Bab 11 Dilema Kampus Libur

Tanpa terasa waktu bergulir tanpa kita sadari. Para mahasiswa telah menyelesaikan masa perkuliahan semester genap, dan mulai bersiap memasuki masa libur. Libur semester genap ini memang sangat panjang, hampir 3 bulan. Karena mereka sudah mulai libur bulan Juli dan baru kembali ke kampus akhir bulan September. Hanum sempat survey ke pedagang-pedagang di sekitar kampus, dan jawabannya sama. Penjualan mereka turun drastis kalau libur panjang seperti ini, sedangkan sewa tempat mereka tetap berjalan. Hanum hanya tersenyum mendengar keluhan itu, mungkin mereka lupa saat lagi ramai jualannya mereka bisa menutupi 3 bulan yang sepi ini. Tapi itulah sifat manusia, selalu melupakan kebaikan yang tak terlihat dan mengeluhkan kekurangan yang didepan mata. Hanum minta pendapat Faras untuk menghadapi liburan ini. Faras bilang kalau di grup vendor tidak ada pemberitahuan kantin libur, berarti masih tetap bisa menitipkan jualannya. Hanya memang tidak banyak bahkan nyaris tidak ada mahasiswa yang ke kampus. Kalau libur semester ganjil, paling lama 1,5 bulan, banyak mahasiswa yang dari luar provinsi masih bertahan di mess, tapi kalau libur semester genap pada pulang semua. Paling yang datang calon mahasiswa baru yang ingin tahu suasana kampus.

"Ras, coba cek perjanjian vendor itu poin berapa lama vendor boleh tidak titip barang, apa termasuk dalam waktu libur juga!" pinta Hanum biar mendapat gambaran lebih jelas

"Jika dalam waktu 4 Minggu dihitung dari kalender akademik, maka secara otomatis dianggap mengundurkan diri. Harusnya sih libur ini tidak termasuk dalam kalender akademik, jadi kalau nggak nitip juga nggak apa-apa." terang Faras menjelaskan klausul perjanjian vendor.

"Ok. Berarti sudah jelas ya, jika Ibu memilih libur berarti tidak menyalahi aturan. Nah sekarang yang harus kita fikirkan bagaimana mencari income di luar kampus" ujar Hanum sambil merenung

"Kalau Ibu jualan online di sini bagaimana peluangnya?"

"Sulit Nak. Beberapa tetangga disini hanya akan membuat jualan pakai sistem Pre Order. Itupun yang belanja bukan orang sini, tapi dari luar, bisa jadi orang tua teman anak-anaknya. Terus daya jual disini rendah, gorengan tuh mau apapun jenisnya sudah melekat harga Rp 1.000."

"Iya juga ya. Soalnya Faras lihat di depan yang jualan makanan seperti gorengan murah yang laku. Terserah Ibu sih, kalau mau nyoba nitip boleh saja misal ngetes 1 Minggu awal liburan. Terus buatnya sedikit saja"

"Kamu mau mendaki itu kapan memang?"

"Tadinya mau awal liburan, tapi si Dadan masih ada yang mau diurus proposalnya. Bisa jadi Minggu kedua atau ketiga baru berangkat"

"Berarti kita masih bisa ngetes pasar ya satu atau dua Minggu. Mudah-mudahan saja tetap ada yang belanja. Lumayan meskipun hanya laku 30 atau 40 pcs sehari, masih ada pendapatan."

"Kalau nggak nitip sama sekali kan bisa nol uang kita"

"Siaplah. Tetap harus semangat Bu... semangat...." teriak Faras sambil mengangkat tangan dengan hari terkepal.

🌾🌾🌾🌾🌾

Hari libur dimulai dan sesuai yang disampaikan Faras kalau kantin tetap buka, mungkin mereka melayani para pegawai di kampus tersebut. Hanum hari ini menitipkan 50 pcs Cireng dan 30 Roti isi ragout pedas. Meskipun tidak berekspektasi banyak, tak urung juga Hanum merasa deg-degan menunggu sore hari saat retur dilakukan.

Seperti biasanya jam 16:00 Faras akan berangkat untuk menghitung stok kue. Namun yang berbeda hari ini, dia berangkat bareng Rizki, jadi nebeng di motor dia.

"Bu, Faras mau terus pergi sama Rizki, Ardi, Dadan dan Cakra." beritahu Faras supaya ibunya tidak merasa khawatir

"Mau jalan kemana? Nggak kesorean? Nanti nggak pada sholat lagi?" tanya Hanum khawatir anak-anak melupakan kewajiban ibadahnya.

"Insya Allah nggak lupa lah, kita langsung pergi kok setelah ngambil tempat kue. Nanti sholat di Mesjid Akbar saja'

"Oh ya sudah. Kabari saja kalau kuenya tersisa berapa, terus kalian makan atau bagi-bagi juga nggak masalah" saran Hanum sambil menutup pintu depan

Selesai mandi, Hanum sengaja duduk di teras sambil membaca buku Hadist Arbain. Dia memang sedang mengikuti kajian hadist secara Online tiap akhir pekan, kebetulan pekan lalu hujan deras mengguyur sehingga sinyal internet mengalami gangguan. Akhirnya dia mencoba membaca mandiri, biar nanti tinggal ditanyakan kalau ada yang kurang faham. Kemudian terdengar dering handphone yang dia taruh di meja tamu, terlihat nama Faras.

"Assalamualaikum Ras.. Bagaimana kuenya? Habis?" tanya Hanum yang sudah sangat yakin itu yang dikabarkan Faras

"Untuk Roti goreng masih ada sisa 10, terus cireng tersisa 15." jawab Faras

"Alhamdulillah.. Ya sudah dibagikan saja. Bagi juga Teteh yang jaga kantin sama satpam kampus" instruksi Hanum dengan wajah lega, karena ternyata tidak sesepi yang dikhawatirkan.

"Ok. Ya sudah Faras pergi dulu, mungkin baliknya jam 10 an nanti." pamit Faras

"Ya, hati-hati di jalan, jangan ngebut mengemudinya" pesan Hanum

"Iya. Assalamualaikum "

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi warahmatullahi "

"Alhamdulillah ya Allah, Engkau masih kirimkan kami rejeki untuk hari ini. Kami masih bisa menikmati rejekiMu yang halal, bismillah berkah bagi kami sekeluarga" doa Hanum penuh rasa syukur. Memang kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah. Dalam hadist riwayat Muslim dikatakan, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah berkata, 'Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya."

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Besoknya kembali Hanum menitipkan kue dengan jumlah yang sama, diawali dengan doa dan yakin bahwa hari ini pun Allah berikan Rejeki terbaiknya. Justru libur hari kedua ini, jualan Hanum habis tak bersisa., tapi dia tidak akan menambah kuantitasnya. Tanpa terasa dua Minggu sudah menitipkan kue saat mahasiswa libur, meskipun ada hari dimana yang terjual hanya setengahnya, namun itu tak menyurutkan semangat Hanum. Karena dia berprinsip orang berjualan itu sudah harus siap dengan resiko tidak laku.

"Yah, Sabtu besok aku berangkat mendaki, jadi yang ngantar kue ke kampus Ayah saja!" pinta Faras sambil tangannya sibuk packing perlengkapan mendaki.

"Bu, nggak usah jualan saja toh yang lakunya juga nggak seberapa. Libur saja, tunggu sampai mahasiswa kembali berkuliah. Ayah juga merasa sayang kalau ada sisa"

"Libur kuliah masih 2,5 bulan lagi, terus kita mau nyari uang buat makan darimana? Atau Ayah sudah punya pekerjaan sekarang?" tanya Hanum dengan nada suara yang ketus

"Ya nggak begitu juga Bu. Ini kan hanya sekedar saran, biar Ibu bisa istirahat" jawab Faisal tanpa meras bersalah

"Bagi Ibu selama masih ada peluang, tidak akan Ibu sia-siakan. Meski jualan ibu tak sebanyak saat tidak libur, tapi itulah ikhtiar kita menjemput rejeki Allah. Masalahnya perut kita ini tidak bisa dibiarkan kosong menunggu hingga mahasiswa masuk. Kalau memang mau puasa Daud, nggak apa-apa kita jualannya juga selang seling" ucap Hanum dengan nada datarnya.

"Perasaan kalau Ayah yang ngomong selalu saja salah bagi Ibu. Ya Ayah juga tahu diri, mentang-mentang sekarang numpang makan sama Ibu, jadi tidak dihargai sebagai suami" ucap Faisal dengan nada marah.

Hanum dan Faras diam saja mendengar ucapan Faisal itu.

"Kalau nggak Ibu libur saja selama Faras mendaki, ya berarti libur semingguan. Kalau ibu kirim pakai ojek online, habis dong untungnya." saran Faras berusaha bijak, biar tidak memaksa Ayahnya yang sudah menolak menggantikannya.

"Bagaimana nanti saja Nak, kalau memang Ibu juga ingin istirahat ya libur. Paling nanti Ibu buat makanan sedekah Jumat saja dititip ke Bu Rini" tiba-tiba Hanum kepikiran ide yang lain lagi. Biasanya dia sekedar titip uang saja.

"Nah itu saja Bu, lumayan bisa berbagi biar berkahnya tambah banyak. Terus tubuh Ibu juga bisa istirahat beberapa hari, supaya nggak drop lagi"

Namun sepertinya Hanum masih merasa kurang puas dengan keputusan itu, terbukti dia masih termenung, tanda kalau masih ada yang dipikirkannya.

"insya Allah Ayah akan antar kalau memang Ibu mau tetap jualan. Lihat suasana hati Ibu saja dulu, kan yang menjalani semua itu Ibu sendiri" sambung Faisal yang cukup faham kalau istrinya itu masih kekeh ingin jualan.

"Ya sudah, sekarang Faras mau istirahat, karena kalau besok di perjalanan pasti tidak bisa istirahat. Pokoknya terserah Ibu mau jualan atau nggaknya." Faras pun menyandarkan carrier yang akan dibawanya.

Akhirnya malam itu pun berlalu dengan damai tanpa ada keributan. Semoga saja ini jadi awal yang baik untuk keluarga Hanum. Tetesan air hujan terdengar di atap rumah, menjadi musik pengantar tidur penghuninya. Paduan suara kodok menjadi nyanyian gembira akan datangnya cucuran air hujan.

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!