Bab 17 Menikmati Takdir

Mendekat pada Sang Pencipta akan memberikan ketenangan, dan harapan itu akan selalu tumbuh kembali. Namun sifat manusia pada umumnya baru mendekat pada Sang Khaliq di saat dalam keterpurukkan, Seakan lupa pernah merasakan nikmatnya berjaya dan serba berkecukupan, membuatnya lupa akan kehadiran Sang Khaliq. Dan Hanum pun menyadari akan hal itu. Dalam sujudnya di sepertiga akhir malam, banyak sesal yang disampaikan pada-Nya, karena sempat terbuai dengan nikmat duniawi. Dan kini, dikala Sang Pemilik Kehidupan memberikan ujian sebagai wujud kasih sayangNya, Hanum baru mendekat kembali. Seperti malam ini, dia menghiba, merayu Sang Pemilik untuk memperhatikannya kembali. Dalam lantunan doa yang diucapkannya, banyak harapan yang diminta dengan sepenuh hati.

Di keheningan malam yang mendekati akhir, hanya suara angin yang masih terdengar iramanya. Hanum menengadahkan kedua tangannya, memohon kekuatan dan pertolongan Allah.

"Ya Allah Ya Robbana, Engkaulah sebaik-baik penolong, dan hanya Engkau yang mengetahui apa yang akan terjadi pada kami esok hari. Berikanlah kekuatan kepada hambamu ini untuk bisa melalui ujian kasih sayangMu. Hamba sadar kalau selama ini telah lalai dengan-Mu, terbuai dengan harta yang Engkau titipkan. Hamba terlalu sombong mengakui yang bukan milik hamba, hingga Engkau mengingatkan kembali dengan cara-Mu. Terima kasih Ya Allah Engkau telah mengambilnya, sehingga hamba tidak terjerumus dalam kesombongan yang lebih dalam. Hamba yakin Engkau memiliki maksud yang lain dengan ujian ini. Hamba ikhlas Ya Allah, bismillah hamba bisa melalui semua ujian ini melalui pertolongan-Mu. Mudahkan hamba untuk melaluinya dan tetaplah berikan petunjuk-Mu agar hamba tidak salah melangkah" sepenggal doa yang Hanum lantunkan menjadi penawar kegundahan.

Selesai memanjatkan doa, kemudian dilanjutkan dengan berdzikir. Hanum begitu terlarut dalam dzikirnya, sampai terlihat menetes air mata di pipinya. Beban berat yang harus dipikulnya untuk menafkahi keluarga kecil mereka, membuatnya untuk menjadi wanita yang kuat, tidak egois dengan memikirkan keinginannya sendiri. Ingatan Hanum kembali mengenang beberapa puluh tahun yang silam, saat dirinya masih di Sekolah Dasar.

Flashback 30 tahun lalu

Ayah Hanum lulusan SMA yang beruntung menjadi ASN, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Hanum merupakan anak pertama dengan 4 orang adik, 3 orang laki-laki dan yang terakhir perempuan. Saat itu yang sudah bersekolah baru Hanum di kelas 4 dan Sanny di kelas 2. Gaji ASN dengan latar belakang pendidikan SMA tidaklah besar, padahal saat itu mereka juga belum punya rumah, masih mengontrak dan sering berpindah-pindah mencari kontrakan yang murah. Untuk makan sehari-hari kadang ibunya memasak telur satu butir lalu dicampur dengan parut kelapa atau dicampur tepung terigu, agar bisa dimakan sekeluarga. Sering juga mereka makan hanya dengan kerupuk dan kecap atau kuah bumbu sop. Hanum kecil sudah belajar cari uang dengan membantu berjualan susu sapi segar milik tetangganya setiap sore. Dia menjajakan susu dengan berjalan kaki sejauh 10 km. Tapi Hanum tidak pernah mengeluh lelah, karena mendapat bayaran setiap botol yang laku sebanyak Rp 25. Kadang pulang sekolah juga ikut kuli membungkus kerupuk meskipun tidak setiap hari, tergantung produksinya. Semua upah yang didapatkannya selalu diberikan kepada sang Ibu, paling dia hanya mengambil untuk jajan sekali. Hanum sudah ditempa menjadi pribadi yang kuat sejak kecil, dituntut untuk selalu bekerja keras dan hidup prihatin.

flashback end

Dan sekarang di usianya yang sudah mendekati 50 tahun, kejadian masa kecil itu kembali terulang. Dia harus membuat kue untuk membiayai keluarganya. Untuk makan pun harus menunggu dulu hasil jualan baru beli beras dan lauknya. Namun dia tidak pernah menceritakan masalah ini pada keluarganya ataupun sahabat-sahabatnya. Hanya Teh Nunung yang tahu, karena berkaitan erat dengan amanah yang diembannya di komunitas ODOJ. Saat mulai terlihat tanda-tanda perekonomian keluarganya menurun, Hanum mengajukan resign dari amanah yang diembannya. Namun Teh Nunung dan pengurus yang lain malah meminta lanjut, dengan alasan koordinasi pekerjaan banyak melalui daring.

Saking terlarutnya dalam kenangan masa lalu, sampai Hanum tak menyadari adzan Subuh sudah berkumandang. Hanum langsung menunaikan sholat Subuh, dan lanjut bersiap menggoreng kue yang akan dijualnya.

"Bu, tempat kue yang satunya mana? Yang ini nggak bisa menutup rapat karena kunciannya patah" tanya Faisal sambil menunjukkan tempat kue yang tutupnya tidak berfungsi lagi.

"Coba cari di dalam lemari dapur, rasanya sih disimpan disitu. Kalau nggak ada di lemari, berarti di rak besi." jawab Hanum

"Tapi yang ini lebih kecil, apa muat untuk Cireng? Hari ini menggoreng berapa?"

"Seperti biasa 150 pcs. Coba ditukar dengan tempat roti goreng, kan ukurannya sama dengan yang rusak itu!" saran Hanum setelah melihat tempat kue pengganti.

"Oke kalau begitu, biar Ayah lepas dulu gambar roti gorengnya, terus nanti dipasang di tempat yang lebih kecil ini"

"Yang kemarin habis semua roti goreng sama Cireng nya?"

"Alhamdulillah habis."

"Alhamdulillah"

"Ayah tuh mulailah cari kerja lagi, nggak ada salahnya kalau mencoba menerima tawaran dari Barata!" Hanum mencoba mengingatkan lagi suaminya.

"Ayah tuh sudah nggak mood mengerjakan penagihan seperti dulu, rasanya telinga sakit dan kepala pusing. Mungkin karena sudah terbiasa nggak mendengar nada-nada bicara yang keras dan penuh intimidasi." jawab Faisal terus terang menyiratkan penolakan atas tawaran Barata.

"Yah, kewajiban mencari nafkah itu ada pada suami selaku kepala keluarga. Kalau istri tuh hanya membantu. Nah kalau Ayah nggak pernah mencoba mencarinya bagaimana memenuhi tanggung jawab sebagai kepala keluarga?" pelan-pelan Hanum mengingatkan tugas suami.

"Lah siapa bilang Ayah nggak mencari, selama ini juga Ayah mencoba mencarinya, memang belum rejeki saja" elak Faisal

"Cobalah Ayah tuh keluar rumah, mungkin datangi komplek perumahan yang masih membangun" ucap Hanum lagi

"Kalau memang belum rejeki, mau dimana pun nggak akan berhasil Bu. Sudahlah kita ikuti saja apa yang terjadi setiap harinya." ujar Faisal lagi.

"Iya betul. Itu kalau memang kita sudah berupaya mati-matian. Lah kita berusaha saja belum, terus harus pasrah dengan takdir gitu? " tanya Hanum lagi dengan nada yang sebal

"Sudahlah Bu, kita bahas ini ujung-ujungnya ribut. Sekarang sih tinggal kita jalani saja apa adanya. Kalau takdir kita tertulisnya seperti ini, ya sudah kita nikmati saja" ujar Faisal lagi tanpa ada rasa bersalah sedikitpun .

Hanum hanya bisa menggelengkan kepala dan mengusap dadanya mendengar ucapan Faisal.

"Yah, dalam ada dua jenis takdir dalam Islam, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram.

Takdir muallaq adalah ketetapan Allah SWT yang masih dapat diubah melalui usaha, sedangkan takdir mubram adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT yang sudah pasti terjadi dan tidak dapat diubah. Nah mencari nafkah itu termasuk takdir Muallaq, jadi harus kita yang mengubahnya." Hanum masih berusaha membuka fikiran Faisal.

"Sudahlah nggak usah bahas masalah ini lagi, bikin suasananya jadi nggak enak saja. Hidup kita susah seperti sekarang ini, karena memang sudah takdir Allah, jadi kita nikmati saja." balas Faisal sambil berlalu kembali ke kamar.

"Astaghfirullah... Ya Allah lembutkanlah hati suami hamba, bukakanlah fikirannya agar mau berikhtiar untuk mencari nafkah" doa Hanum.

Karena sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang malas, dan Hanum tidak ingin suaminya menjadi orang yang malas. Makanya berulang kali diingatkan, diberitahu, disupport supaya tetap berikhtiar, meskipun hasilnya belum pasti. Minimal ikhtiar itu sudah dikerjakan, dan biar Allah yang menentukan hasil akhirnya.

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!