi Eliza semakin mempererat pegangannya pada leher Raiyan.
"Tidak, jangan lepaskan Aku di sini Raiyan, Aku takut!" Eliza panik karena tenaganya hampir kalah dari tangan kokoh Raiyan, Eliza tak punya pilihan selain menautkan kedua kakinya ke perut Raiyan.
Raiyan menarik napas panjang, ia tak bisa menahan sesuatu yang setiap malam di tahannya, Raiyan menangkup pipi Eliza dan menci um bibir Eliza dengan lembut dan hati-hati, hal itu mengubah perasaan panik Eliza menjadi debaran jantung yang tak teratur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments