Bab 7 Kedatangan Bu Henny

Akhirnya pukul 8:00 pagi ini Hanum dengan diantar Faras berangkat ke Puskesmas naik motor. Sepanjang jalan Hanum terus berdoa semoga hanya demam dan sakit kepala biasa, jangan sampai ada penyakit serius. Hanum tidak siap mendengar kabar yang tidak baik ditengah banyaknya masalah yang dihadapi, karena itu berarti menambah masalah baru. Tak ada pembicaraan diantara keduanya, hanya hembusan angin dari lalu lalang kendaraan di jalan. Hanya perlu 15 menit untuk sampai di Puskesmas, dan tujuannya adalah Dokter Umum. Karena Hanum tidak memiliki BPJS sehingga dia bisa masuk ke pasien umum jadi lebih cepat dilayani dan antriannya tidak banyak.

"Bu Hanum silahkan masuk" panggil perawat di depan ruang periksa yang bertuliskan Dr. Ayu Puspita.

Hanum pun segera masuk dan duduk di depan dokter Ayu.

"Apa nih yang jadi keluhan Bu Hanum?" tanya dokter Ayu dengan ramah.

"Saya demam sudah masuk 5 hari, tapi suhu tubuh saya juga sering naik turun begitu. Terus yang sangat mengganggu ini kepala terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Kalau sudah sakit, sampai keluar air mata dan tidak bisa bangun" jawab Hanum menjelaskan dengan detil yang dirasakannya

"Berarti sakit ya kepalanya, bukan pusing. Mari kita periksa dulu, silahkan naik ke tempat tidur!"

Hanum naik ke ranjang periksa dan merebahkan badannya. Dokter Ayu memulai pemeriksaan dengan teliti, dari mengecek tensi darah, denyut nadi, tarikan nafas serta warna kulit tangan. Setelah dirasa cukup, dia meminta Hanum untuk kembali duduk di depannya.

"Tensi darahnya agak rendah, dan kalau melihat dari ciri-ciri yang Ibu sampaikan ada kecenderungan HB nya juga rendah. Tapi untuk memastikannya bisa melalui cek darah. Apa Ibu mau sekalian cek darah sekarang?" Dokter Ayu terlihat membuat banyak catatan di kartu pasien.

"Boleh Dok, biar sekalian selesai hari ini" Hanum pun menyetujui tindakan yang disarankan Dokter Ayu.

"Suster minta dibantu untuk test darahnya, tapi nunggu 2-3 jam ya Bu untuk hasilnya. Mau ditunggu atau kembali lagi besok?" tanya Dokter Ayu sambil menyiapkan formulir rujukan test darah.

"Saya coba tunggu saja Dok, besok belum tentu ada yang mengantar ke sini."

"Baiklah, silahkan ditunggu Bu Hanum. kita akan bahas nanti setelah hasil cek darah keluar ya.!"

Setelah menunggu hampir 3 jam, akhirnya Hanum kembali dipanggil oleh Dr. Ayu

"Alhamdulillah sudah keluar hasil testnya nih Bu. Seperti perkiraan yang saya sampaikan sebelumnya, kalau ada kecenderungan HB nya rendah." Hanum masih diam menyimak penjelasan Dr. Ayu

"Dari hasil test darah tadi kadar HB, eh Ibu sudah tahu kan HB itu apa?" tanya Dr. Ayu sebelum melanjutkan penjelasannya

"sedikit faham sih Dok. Kalau tidak salah Hb atau hemoglobin adalah sel darah merah bertugas mengikat oksigen dalam darah dan membawanya ke seluruh tubuh." jawab Hanum

"Betul sekali Bu Hanum. Tingkat HB normal untuk wanita dewasa adalah berkisar 12–16 g/dL. Nah ini hasil test HB nya hanya 11, tidak terlalu rendah juga kok. Ibu jangan takut, kalau saya analisa sih ini akibat dari gejala anemia yang Ibu alami. Sekarang tinggal memperbaiki konsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi saja, selain vitamin yang akan saya berikan. Terus kalau bisa untuk beberapa waktu ke depan Ibu rajin konsumsi Sango..on atau Tonik....yer supaya lebih cepat peningkatannya" penjelasan panjang dari Dr. Ayu hanya dibalas dengan anggukan oleh Hanum.

Setelah menerima lembar resep obat, Hanum langsung pamit dan berterimakasih kepada Dr. Ayu serta suster yang mendampinginya. Dia menuju ke bagian obat dan kasir yang jaraknya tidak terlalu jauh.

"Semuanya Rp 250 ribu Bu, sudah sekalian cek darah" kata petugas kasir yang melayaninya.

Hanum lekas mengeluarkan 3 lembar uang berwarna merah yang diterimanya kemarin, dan sekaligus pamit setelah menerima kembaliannya.

Begitu keluar, matanya langsung mencari keberadaan Faras. Ternyata dia sedang asyik ngobrol dengan penjaga parkir, untungnya tempat parkir di Puskemas itu sudah beratap.

"Hayu pulang Faras, sudah mau masuk waktu Dzuhur." ajak Hanum yang tampak sudah lelah

"Ayo Bu. Sudah beres semua kan? Obatnya sudah dapat juga?" tanya Faras sambil mengeluarkan motor dari barisan.

"Alhamdulillah sudah tuntas."

"Mari Pak, terima kasih sudah menemani ngobrol" pamit Faras pada petugas parkir dan tak lupa membayar karcisnya.

"Hati-hati Nak, semoga Ibunya cepat sehat kembali"

"Aamiin"

Karena cuaca yang agak panas, Faras sengaja mempercepat laju kendaraannya. Dia sungguh khawatir melihat wajah pucat dan kelelahan sang Ibu. Hanya perlu 10 menit untuk tiba di rumah, dan mereka melihat pintu rumah yang terbuka serta mobil putih terparkir di depannya. Hanum menghela nafas dan memegang pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut.

"Siapa yang datang Bu?" tanya Faras pelan

"Paling Bu Henny, mau nagih uang kontrakan"

"Assalamualaikum. Eh ada tamu. Sudah lama Bu?" sapa Hanum sambil duduk di sofa sebrang Bu Henny.

"Wa'alaykumsalam. Belum, paling baru 5 menitan lah. Katanya Bu Hanum lagi sakit ya? Sakit apa Bu?" tanya Bu Henny ramah. Karena memang dasarnya dia orang baik,hanya kalau untuk urusan bisnis memang tegas

"Qadarullah Bu, saya sakitnya gejala anemia. Insya Allah sembuh dalam waktu cepat Bu. Maaf nih nggak dijamu tamunya"

"Nggak apa-apa, saya juga nggak lama. Ini mau nanyain uang sewa, karena sekarang kan sudah tanggal 7, berarti sudah mundur 7 hari dari yang seharusnya. Kira-kira saya bisa terima uangnya kapan ya Bu? Tadi Bapak juga nggak bisa ngasih kepastian. Saya nggak bisa kalau begini, karena ini kan bisnis"

"Sebelumnya kami mohon maaf atas keterlambatannya Bu, memang kebetulan saat ini pemasukan kami juga sedang menurun. Jualan baju saya nggak berjalan seperti sebelumnya. Boleh saya minta kelonggaran waktu 3 hari lagi?"

"Tapi 3 hari lagi ini nggak molor kan? Sudah fix ya tanggal 10 dananya masuk?"

"Insya Allah Bu, karena yang mau transfer ke saya bilangnya tanggal 9 gitu. Tapi kalau masuknya lebih cepat, pasti saya langsung bayarkan ke Ibu"

"Baik kalau gitu, saya tunggu ya Bu. Kabari saja kalau sudah ada"

"Pasti Bu. Terima kasih Ibu sudah berkunjung, maafkan saya nggak di rumah"

Bu Henny langsung berpamitan, dan tak lama mobil yang mengantarnya pun meluncur meninggalkan rumah. Hanum yang mengantar sampai teras pun sudah balik lagi ke rumah, badan dan fikirannya yang terasa lelah membuat ia hanya bisa diam dan meneteskan air mata. Adzan Dzuhur membuatnya tersadar, bahwa semua ini qadarullah, takdir Allah yang harus dihadapinya, bukti kasih sayang Allah untuk mereka sekeluarga. Cepat-cepat dia masuk ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya untuk mengatasi hawa panas yang membuat tak nyaman.

Rupanya Faras juga sedang menunggu antrian ke kamar mandi, karena tadi dia sengaja menyimak obrolan Ibunya dan Bu Henny.

"Bu, kita dzuhur jamaah ya, nggak sempat lagi jamaah di Mesjid" ajak Faras sebelum masuk.

Hanum hanya mengangguk, kemudian mengganti pakaiannya karena takut menebarkan virus. Setelahnya dia menyiapkan peralatan sholat, menggelar dua sajadah. Kenapa hanya dua? Karena Faisal dari semenjak Bu Henny pamit, langsung masuk kamar dan nggak ngajak ngobrol apapun.

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Memanfaatkan waktu setelah sholat Isya adalah kesenangan tersendiri bagi Hanum. Dia duduk menyendiri di bangku teras, memandang kerlip bintang yang tetap terlihat terang di langit kelam. Menengok ke tanah kosong di samping rumahnya, tampak banyak kunang-kunang beterbangan, kerlap kerlipnya juga menjadi indah. Sungguh Maha Indah ciptaan Allah...

"Bu, Faras mau ngobrol dulu ya untuk masalah yang kontrakan" ajak Faras sambil duduk di sebelah Hanum, dengan segelas teh hangat di tangannya.

"Apa yang mau diobrolkan?" tanya Hanum tanpa mengalihkan pandangannya dari langit malam

"Faras, sudah ngecek fasilitas SPinjam punya Faras, dapat limit Rp 3 juta. Bagaimana kalau Faras ambil untuk bayar kontrakan bulan ini dan bulan depan. bayarnya nanti dicicil saja 10 kali cicilan." tawar Faras hati-hati. Hanum tertegun dengan tawaran Faras itu, namun hati kecilnya bangga karena perhatian Faras yang begitu besar.

"Kalau kamu ambil Rp 3 juta, juga pasti terimanya nggak sampai segitu. Ya mungkin sekitar Rp2,8 juta."

"Ya nggak apa-apa, berarti bulan depan tinggal nambah kekurangannya Rp 200 ribu lagi. Bismillah bisa dari hasil jualan kue."

"Terus kalau ambil cicilan 10 kali, beberapa besar bayaran tiap bulannya?"

"Rp 370 ribuan, tepatnya sih Rp368 ribu"

"Ya sudah coba diajukan saja, semoga diapprove. Ibu juga sudah menghubungi Om Imam, katanya baru ada 2 harian lagi, tapi itu juga belum pasti. Kita lihat saja mana yang duluan" ujar Hanum sambil menatap Faras.

"Ya sudah besok Faras coba ajukan pinjamannya. Jangan lupa Bu nyiapin cireng isinya untuk tester food beso."

"Siap. Bahan-bahannya sudah siap kok, karena Ibu keburu tepar saja makanya jadi tertunda."

"Ya sudah, ayo kita masuk. Waktunya untuk beristirahat dan menyiapkan hari esok lebih baik lagi"

Keduanya pun masuk bersiap untuk istirahat. Tak lupa Hanum memastikan jendela dan pintu sudah terkunci benar. Lampu ruang tamu pun sudah dimatikan, ruang tengah berganti lampu tidur.

"Ya Allah, akhirnya hamba harus tergelincir dengan pinjaman riba ini, karena tidak ada lagi cara yang bisa hamba tempuh. Maafkan hamba yang lemah ini ya Allah, dan jangan biarkan hamba terjerat dengan pinjaman riba lebih banyak lagi." doa Hanum dalam hati. Dia jadi teringat dengan banyaknya kasus ibu rumah tangga terjerat pinjol, mungkin awalnya juga seperti dirinya, karena tidak ada nafkah dari pasangannya atau karena memang single parent yang penghasilannya pas-pasan.

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!