Bab 5 Hanum Sakit

Kesunyian malam terasa sangat kental, apalagi saat ini menjelang dinihari. Hanum tidak bisa tidur dengan nyenyak, seluruh persediannya terasa ngilu dan badannya terasa lemas. Akhirnya dia mencoba bangun dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Diliriknya jam digital yang terpasang di dinding, terlihat jelas angka 01:40. Berarti sudah masuk waktu sholat tahajud, dan dia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Selesai berwudhu, badannya masih lemas dan terasa panas. Tapi semua itu tidak menyurutkan semangatnya untuk menunaikan qiyamullail. Dia tetap paksakan untuk sholat. Sebelas rokaat terasa panjang karena Hanum memang berlama-lama membaca surahnya, dan dia melakukannya dengan khusyuk. Di akhir sholatnya dia memanjatkan doa yang sangat menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya.

"Ya Allah, ampuni hamba-Mu yang sombong ini, yang telah banyak berbuat dosa baik disengaja ataupun tidak, yang masih tidak bersyukur atas semua nikmat yang Engkau berikan, yang senantiasa mengeluh dalam kesulitan, dan hamba percaya masih banyak dosa-dosa hamba yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Di dalam sujudku ini hamba mohon pengampunan dari-Mu, karena hanya Engkaulah yang Maha Pemberitahuan Ampun dan Yang Maha Mengampuni atas dosa-dosa kami. Ya Allah terima kasih atas kasih sayang-Mu, atas pemberian semua nikmat yang selama ini hamba nikmati. Ya Allah hamba Ridha dengan ujian yang Engkau berikan dan hamba percaya Engkau pasti menolong Hamba untuk melaluinya. Ya Allah, bukakanlah pintu rejeki hamba dari pintu manapun, limpahkan rejeki yang banyak agar hamba bisa menyelesaikan hutang-hutang hamba sebelum ajal menjemput. Jangan Engkau ambil nyawa hamba dalam keadaan berhutang. Limpahi hamba dengan uang yang banyak, agar bisa memberangkatkan guru ngaji haji beribadah rumah-Mu. Panggil nama hamba sekeluarga untuk menjadi tamu di rumah-Mu. Limpahkan keajaiban rejeki sebagaimana dahulu Engkau memberikan rejeki kepada Siti Maryam, berilah kesabaran yang luas sebagaimana kesabaran Nabi Ayub atas penyakitnya dan berilah pertolongan sebagaimana Engkau mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan. Ya Allah, jadikanlah anak hamba anak yang Sholeh, mudahkan proses belajarnya dan mencapai apa yang dicita-citakannya. Limpahkan rejeki padanya dengan cara-Mu Ya Allah, dan hamba percaya Engkau pasti memberikan yang terbaik padanya. Ya Allah hamba bergantung sepenuhnya kepada-Mu, hanya Engkau tempat hamba meminta. Bismillah biidznillah ijabah"

Doa yang dipanjatkan Hanum cukup panjang dan lama, keluar dari hati nurani terdalam sehingga dia sendiri pun sampai menangis terguguk.. Tanpa sepengetahuannya, Faras menyaksikan dan mendengarkan doa yang dipanjatkan sang Ibu, membuatnya sangat tersentuh. Dia cepat-cepat kembali ke kamarnya, duduk termenung memikirkan keadaan keluarga ke depannya.

...🌾🌾🌾🌾🌾🌾...

Selesai sholat subuh, Hanum langsung menggoreng kue jualannya. Hari ini Roti goreng ragout yang dibuatnya sebanyak 60 pcs, terdiri dari 25 pcs ragout original dan 35 pcs ragout pedas. Penjualannya beberapa bulan terakhir ini stagnan di 50-60 pcs, tidak seperti sebelumnya yang bisa mencapai 90 pcs. Dengan harga jual Rp3 ribu, Hanum biasanya mendapat keuntungan Rp80 ribu. meski begitu, Hanum selalu bilang ke Faras bahwa jualan itu tidak selamanya habis, kadang ada tidak lakunya. Dan pernah juga mereka mengalami retur kue sebanyak 30 pcs dari 70 pcs yang dititipkan. Biasanya kalau banyak diretur, Hanum meminta Faras untuk membagikannya ke satpam, tukang parkir atau teman-temannya. Prinsipnya jangan sampai ada yang mubazir.

Baru juga Hanum selesai membereskan peralatan masaknya, Faisal datang menghampiri sambil memperlihatkan chat dari Bu Henny, pemilik kontrakan. Hanum hanya meliriknya sekilas, tanpa berkomentar apapun dia lanjutkan mencuci peralatan yang sudah menumpuk.

"Bu, aku mesti jawab bagaimana ke Bu Henny ini?" tanya Faisal masih tetap berdiri di belakang Hanum

"Kok nanya mesti bagaimana, ya sudah jelas harus dibayar lah sewanya. Memang ada cara lain lagi..?" jawab Hanum datar tanpa menghentikan kegiatannya

"Ayah juga tahu kalau itu..."

"Terus masalahnya apa?" potong Hanum tanpa menunggu perkataan Faisal selesai

"Susah memang ngomong sama kamu, Bu. Belum apa-apa sudah marah saja, dengerin dulu kalau Ayah mau ngomong itu" ujar Faisal dengan kesal

"Ibu sudah tahu yang mau diomongin Ayah. Bu Henny nanyain uang sewanya kenapa belum ditransfer, Ayah harus jawab apa? Itukan yang mau Ayah bicarakan? Sudah beberapa bulan ini kan memang selalu begitu. Terus hasilnya apa? Tetap Ibu kan yang harus mikir cari duit untuk bayarnya"

"Kalau Ayah ada uangnya, sudah pasti Ayah bayarkan tanpa harus ngomong ke Ibu. Karena..."

"Karena Ayah nggak mau kerja, nggak mau berusaha untuk nyari kerjaan, ya pastilah nggak akan punya uang."

"Ayah juga sudah berusaha untuk nyari kerjaan, tapi kan belum dapat.."

"Berusaha yang seperti apa? Cuma nanya-nanya sama teman? Sesekali keluar dari rumah, bukan ngurung di kamar terus seperti pengantin dipingit. Mana ada kerjaan yang nyamperin ke kamar" perkataan Hanum rupanya memancing ego seorang Faisal, karena tanpa menjawab apapun Faisal berbalik masuk kamar dengan membanting pintu.

Hanum hanya meliriknya sekilas, bibirnya tak luput dari istighfar. Selesai dengan pekerjaannya di dapur, Hanum langsung menyiapkan mesin cuci yang sudah berisi rendaman baju kotor. Mungkin karena kondisi tubuhnya yang kurang fit, Hanum merasa badannya melayang saat dibawa melangkah, pandangan tiba-tiba gelap dan berputar. Hanum berusaha untuk bersandar di dinding dan berpegangan pada rak agar tetap bisa berdiri seimbang. Namun tak sampai 5 menit Hanum terjatuh kehilangan kesadaran.

Brak... Brug... Prang...

Rupanya keriuhan itu terdengar oleh Faras yang baru masuk rumah sepulang mengantar kue. Dia berlari menuju ke dapur dan dilihatnya sang Ibu sudah tergeletak di depan mesin cuci. Tampak ember dan panci yang jatuh di sebelahnya. Faras langsung memangku sang Ibu, membawanya ke kamar. Faisal yang masih kesal dengan Hanum hanya menatapnya dengan heran

"Ayah memang nggak dengar kalau Ibu jatuh di dapur?" tanya Faras menatap tajam sang Ayah

"Lah Ayah baru selesai ngobrol sama Ibu, terus masuk kamar. jadi nggak tahu kalau Ibu pingsan" jawab Faisal membela diri.

Faras yang kesal dengan sang Ayah, hanya diam tak merespon balik perkataan Ayahnya, dia fokus dengan sang Ibu. Diambilnya kayu putih yang memang selalu tersedia di kamar Sang Ibu, ditempelkan ke hidung sambil ditepuk-tepuk pipinya.

"Bu... Bu.... Bu... sadar Bu. Ayo Bu sadar..."

Masih belum ada tanda-tanda gerakan dari Hanum. Dipanggilnya lagi sang Ibu, kali ini lebih didekatkan ke telinga memanggilnya.

"Bu ayo sadar... Ibu ayo buka matanya.."

Setelah 10 menit baru terlihat kelopak mata Hanum bergerak-gerak, berusaha untuk membuka matanya. Perlahan mata itu terbuka, dan Hanum replek memegang kepalanya yang terasa berdenyut.

"Kepala Ibu agak benjol, mungkin tadi terbentur rak besi saat pingsan. Apa lagi yang Ibu rasakan..? Tanya Faras sambil mengelus lengan sang ibu.

Hanum menggelengkan kepalanya, tanda tidak ada lagi yang dirasa. Namun bersamaan itu badannya mulai menggigil kedinginan. Faisal langsung memberikan selimut pada Faras, dan menutupi ibunya supaya lebih nyaman.

"Ibu tiduran saja, nggak usah mikirin kerjaan. Makan dulu ya Bu, biar bisa minum obat. Obat demam Faras yang dari Klinik waktu itu masih ada" bujuk Faras lalu keluar untuk menyiapkan makan sang Ibu.

Faisal pun keluar dari kamar, membuatkan istrinya beristirahat. Terbersit rasa sesal dalam hatinya, karena rasa kesal mendengar ucapan Hanum tadi dia langsung memakai earphone. Jadi saat Hanum jatuh dan pingsan dia tidak mendengarnya.

"Nah makan dulu Bu, Faras bawain nasi pakai sayur bayam dan telur balado."

Beruntung tadi sambil menggoreng kue, Hanum nyambi masak untuk sarapan. Karena niatnya ingin mencuci baju pagi-pagi supaya cepat kering. Maklum sudah beberapa hari ini setiap habis Dzuhur mesti turun hujan. Selesai menghabiskan makannya, Hanum minum obat yang sudah disiapkan Faras. Sambil menyenderkan badannya di kepala ranjang, matanya memejam merasakan kepala yang mulai pusing dan hawa panas dari tubuhnya. Bibirnya tampak melapazkan dzikir sambil berdoa di dalam hatinya

"Ya Allah, apabila sakit ini sebagai kasih sayangmu supaya hamba memberikan hak pada tubuh sebagaimana mestinya, hamba sangat bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu. Semoga rasa sakitnya menjadi kebaikan dan keberkahan bagi hamba"

Tanpa disadari Hanum tertidur dengan posisi duduk. Faras yang melihatnya mencoba membetulkan posisi tidur sang Ibu supaya nyaman dan membiarkannya istirahat.

Terpopuler

Comments

Amelia Quil

Amelia Quil

Penulis hebat! Ceritanya bikin ketagihan! ❤️

2025-01-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!