Bab 12 Tamu Kejutan

Menyambut pagi di akhir pekan memang selalu menyenangkan, meskipun kadang kita tidak tahu apa yang membuatnya senang. Pagi ini cuaca juga cukup bersahabat, cocok untuk keluar rumah melakukan aktivitas sehat. Hanum yang biasanya sibuk menyiapkan jualan sejak subuh, hari ini justru memilih untuk menikmati segarnya udara pagi. Dia memutuskan jalan kaki keliling bersama Ibu Merry, tetangga yang kebetulan seusia. Jam 05:30, Hanum berangkat mengenakan setelan training warna abu-abu, topi golf dan sepatu kets.

Jogging di sepanjang Pantai Panjang menjadi pilihan mereka pagi ini, yang ditempuh dari rumah selama 25 menit dengan berjalan kaki. Mereka sengaja memilih jalan memotong melalui perumahan warga, tidak melalui jalan raya, agar terhindar dari kebisingan kendaraan. Memasuki area pantai ternyata sudah cukup ramai, padahal matahari masih mengintip setengah dari peraduannya. Udara terasa lebih segar meski tercium aroma laut dan angin pun berhembus dingin membawa butiran air laut yang menempel ke kulit wajah. Tampak gulungan ombak yang tenang, menuju bibir pantai seakan mengantri giliran. Hanum dan Bu Merry berlari-lari kecil sepanjang jogging track. Di wajah mereka terpancar semangat dan kenikmatan menyusuri jogging track yang diapit laut dan deretan pohon pinus. Tanpa mereka sadari, jarak yang dilalui sudah cukup jauh dari titik kedatangan. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk mengulang perjalanan kembali ke tempat awal.

Akhir pekan akan menjadi pasar dadakan di sepanjang Pantai Panjang, ramai oleh para pedagang. Kalau di pagi hari banyaknya yang menawarkan sarapan, gorengan serta aneka kue. Sedangkan sore hari diisi oleh pedagang yang menjajakan pakaian, aksesoris, mainan bahkan aneka sandal dan sepatu. Melihat semua itu, insting Hanum langsung menyala, dia sudah tahu apa yang bisa dilakukannya untuk mensiasati masa libur di kampus.

Otak encer Hanum langsung bekerja, mulai mengkalkulasi dan menganalisa benefit serta kekurangan yang akan berimbas dari keputusannya. Tangan Hanum rasanya sudah tidak sabar untuk segera mencorat-coret apa yang ada dalam pemikirannya. Itulah yang mendorong langkah Hanum semakin cepat, sampai lupa kalau dia sudah meninggalkan Bu Merry jauh di belakang. Hanum baru tersadar saat Bu Merry memanggilnya dan menunjukkan nelayan yang sedang menggelar aneka jenis ikan.

"Bu Hanum, kita lihat ikan yang lagi digelar itu dulu! Sepertinya cukup menggoda untuk belanja" ajak Bu Merry

"Ikannya masih segar-segar nih Bu, silahkan dipilih." wajah semangat nelayan menawarkan dagangannya cukup memancing perhatian pejalan kaki yang lewat.

Tampak lima ember yang sudah berisi ikan ditawarkan kepada pengunjung yang mendatanginya

"Berapa seember Pak?" tanya Bu Merry sambil menunjuk ember pilihannya.

"Rp 30.000 Bu. Murah nih" jawab pedagang ikan

"Nggak bisa kurang lagi harganya Pa?" tawar Bu Merry

"Itu sudah murah Bu. Saya jualnya dibawah harga pasar" tolak pedagang ikan.

Tanpa banyak tawar menawar lagi, Bu Merry langsung menyelesaikan transaksi jual belinya. Hanum tidak ada niat untuk belanja, mengingat di rumah hanya berdua dengan sang suami, jadi memilih masak yang simple dan nggak perlu waktu prepare lama.

Sepulangnya di rumah, Hanum melihat jam dinding ternyata sudah pukul 9. Dia segera mandi dan melaksanakan shalat Dhuha. Hanum percaya dengan semakin dirinya mendekat kepada Sang Pencipta, semakin mudah baginya untuk menjalani berbagai ikhtiar, dan semakin banyak keberkahan yang diraihnya.

🌾🌾🌾🌾🌾

Hari Senin bagi sebagian orang adalah hari yang super sibuk, namun bagi Hanum semua hari itu sama saja. Dan rutinitas pagi Hanum pun sama, menyiapkan kue untuk jualan, menyiapkan sarapan dan membereskan rumah. Yang berbeda hari ini adalah dia melewatkan memasak untuk sarapan, karena langsung on the way ke kampus. Dua box kue transparan berisi susunan kue yang rapi sudah siang angkut. Jumlah yang dijual hari ini mulai dikurangi lagi menjadi 25 roti goreng dan 40 Cireng isi ayam suwir. Berboncengan motor dengan sang suami, mereka berangkat dengan semangat dan penuh harapan baru. Beruntung sekali Hanum pernah diajak Faras ke kampus dan diberitahu posisi kantinnya. Kedatangan Hanum bersamaan dengan vendor lain yang menitipkan tahu isi pedas.

"Assalamualaikum Teh, mau nyimpan kue" pamit Hanum sambil tersenyum ramah ketika melihat Teteh penjaga kantin sedang mengelap meja besar untuk memajang makanan yang mulai berdatangan.

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi warahmatullahi. Eh iya ini ibunya Faras ya? Saya sudah diberitahu Arif sejak satu minggu lalu kalau yang mengirim kue nanti ibunya." Jawab Teteh tak kalah ramahnya menyambut Hanum.

"Terima kasih Teh, mungkin nanti saya akan mengambilnya sisanya agak cepat sekitar jam 16:00. Dan ini ada sedikit oleh-oleh untuk Teteh ngemil sambil nungguin pembeli." ujar Hanum sambil memberikan paper bag yang ditentengnya terpisah.

"Iya tidak apa-apa Bu, silahkan. Masya Allah Ibu ini selalu mengirimkan kami makanan, jadi merepotkan Ibu saja." jawab Teteh sambil tersenyum sungkan.

"Nggak merepotkan sama sekali. Rejeki jangan ditolak ya, biar berkah untuk semua" saran Hanum tersenyum tulus.

"Terima kasih Ibu, hati-hati di jalan."

"Insya Allah. Permisi dulu ya Teh. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh." pamit Hanum berbalik menuju parkiran motor.

Sampai di parkiran, dilihatnya Faisal masih duduk di motor. Begitu Hanum sampai di sebelahnya, Faisal langsung menstater motor.

"Bu, kita muter-muter ke pantai dulu ya, biar sekalian refreshing. Sudah lama juga Ayah nggak mengunjungi pantai." ajak Faisal ke istrinya saat mereka sudah keluar dari parkiran kampus.

"Boleh. Kalau Ibu mah sering jalan-jalan ke sini, kemarin sama Bu Merry juga olahraganya sampai sini." ujar Hanum menerima ajakan Faisal

Tring... Tring... Tring....

Belum juga mereka berjalan jauh sudah dikagetkan dengan bunyi telpon Faisal. Terpaksa Faisal menepikan motornya terlebih dahulu, baru melihat handphone. Tertera miss call dari Barata. Faisal kembali memasukkan handphonenya ke saku jaket, tanpa berniat untuk menelpon balik. Baru juga saku jaketnya ditutup, dering handphone kembali terdengar. Terpaksa Faisal mengangkatnya walaupun dengan sedikit menggerutu.

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi warahmatullahi. Ada apa sih Le nelpon terus? Gue lagi naik motor, sampai harus berhenti dan minggir gara-gara telpon elu" tanya Faisal cukup keras bicaranya mengimbangi jalanan yang ramai.

"Ya mana gue tahu kalau elu lagi di motor. Gue hanya ingin kasih kabar kalau ada penawaran kerja yang bagus nih. Tapi sepertinya kita perlu bertemu langsung untuk membicarakannya, tidak cukup melalui telpon" beritahu Barata, sahabat Faisal.

"Begitu ya. Kapan memang kita akan bertemunya? Dimana?" tanya Faisal lebih lanjut.

"Aku sama David ke rumah elu sekarang. Nanti kita ngobrol-ngobrol dulu lah, biar sama-sama enak" jawab Barata.

"Ya sudah gue tunggu kalian di rumah. Sudah ya gue jalan dulu sebentar, nanti setelah balik ke rumah baru dishare lokasinya" putus Faisal langsung menutup telponnya.

"Bu, sepertinya nggak jadi jalan-jalan. Si Barata mau ke rumah, katanya ada yang mau dibahas." beritahu Faisal kepada Hanum.

"Kalau memang seperti itu, sebaiknya kita pulang saja. Biar Ibu juga bisa menyiapkan cemilan untuk menjamu tamu kita" putus Hanum tulus.

Akhirnya sepeda motor itu berputar arah, kembali menuju rumah mereka. Sesampainya di rumah, Hanum langsung menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk cemilan. Dia sudah tahu kalau kesukaan sahabat suaminya itu gorengan, maka bakwan dan pisang goreng jadi pilihan Hanum untuk jamuan tamu tak terduga ya hari ini.

Tak sampai dua jam, tampak mobil Avanza silver berhenti di depan rumah. Faisal yang memang sedang menunggu tamunya, langsung keluar untuk memastikan tamunya. Lalu keluarlah dua orang laki-laki dari pintu pengemudi dan penumpang.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh. Ya ampun jadi terharu disambut langsung seperti ini" canda Barata sambil bersalaman dengan Faisal.

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi warahmatullahi. Iyalah gue harus sambut, kalau tiba-tiba ada tamu yang telpon pun nggak pernah, tiba-tiba bilang mau ke rumah." ledek Faisal membuat keduanya tertawa terbahak.

"Ayo masuk Bar, Vid! Maaf rumahnya kecil, maklum punya orang juga. Hehehe..."

"Meskipun kecil yang penting masih bisa melindungi keluarga." ucap David duduk di sofa tunggal. Sedangkan Barata dan Faisal masing-masing menempati sofa panjang.

Tak lama kemudian Hanum datang sambil membawa nampan yang berisi 3 gelas kopi dan sepiring gorengan bakwan serta pisang goreng.

"Mau ada tamu agung rupanya, sampai nggak jadi berkeliling memanjakan mata. Hehehe.." ujar Hanum penuh nada canda

"Apa kabar mbak Hanum? Itu sih si Faisal nya saja yang malas Mbak, aku kan bilang nggak apa-apa kalau mau pergi dulu. Bagaimana kabarnya Mbak?" tanya Barata sambil bersalaman dengan Hanum diikuti oleh David.

"Alhamdulillah baik. Kabar Hera dan anak-anak bagaimana?"

"Alhamdulillah mereka juga sehat. Ini aku lagi ada yang mau diomongin sama Faisal, mudah-mudahan saja cocok dan berjodoh."

"Aamiin. Silahkan sambil dinikmati, saya tinggal ke dalam dulu" ujar Hanum lalu kembali ke dalam.

Setelah Hanum masuk, mereka bertiga mulai berbicara dengan serius.

"Jadi Bu Juli, eks boss kita dulu alias emaknya si David ini dapat SPK dengan Bank Bxx untuk menangani debitur KPR yang bandel di seluruh Indonesia. Nah dia perlu tenaga untuk per wilayah. Karena sistemnya itu harus ada bukti lapangan/kunjungan ke debitur, baru bisa diklaim komisinya ke pihak bank." Barata mencoba menjelaskan mekanisme pekerjaannya.

"Terus hitungan komisinya buat gue sendiri bagaimana dan berapa persen?" tanya Faisal cepat.

"Nah kalau urusan hal seperti itu ke bos nya langsung saja. Vid, coba jelaskan ke Faisal hitung-hitungannya!"

"Jadi begini Bang. Sebetulnya besaran komisi di Bank Bxx dihitung rata-rata sampai dengan 70% kalau semua tunggakan di lunas.

Jikan bayarnya dicicil berapa kali, rate-nya 50%. Dan jika hanya bayar bunga tertinggal, tanpa pokok pinjaman komisinya 30%. Tapi ini berlaku sistem komisi berlayer ya Bang." terang Barata

"Nah hitungan komisi untuk Abang berapa? Saya bayar 50% untuk setiap tagihan yang lunas baik dicicil atau tunai. Ini saya berikan karena semua fasilitas penagihan ditanggung Abang." tambah David.

"Boleh lihat contoh kasusnya seperti apa, terus pola kerjanya bagaimana?"

"Misal ada yang berhutang, hutang pokok, hutang bunga dan hutang lancar. Hutang lancar itu hutang pokok ditambah hutang bunga, kalau dilunasi langsung boleh mengajukan pengurangan atau potongan tunggakan."

Akhirnya sampai hampir 2 jam mereka membahas tentang penagihan KPR, baru didapat gambaran yang pasti dan jelas akan seperti apa pola kerjanya.

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!