Bab 19 Diskusi Yang Terputus

Ibarat pepatah orang tua "kalau kamu sudah terbuai dalam kemalasan, maka akan sulit untuk bisa bangkit kembali". Mungkin itulah yang terjadi dengan Faisal. Anak dan istrinya sudah bosan untuk mengingatkan akan kewajibannya mencari nafkah, apalagi nasihat-nasihat yang mengutip kajian ustadz, sudah dipastikan tidak mempan lagi. Keluar dari kamar kalau lapar, tanpa ada beban atau rasa bersalah yang nampak di raut wajahnya saat menanyakan makan apa hari ini. Tidak ada rasa penasaran untuk bertanya dari mana dapat uang untuk membeli beras hari ini. Setiap hari akan seperti itu, dan ini yang menyebabkan Hanum enggan untuk mengajaknya berbagi kesulitan memenuhi nafkah keluarga. Hanum memilih diam, berfikir dan mencari jalan keluar sendiri. Inilah yang disebut "Status Menikah Rasa Lajang", apa-apa dikerjakan sendiri. Hanum pernah meminta kakak iparnya untuk menasihati Faisal, tapi yang dikatakan kakak iparnya justru menyalahkan keputusan mereka yang menguliahkan anaknya. Hanum ingin marah atas ucapan tersebut, tapi dia berusaha untuk menjaga adab dengan yang lebih tua. Masih teringat jelas dalam benak Hanum percakapan mereka saat itu.

Flashback

"Assalamualaikum Kak. Bagaimana kabarnya?" sapa Hanum membuka percakapan dengan Kak Neni.

"Wa'alaykumsalam. Alhamdulillah Kakak sehat semua di sini. Bagaimana kabar Hanum?"

"Alhamdulillah sehat juga. Kak Neni Hanum boleh cerita ya!" pinta Hanum setelah basa basinya selesai.

"Mau cerita apa Num?"

"Kak Neni, Hanum bingung dengan Faisal yang tidak mau bekerja dan hanya berdiam diri di rumah. Hanum jadi ingat saat awal menikah dulu, seperti ini juga kejadiannya. bedanya kalau dulu Hanum masih bekerja, belum ada tanggungan anak, jadi masih ada penghasilan yang bisa diharapkan. Kalau sekarang? Hanum nggak kerja, ada tanggungan biaya sekolah anak, berasa banget susahnya" curhat Hanum

"Lah terus bagaimana Num, Kakak juga hanya ibu rumah tangga yang nggak bisa bantu secara finansial. Mau ngobrol dengan Kak Budi juga nggak enak, kan sampai sekarang Faisal masih punya hutang dengan Kak Budi.Terus terang saja Kak Neni malu, lain cerita kalau hutangnya sudah lunas" kata-kata Kak Neni membuat Hanum menarik nafas dalam.

"Ya Hanum sangat tahu itu dan sadar diri untuk tidak meminta dibantu lagi secara finansial. Tapi minta tolong bantu menasehati Faisal, menyadarkan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga" Hanum mencoba meluruskan maksud pembicaraan ke topik awal.

"Kakak sudah bilang dari awal saat dia cerita mau menguliahkan Faras. Kakak bilang nggak usah maksain Faras berkuliah, kalau kamu sendiri tidak memiliki penghasilan yang tetap. Tapi dia ngotot, ingin Faras tetap kuliah, ya akhirnya kejadian kan yang Kakak khawatirkan dulu. Kalau Faras tidak kuliah, pasti kalian masih bisa memiliki modal untuk buka usaha kecil-kecilan."

"Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya, bahkan kalau bisa lebih baik dari orang tuanya. Kami juga ingin memiliki anak yang lulusan perguruan tinggi, hingga bisa memiliki pekerjaan yang baik. Kalau hanya sebatas SMA, Kakak bisa lihat sendiri bagaimana pekerjaan Faisal. Justru itu jadi cermin bagi kami, supaya Faras bisa memberikan nafkah terbaik untuk keluarganya kelak."

"Kalau kalian memang berfikir seperti itu ya sudah terima semua konsekuensinya, jadi jangan mengeluh seperti sekarang ini." jawaban Kak Neni benar-benar membuat Hanum terdiam.

"Hanum sebetulnya mengajak Kakak bicara itu, minta supaya bisa menasihati Faisal untuk bangkit berjuang lagi, wajar kan sebagai saudara kandung mengingatkan tanggungjawabnya kepada keluarga. Tapi melihat jawaban Kakak seperti ini, Hanum jadi tahu kenapa Faisal bersikap seperti sekarang" Hanum menarik nafas panjang untuk meredakan ras kecewa dalam hatinya

"Ya sudah Kak, terima kasih untuk nasihatnya. Insya Allah Hanum masih punya bahu yang kuat untuk tetap berdiri tegak. Salam untuk Kak Budi ya. Assalamualaikum" tanpa menunggu jawaban salam dari kakak iparnya, Hanum langsung memutuskan pembicaraan.

Flashback off

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Seperti kebiasaan pagi-pagi sebelumnya, aktivitas Hanum tidak jauh dari dapur. Kompor dua tungku itu dipenuhi wajan yang berisi roti goreng dan cireng. Di ruang tengah terhampar tampah dengan hasil gorengan berwarna kuning kecoklatan. Sungguh menggoda siapapun yang melihatnya. Faisal tampak menyusun gorengan tersebut ke box kue dengan teliti.

"Bu, kemarin Erwin menelpon Ayah ngobrol tanya kabar seperti biasanya. Terus Ayah bilang kalau Faras cuti kuliah, karena nggak ada uang untuk bayar UKT." Faisal membuka percakapan diantara keduanya.

Hanum ingat dengan Erwin sepupu Faisal yang sekarang ini menjadi anggota dewan di Linggau. Keputusan merantau ke Linggau dulu juga karena ajakan dan bantuan dia mendapatkan proyek pemerintah. Namun setelah menjadi anggota dewan, dia tidak meneruskan usaha kontraktor proyek pemerintah lagi. Pernah ada tender yang diambil dan ditangani oleh Faisal. Saat itu Faisal sampai bolak balik melengkapi semua persyaratan tender, namun kalah bersaing dengan kontraktor bayangan pejabat yang berwenang saat itu. Padahal panitia sudah memberi lampu hijau pada Faisal, tapi memo yang bertandatangan pejabat mampu menggeser keputusan.

"Terus bagaimana tanggapan Dang Win tentang itu?" Hanum penasaran juga dengan komentar sepupu suaminya itu.

"Dia bilang kenapa nggak ngomong dari bulan lalu, siapa tahu bisa bantu. Ayah bilang malu karena jumlahnya cukup besar, Rp 11 juta untuk UKT 1 semester. Sedangkan kita tahu kalau Erwin baru menikahkan anaknya sebulan yang lalu. Terus dia cerita lagi berjuang untuk dapat posisi sebagai wakil ketua dewan, katanya dapat insentif yang lumayan. Dia bernazar kalau gol mau membiayai kuliahnya Faras." ujar Faisal lagi dengan nada yang penuh harapan.

"Semoga Allah memudahkan jalannya dan mewujudkan niat baik Dang Win. Hanya Allah yang tahu apakah ini jalan terbaik untuk pendidikan Faras atau bukan. Kita hanya berdoa yang terbaik untuk Dang Win dan Faras" Hanum menyikapi hal itu dengan bijak, karena tahu Allah yang memegang kendali atas semuanya.

"Katanya sih keputusan penentuan wakil ketua sebulan lagi. Semoga saja dia terpilih jadi wakil ketua dan bisa membantu biaya kuliah Faras" ucap Faisal masih terlihat berharap Erwin terpilih.

"Berharap boleh Yah, tapi jangan disimpan di hati. Apalagi ini menyangkut kehidupan politik yang penuh ketidakpastian. Jangan sampai kita mendahului takdir Allah." Hanum berusaha mengingatkan Faisal agar tidak kecewa nantinya.

Faisal hanya bergumam menanggapi ucapan Hanum, mungkin merasa dipatahkan harapannya. Tapi dia juga menyadari perkataan Hanum benar adanya, karena melihat sendiri bagaimana para anggota dewan berebut posisi.

"Ayah nggak mencoba tanya Dang Win, untuk usaha kontraktornya dijalankan lagi nggak?" tanya Hanum merasa perlu menanyakan itu.

"Dia nggak mau terjun di usaha kontraktor lagi, takutnya jadi masalah nanti".

"Ayah bilang saja kalau yang menangani perusahaan itu Ayah, buat akte pengalihan tanggungjawab perusahaan dari Dang Win ke Ayah."

"Tapi Ayah nggak mau ke Linggau itu karena nanti ketemu Mang Fahmi, terus ditagih hutang lagi." elak Faisal

"Yah, ada kalanya kita harus berani menghadapi masalah karena itu untuk menyelesaikannya. Ayah tinggal bilang akan berusaha mencicilnya saat dapat pekerjaan proyek. Pasti dia mengerti kok" saran Hanum yang sudah membaca penolakan suaminya itu.

"Bilang selama 3 tahun ini tidak ada pekerjaan dan pekerjaan sebelumnya juga nggak tahu bagaimana ceritanya nggak menghasilkan uang, bahkan mobil pun sudah dijual untuk menutupi pembayaran material. Itu yang menyebabkan Ayah jadi berhutang dengan Mang Fahmi. Jujur saja dengannya" Hanum masih berusaha untuk memberikan saran pada Faisal.

"Nantilah, Ayah pikir-pikir dulu. Apa memang sudah siap kembali ke dunia kontraktor dengan segala resikonya atau belum" putus Faisal sambil membereskan peralatan di ruang tengah.

Hanum tak berusaha untuk meneruskan pembicaraan, karena dia sudah tahu akan seperti apa kalau dipaksakan membahasnya lebih lanjut. Dia hanya menatap Faisal yang kembali masuk ke dalam kamar, dan mengelus nada untuk tetap bersabar menghadapinya.

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!