Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat

Meskipun Hanum sudah bertahun-tahun tidak bekerja lagi, tapi hubungan dengan teman-teman kerjanya dulu cukup baik. Mereka masih saling kontak agar silaturahminya tidak terputus. Ada salah satu teman kerjanya yang sekarang sudah punya lembaga pelatihan sendiri, dan mengkhususkan di jasa Asesor, Trainer dan Coach yang bersertifikasi BNSP, namanya Mbak Elvi owner PT. Kalungi. Waktu masih di Lubuk Linggau, Hanum juga ditawari untuk ikutan kelas sertifikasi beberapa kali, tapi saat itu Hanum tidak pegang uang sendiri. Uangnya dijatah oleh Faisal. Untuk sekali pelatihan budgetnya itu minimal Rp 5 juta belum termasuk tiket bis PP. Dari mana dia punya uang segitu, dia hanya mengandalkan pemberian suami. Tapi Hanum tidak menyesalinya, karena dia berfikir memang belum rejekinya untuk menjadi seorang trainer.

Setelah beberapa bulan lalu mereka sempat wa call bahkan sampai 1 jam, dan setelahnya mereka berkomunikasi hanya via chat wa. Grup WA yang berisi 50 karyawan eks Kantor Media massa tempat kerja dulu, cukup ramai dengan notifikasi yang saling berbalas. Grup yang biasanya sepi seperti tidak ada penghuninya, pagi ini menjadi meriah. Hanum mencoba mencari tahu ada kejadian apa di grup itu, ternyata rencana reuni yang diinisiasi oleh para pembesar. Jadi dimulailah pendataan untuk mengetahui peserta yang akan hadir dan menyiapkan tempatnya.

Hanum tidak tertarik untuk ikut hadir, karena pertemuan itu diadakan di Jakarta. Aku melihat list peserta yang akan hadir, salah satunya adalah Mbak Elvi. Kulihat tanggalan yang bertengger di dinding, ternyata waktunya tinggal 7 hari lagi. Pantas heboh sekali grupnya fikir Hanum.

Saat hari H tiba, foto-foto pun mulai berseliweran. Hanum perhatikan foto-foto itu tapi tidak menampakkan keberadaan Mbak Elvi. Karena penasaran, Hanum langsung mengirimkan chat

"Assalamualaikum Mbak Elvi. Bagaimana kabarnya? Sehat? Perasaan Mbak Elvi waktu itu isi list untuk ikut reuni, kok aku lihat foto-foto yang beredar nggak terlihat wajahnya."

Selang 5 menit chat itu berwarna biru, dan tak menunggu lama mbak Elvi langsung membalasnya.

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi warahmatullahi. Alhamdulillah Hanum, kami sekeluarga sehat walafiat. Semoga Hanum juga ya. Aku nggak jadi ikut karena dapat kontrak kerja pelatihan dari Unila say.. Ya bisa saya gue berangkat ke tempat reuni, terus besok paginya balik lagi ke Lampung. Tapi ngapain juga, pentingan nyari duit. Hehehe..."

"Masya Allah... Alhamdulillah barakallahu, iya lah yang satu dapat duit yang satunya menghabiskan duit.. Hahaha..."

Tiba-tiba saja mbak Elvi menelpon langsung, dan mau tidak mau Hanum pun menerimanya. Beruntung ini hari Sabtu, dimana Hanum tidak perlu mempersiapkan bahan-bahan untuk jualan besok. Jadi dia bisa berbincang-bincang dengan bebas.

"Assalamualaikum Hanum. Gue kangen dah sama Lu. Kalau ke Jakarta ngomong dong, biar nginapnya di rumah gue saja." Mbak Elvi langsung saja nyerocos tanpa memberikan kesempatan pada Hanum untuk menjawab.

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi warahmatullahi. Sama dong, aku juga kangen banget malah. Terakhir kita ketemu kan di Lubuk Linggau, yang Mbak Elva lagi perjalanan dari Palembang menuju Bengkulu."

"Iya ya... Ya Allah itu sudah 4 tahun yang lalu. Terus... Terus... Terus... Apa kesibukan lu sekarang?"

"Nggak ada, masih di rumah saja. Hanya sekarang buat kue untuk dititipkan di kantin kampus. Ya lumayanlah buat makan sehari-hari masih bisa tercukupi."

"Hanum, gue ketemu Mas Iqbal kemarin. Ya dia cerita anaknya Si Giva sedang ambil kuliah S2. Yan Allah sedangkan anak gue dua-duanya belum ada yang lulus."

"Loh memangnya Naufal belum selesai? Perasaan ini sudah masuk tahun ke-5 kan?" tanya Hanum heran

"Panjang deh ceritanya. Jadi Naufal itu kan kuliahnya di Poltek dan sudah lulus. Gue bilang, tanggung Bang kalau cuma D3, tambah 1 tahun lagi untuk lulus S1. Dia setuju lah, terus cari jurusan yang relate dengan kuliah dia sebelumnya, tapi begitu test nggak lulus. Akhirnya gue saranin Jurusan Ekonomi Islam saja. Dia nggak protes, berarti setuju kan. Akhirnya daftar dan ikut test. Ternyata lulus, dan langsung mulai kuliah. Terus entah bagaimana ceritanya dia pindah dari tempat kost yang sebelumnya tanpa memberitahu gue dan bapaknya, dan susah sekali menghubungi dia tuh. Karena penasaran Bapaknya nyusul ke kost-an dia yang lama. Baru dikasih tahu temannya kalau Naufal sudah 2 bulan pindah. Bapaknya marah dong, nggak ngasih alamat tempat baru, terus susah dihubungi, akhirnya dia wa "Abi sudah di depan kamarmu, terus difoto". Nah baru habis itu dia bilang sudah pindah, tapi sekarang lagi di luar."

"Sebentar Mbak, bukannya dia kuliah di Depok ? Terus ngekost di daerah mana?"

"Awalnya kost di daerah Pondok Cina, nah sekarang katanya di Tebet. Pas semesteran tiba-tiba Gue dipanggil wali dosen untuk datang ke kampus. Gue sama laki gue berangkat nih, nggak tahu kalau Naufal juga dipanggil. Begitu sudah berkumpul, terus dikasih tahu Naufal tidak ikut ujian tengah semester. Kaget lah gue sama Bapaknya, dan melihat ke Naufal. Dia bilang waktu itu sedang sakit sehingga tidak bisa ikut ujian dan minta ujian susulan. Wali Dosennya bilang nggak bisa, karena hanya yang dirawat yang bisa ikut ujian susulan. Gue cuma berfikir, ya Allah dia kan masih punya keluarga kok ya nggak ngomong sama keluarga, kayak anak terbuang gitu."

"Setelah dijelaskan panjang lebar, akhirnya dia harus mengejar di ujian akhir dan tugas-tugas harian untuk mendapat nilai, walaupun pastinya berat. Dan itu adalah kesempatan terakhir yang diberikan kampus"

"Hanum, lu tahu kan watak gue bagaimana, rasanya gue ingin maki-maki si Naufal, tapi nggak mungkin kan di depan wali dosennya. Gue diam saja nggak ngomong apapun sampai parkiran. Terus laki gue yang nasehatin dia, bls...bla..bla... Gue sakit hati banget, sudahlah gue mati-matian nyari duit buat biaya kuliah, eh dia nya seperti itu. Terus dia sakit, kenapa nggak ngabarin keluarga. Naufal itu punya keluarga yang masih lengkap Hanum, kenapa seakan-akan dia hidup sebatang kara. Dan yang bikin gue sakit hati, pas awal semester baru dikabari bahwa dia sudah di DO dari kampus karena mangkir dari perkuliahan. Pas gue tanya ke dia jawabnya apa coba, kan masuk jurusan Ekonomi Islam bukan keinginan Abang. Maksud gue tuh harusnya dia ngomong dari awal, biar nyari jurusan yang sesuai kemauan dia kah. Lah ini nggak ada ngomong apa-apa"

"Qadarullah ya Mbak, harus seperti itu cerita Naufal. terus sekarang sudah kerja dong?"

"Nah itulah yang jadi awal dia mangkir. Dia berteman dengan selebgram, jadi sering menerima endorse produk. Nah Si Naufal ini yang bagian kameramen, terus editingnya. Kalau digaji pastinya berapa gue nggak tahu, tapi kalau dikasih itu bisa Rp 2 - 3 juta. Kata Sarah temannya Abang itu hidupnya juga mewah Bu, apartemennya luas dan bonafid lah. Tapi Abang kadang tidur di sofa kalau lagi ngumpul teman-temannya. Ya sudah lah dia sudah menentukan jalannya sendiri, gue hanya mantau agamanya saja sekarang"

"Terus Sarah sendiri bagaimana?"

"Lu tahu Sarah kan dari awal, di SD sempat nggak naik kelas. Nah saat ada tekanan dan tuntutan di tempatnya kuliah, dia jadi ngeblank. Padahal sebelumnya dia cukup enjoy dan menikmati kuliahnya. Karena secara mental dia nggak siap dengan ritme belajar yang intens, jadi gue suruh dia cuti dulu 1 tahun. Dan sekarang baru mulai lagi kuliah. Tapi ya itulah harus perlahan-lahan ngasih materi pembelajarannya."

"Terus anak lu sendiri bagaimana Hanum?"

"Kalau anakku semangat tinggi untuk kuliah Mbak, tapi karena kondisi perekonomian kami yang memaksanya untuk mengambil cuti dulu. Aku kan pernah cerita, kondisiku saat ini, jadi dia juga merasa tidak enak hati kalau harus memaksakan diri untuk lanjut kuliah. Ya semoga saja rejeki Allah datang secepatnya, biar dia bisa meneruskan kuliah yang tinggal 1 tahun lagi"

"Kayanya lu memang harus kerja lagi. Coba hubungi Fira, katanya dia sekarang gabung dengan Hilman. Rupanya Hilman itu termasuk pengusaha yang berhasil di Jakarta. Coba lu hubungi Fira dan tanya-tanya peluangnya. Kalau memang ada, Lu saja yang balik ke sini untuk kerja. Suami dan anak lu nyusul nanti."

"Nanti coba aku telpon Fira deh untuk nanya-nanya. Kalau di Bengkulu ini peluang kerja sangat sulit, harus ASN. Lah usiaku yang setengah abad sudah tidak memungkinkan untuk jadi ASN. Kalau melamar di tempat lain mah nggak masuk hitungan mbak, karena faktor usia."

"Iya sih, sekarang yang dicari usia muda, biar bisa dibayar murah. Lu jadi affiliate Kalungi saja. Lumayanlah dapat fee 10%."

"Boleh banget mbak, kirim saja flyernya biar aku bantu pasarkan. Iseng-iseng berhadiah."

"Kalau dekat sih tiap ada kelas training gue suruh lu ikutan gratis full, hanya untuk sertifikasinya tetap harus bayar. Karena uang sertifikasi bukan buat gue, tapi memang dibayarkan ke BNSP. Lu punya 2 jenis sertifikasi saja, sudah bisa ngasih training nantinya."

"Doakan Mbak, mudah-mudahan ada jalan dari Allah untuk bisa pindah lagi ke Jakarta."

"Eh iya, gue mau transfer Lu karena sudah dibantu untuk urusan perpajakan yang bulan lalu. Gue nggak bisa bayar kalau ngacu ke tarif konsultan pajak, ini sih anggap saja gue lagi berbagi rejeki karena kerjaan gue bulan kemarin dapatnya lumayan."

"Masya Allah... Alhamdulillah barakallahu.. Nggak apa-apa lagi mbak, kalau memang bisa bantu malah aku senang loh, paling enggak ilmunya masih ada yang nyantol."

"Ini rejeki lu, jangan nolak ya. Pokoknya gue tunggu nomor rekening loh, mau gue transfer langsung. Sudah dulu, gue mau jalan ketemu orang nih."

"Ya hati-hati Mbak. Insya Allah kita ngobrol lagi lain waktu."

"Ini nomor Rekening aku Mbak, BCA 1023987543. Semoga Allah mengganti rejeki Mbak Elvi dan keluarga dengan berlipat ganda, usahanya berjalan lancar dan makin banyak kliennya. Aamiin"

Ting....

Tak lama berselang masuk notifikasi email ke handphone Hanum, ternyata ada uang masuk sebesar Rp1,5 juta. Hanum tak hentinya bersyukur atas rejeki yang Allah kirimkan dan mendoakan semoga Mbak Elvi makin sukses. Lalu dia kembali membuka room chat dengan Mbak Elvi

"Masya Allah.. Barakallahu... Alhamdulillah. Nggak salah ini jumlahnya Mbak?" tanya Hanum ragu-ragu

"Nggak say, insya Allah Gue dapatnya agak lumayan bulan lalu, biar lu ikut merasakan rejeki yang gue dapat. Semoga bermanfaat dan berkah ya"

"Aamiin. Sangat bermanfaat Mbak. Sekali lagi terima kasih ya"

Hanya emot love yang dikirim Mbak Elvi sebagai akhir dari percakapan mereka. Siapa yang berfikir bahwa percakapan Hanum dengan Mbak Elvi akan berujung dapatnya rejeki. Padahal niat awal Hanum hanya ingin tanya kenapa tidak jadi ikut reuni. Itulah bukti kalau Allah yang mengatur rejeki hamba-Nya. Makanya sering kita dengan silaturahmi membawa rejeki, karena itu berpegang pada hadist berikut

"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahmi." (HR. Bukhari)

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!