Bab 6 Hanum Sakit Part 2

Ternyata sakitnya Hanum cukup serius, ini sudah masuk hari ke-3, tapi belum ada perubahan. Suhu tubuhnya naik turun, kadang panas kadang menggigil dan yang bikin nggak bisa bangunnya itu adalah sakit kepala yang terasa ditusuk-tusuk. Faras sudah menyarankan untuk berobat, tapi karena Hanum termasuk yang anti dokter masih terus menolak. Sudah dua hari juga tidak ada kue yang dititipkan, otomatis tidak ada pemasukan. Itulah yang membuat Hanum berfikir ulang untuk berobat ke dokter. Hanum pun melewatkan waktu mengajar tahsin untuk ibu-ibu komplek, untung masih ada temannya yang bisa membackup, meskipun tema pembelajarannya berbeda.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh" terdengar orang mengucapkan salam

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh. Oh silahkan masuk Bu!" kudengan suara Faras yang menjawab salam dan membuka pintu.

"Ibunya ada Bang?"

"Ada Bu, sebentar saya bantu keluar dulu dari kamar. Silahkan duduk!" tak lama suara Faras menghilang, sepertinya menuju ke dapur

Hanum menengok jam, ternyata sudah jam 5 sore,

"berarti itu rombongan ibu-ibu pengajian bertamu." ucap Hanum lirih sambil berusaha untuk bisa bangkit dari tempat tidur. Dengan dibimbing Faras, Hanum menuju ruang tamu menemui tamunya. Setelah memastikan ibunya duduk nyaman di sofa, baru Faras pamit ke dalam. Di meja tamu sudah terhidang minuman kemasan gelas yang ditata di sebuah keranjang rotan. Hanum tersenyum kecil dan memuji kesigapan anaknya menjamu para tamu.

"Ya Allah Bu, saya beneran kaget pas Ibu chat tidak bisa ngajar hari ini. Saya fikir kenapa, eh pas di gerbang ketemu anak bujang terus nanya kenapa. Katanya lagi sakit sudah 4 hari. Sakit apa sebetulnya Bu" tanya Bu Manaf penuh rasa penasaran.

"Ya saya juga mengiranya hanya sakit demam seperti biasa saja, yang bisa langsung membaik setelah istirahat sehari dua hari. Eh rupanya masih betah menemani. He...he...he..."

"Perasaan waktu hari Ahad kemarin ketemu pas belanja sayur belum apa-apa deh" sahut Bu Hani

"Memang baru terasa nggak enak badannya itu pas Ahad malam, persendian terasa ngilu, terus badannya lemas gitu. Tapi saya coba tetap lawan, minum air hangat terus. Sampai selesai masak dan beberes di dapur pas melangkah ke tempat nyuci baju, kesadaran saya hilang dan tergeletak. Anak saya yang bawa ke kamar dan terus mencoba menyadarkan saya. Alhamdulillah nggak lama katanya, pingsannya sekitar 10 menitan"

"Innalillahi kok bisa sampai pingsan sih Bu? Ada gejala darah rendah ya?" tanya Bu Hani lagi

"Iya, saya kalau sedang drop tensinya, kadang pingsan. Terutama kalau habis jongkok lama, begitu bangkit pasti saja langsung keleyengan. Ini sudah ada kali 4 tahun baru kambuh lagi"

"Tapi sudah ke dokter belum Bu? Biar tahu apa penyakitnya" tanya Bu Ati.

"He... He... He... Saya termasuk yang malas ke dokter Bu. Lebih sering didoping madu dan air hangat saja. Tapi ini kalau sampai besok belum membaik, terpaksa saya harus mengunjungi dokter"

"Iyalah Bu, takutnya ada sesuatu yang berbahaya jadi biar bisa cepat ketahuan dan diatasi" saran Bu Ati

"Ya sudah deh Bu, menjelang Magrib nih. Kami pamit ya, semoga cepat sembuh dan rasa sakitnya menjadi berkah. Ini ada sedikit tanda cinta dari kami, jangan dinilai dari jumlahnya ya Bu, tapi lihatnya sebagai kasih sayang dari kami" ujar Bu Manaf sambil menyelipkan amplop di tangan saat bersalaman.

"Masya Allah... Jadi ngerepotin ibu-ibu ini sih. Padahal mah ditengoknya juga sudah bahagia, yang penting doanya Bu" Hanum berusaha menolaknya dengan halus

"Nggak apa-apa Bu, itu rejeki untuk Ibu. Diterima ya, semoga bermanfaat." ujar Bu Hani menengahi keduanya.

"Alhamdulillah.. Jazakumullah khoyron katsiron atas perhatiannya ibu-ibu, semoga Allah mengganti rejekinya dengan berlipat ganda. Aamiin"

"Aamiin.."jawab ibu-ibu serempak.

"Mari Bu, kami pamit ya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh" Ucap Bu Manaf mewakili ibu-ibu yang lain

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh. Terima kasih atas kunjungannya Bu"

Setelah rombongan menjauh, Faras keluar dari kamar dan menutup pintu. Hanum terlihat membuka amplop dan isinya uang warna merah 5 lembar. Hanum mengambil 2 lembar dan menyerahkannya ke Faras

"Bayar pay later kamu yang kemarin, supaya tenang" ujar Hanum

"Mendingan pakai berobat dulu saja Bu, bismillah pasti ada tambahan rejekinya nanti"

Faras berusaha menolak, karena dia lebih mengkhawatirkan kesehatan ibunya.

"Nggak apa-apa pegang dulu. Besok kamu antar Ibu ke Puskesmas, insya Allah di Puskesmas juga cukup bagus" ujar Hanum masih memaksa.

Faras pun menerima uang yang diberikan ibunya, dan memapah sang ibu ke kamar mandi, biar sekalian ambil wudhu.

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Malam selesai sholat Isya, Hanum berusaha tidur cepat. Saat sedang merapikan posisi bantal dan guling, Faisal kembali menunjukkan chat dari pemilik rumah. Hanum menarik nafas panjang dengan rasa jengkel.

"Ayah, memang nggak kasihan lihat Ibu lagi sakit begini masih disuruh mikirin yang kontrakan?" nada suara kesal Hanum terdengar lebih keras

"Ya kasihan sih, tapi kan Ayah juga pusing diteror terus sama Bu Henny kapan transfernya" jawab Faisal tanpa rasa bersalah

"Makanya kerja, cari uang biar bisa bayar kontrakan. Bukan hanya ngeluh. Bayat kontrakan itu tanggung jawab seorang suami,bukan malah dibebankan lagi ke istri. Dulu saja lagi kerja diojok-ojok suruh resign, alasan bakti sama suami. Kakakmu ngatain aku kerja bertahun-tahun tapi perhiasan saja nggak punya. Sakit hati Ibu dengarnya, nggak tahu saja biaya kita nikah dari ibu karena Ayah masih menganggur, mana ada sumbangan dari keluarga Ayah, renovasi rumah juga begitu, beli kendaraan juga gaji ibu yang dipotong tiap bulan. Ingin buka usaha penagihan, gaji ibu lagi yang dipotong. Tapi kan nggak pernah ibu omongin sama keluarga Ayah, saking menghargai Ayah. Terus sekarang Ibu yang sudah nggak kerja, masih juga disuruh nanggung ekonomi keluarga." akhirnya keluar juga unek-unek yang selama ini dipendam Hanum.

Faras yang mendengar teriakan Hanum langsung memeluk dan menangkan sang Ibu. Ingin dia memakai sang Ayah, tapi ingat ini Ayah kandungnya.

Air mata Hanum sudah berderai membasahi wajahnya, dan kepalanya kembali sakit berasa ditusuk-tusuk. Akhirnya Hanum memilih tidur dan memejamkan mata. bibirnya terus beristighfar sambil menekan tombol tasbih digital. Setelah Hanum tertidur, baru lah Faras mengeluarkan kekesalannya pada sang Ayah.

"Jika Ayah masih ingin disebut kepala keluarga lebih baik diam kalau nggak bisa ngasih solusi. Jangan selalu mengintimidasi Ibu dengan hal-hal yang harusnya menjadi tanggung jawab Ayah. Ibu sudah menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu dengan baik" omel Faras sambil menatap sang Ayah.

"Ya sudah kalau kalian tidak menghargai Ayah lagi, Ayah akan diam. Nggak peduli apa yang akan terjadi nanti, Ayah nggak akan ikut campur" ancam Faisal

"Ya sudah kalau memang itu maunya. Berarti pantas disebut kepala rumah tangga yang tidak bertanggung jawab" ujar Faras sambil berjalan kembali ke kamarnya.

Sampai di kamar dia termenung, menarik nafas panjang dan mencoba mencari solusi untuk permasalahan uang kontrakan. Tiba-tiba dia membuka aplikasi belanja dan menekan fitur Spinjam. Ternyata dia punya limit pinjaman Rp 3 juta. Mungkin cukuplah untuk bayar kontrakan 2 bulan ke depan.

"Lebih baik besok dibicarakan sama Ibu saja bagaimana baiknya. Uang yang tadi Ibu berikan akan dibayarkan, jadi cicilannya tetap hanya 1 transaksi" gumam Faras lalu menutup aplikasi belanjanya.

"Sampai kapan akan seperti ini Ya Allah..? Apakah masih ada kesempatan bagi hamba untuk melanjutkan kuliah lagi nantinya? Bagaimana hamba bisa membantu keluarga ini, sedang hingga hari ini belum ada tanda-tanda pekerjaan yang datang." Faras masih merenung sambil berdoa, sampai tidak sadar tertidur di depan komputer yang masih menyala.

Lain lagi dengan Faisal yang terpaksa menggelar kasur lantai di ruang tengah, karena tidak berani masuk kamar. Dia terlihat frustasi dengan semua permasalahan yang datang, namun tidak ada keinginan untuk mencari nafkah. Hanum pernah menyuruhnya untuk menjadi driver ojek online, tinggal perpanjang SIM C nya, tapi dia beralasan pandangan sudah bermasalah dan tidak bisa mengemudi jarak jauh. Disuruh daftar taksi online atau jadi supir pribadi, masih juga banyak alasan yang dikemukakan.

Memang kalau tidak ada dorongan yang kuat dari dirinya, pasti akan selalu banyak alasan untuk menolak. dan itulah yang terjadi dengan Faisal

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!