Bab 4 Faras Al Ghiffari

Tengah hari yang cukup terik dimana matahari sedang menampakkan kegarangannya, tak ada seorang pun yang ingin berjalan melalui area terbuka itu. Angin pun tak terlihat bertiup, seolah berpihak dengan garangnya matahari siang ini. Di area parkir motor Kampus 4, beberapa mahasiswa tampak duduk menepi menghindari tatapan matahari, namun tidak dengan seorang pemuda yang berpenampilan kasual. Kemeja polos biru navy dibiarkan tak berkancing melapisi kaos oblong hitam yang pres body. Celana denim warna hitam membalut kedua kakinya yang terlihat lebih panjang. Sorot mata tajamnya memandang sekeliling, tampak mencari seseorang yang ditunggu, sedang ditelinganya menempel handphone yang menunggu panggilan tersambung. Dialah Faras Al Ghiffari, putra semata wayang Hanum dan Faisal.

"Halo, iya gue sudah di parkiran nih" ucap sang pemuda saat panggilannya tersambung.

"...."

"Ya sudah buruan ke sini, jangan lama-lama. Panas banget di sini!" lalu ditutupnya panggilan dan berjalan mencari tempat untuk berteduh.

Sepuluh menit berselang, terlihat dua mahasiswa yang satunya bertubuh kurus kacamata dan yang satunya lagi bertubuh gempal. Mereka sahabat Faras sejak masa orientasi kampus dulu, Ardi yang kurus dan berkacamata, sedang Rizki yang bertubuh gempal. Keduanya berjalan menghampiri Faras sambil menenteng plastik berisi minuman dingin. Diberikannya satu gelas kepada Faras, lalu mereka berjalan menuju motor masing-masing. Tiga motor beriringan keluar dari area parkir kampus, melaju perlahan menuju warteg langganan.

Warteg Bude itulah tujuan makan siang hari ini. Beruntung saat mereka tiba, pengunjung warteg Bude sudah sepi, jadi bisa leluasa menikmati makannya diselingi dengan obrolan singkat.

"Ras, kita jadi berangkat ke Kerinci bulan depan?" tanya Ardi saat selesai makan

"Info dari Dadan sih masih positif. Nih sekarang kami lagi ngecek perlengkapan yang belum ada, supaya bisa disiapkan dari jauh-jauh hari. Kalian jadi ikutan nggak?" tanya Faras menatap keduanya bergantian

"Aku nggak dapat ijin dari Bunda nih. Ayo bantu meyakinkan si Bunda Ras!" pinta Rizki penuh harap.

"Siap nanti kita ngomong bareng-bareng deh" ujar Faras

"Sepertinya semester depan aku ambil cuti kuliah dulu" kata Faras membuat kedua sahabatnya menatap kaget dan penuh tanya.

"Yah kalian tahu sendiri, kalau bokap gue jobless, nyokap gue juga hanya di rumah. Kecuali gue dapat beasiswa full baru bisa tetap lanjut." ujar Faras dengan nada bicara pelan

"Terus rencana Lo selama cuti apa? Sudah ada gambaran belum?" tanya Ardi ikut prihatin

"Terus terang saja belum ada rencana apa-apa. Kalau ada kesempatan untuk bekerja mungkin ambil, coba deh tanya-tanya di Himpunan, siapa tahu bisa tembus" ujar Rizki yang memang aktif di UKM.

"Ok. Nanti malam gue coba cari informasi lengkapnya"

Ada sekitar 30 menit mereka di ngobrol di warteg Bude, dan setelahnya pulang ke rumah masing-masing.

...🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾...

Faras tidak langsung pulang ke rumah, dia berkunjung ke kost-an teman SMA nya yang kebetulan kuliah di kampus yang sama. Di sana ada Dadan yang saat ini sudah masuk semester akhir serta Cakra yang sudah lulus Diploma 3. Faras memang tidak langsung kuliah begitu lulus SMA, karena masih berharap masuk Perguruan Tinggi Negeri. Namun kebijakan lockdown yang berlanjut, menyebabkan dia tidak bisa ikut lagi bimbel atau kursus-kursus untuk persiapan SMPTN. Akhirnya semangat untuk masuk PTN juga menguap begitu saja, sedangkan untuk daftar di PTS sudah ditutup. Dan saat itu memang situasi sang Ayah sedang mencoba ikut tender proyek, sehingga dananya dialokasikan ke biaya tender.

Kost-an terlihat sepi, mungkin karena masih jam tidur siang dan cuacanya cukup panas, jadi tidak terlihat anak-anak kost yang di luar kamar.

"Assalamualaikum.. Anybody home?" Faras mengucapkan salam sambil mengetuk pintu paviliun yang ditempati Dadan dan Cakra.

"Wa'alaykumsalam. Masuk Ras, tanggung nih lagi nyuci akuarium dulu" jawab Dadan tanpa keluar.

"Lah Arwananya mana?"

"Arwananya sakit, banyak jamur di tubuhnya terus pada lecet juga, sepertinya sudah sekarat juga. Ya sudah aku lepas saja di sungai belakang rumah"

"Terus mau ganti ikan apa?"

"Palingan Ikan Cana sama Gufi saja lah. Isi beberapa di akuarium ini biar kelihatan banyak"

Sekarang keduanya rebahan di karpet yang ada di ruang tamu, sambil tangannya fokus dengan handphone masing-masing.

"Sudah fix kau ambil cuti kuliah semester depan?" tanya Dadan

"Jadi. Ambo nggak tega lihat mamak yang kebingungan setiap hari. Lah kemarin ajo dak kate duit buat beli beras, cak mano hendak bayar UKT. Selama Bapak masih nggak kerja, susah lah memenuhi biaya kami." faras menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari handphone.

"Apo Bapak kau itu nggak mau balik Linggau, mroyek di sano lagi?"

"Bukan masalah mau dan tidak, tapi modal untuk proyek nggak ada. Kecuali ada yang modalin, mungkin baru bisa. Tapi kan sekarang sudah ganti pejabatnya juga di sana, pasti beda lagi kebijakannya. Kecuali kita ada kenal orang dalam di pemerintah yang sekarang"

Memang sebelumnya Faisal sekeluarga tinggal di Lubuk Linggau. Karena ada teman yang punya jabatan di pemerintahan, sehingga dia bisa mengikuti tender proyek pemerintah. Karena pergantian Bupati sekaligus pandemi, mulai sulit untuk dapat tender lagi. Itulah yang membuat keluarganya pindah ke Bengkulu, mencoba peruntungan yang baru.

"Iyo nian. Kau cubo cari peluang kerjo disini, ndak apo meski part time yang penting menghasilkan."

"Ya inginnya begitu, tapi tengoklah Cakra yang sudah punya ijazah saja masih susah dapat kerjoan, apalagi ambo yang masih kuliah belum kelar"

"Ya semoga saja ada rejekinya bae, yang penting usaha dan berdoa"

"oh Iyo rencana mendaki ke Kerinci itu jadinya pas awal libur semester saja. Kalau kita tunda lagi, nanti keburu banyak yang mendaki. Kalau terlalu ramai itu nggak asyik lagi perjalanannya."

"Jadi. Kita booking travelnya 3 hari sebelum berangkat saja, langsung tiket PP biar lebih efektif. Cuma si Rizki yang belum pasti ikut apo Idak, belum dapat restu mamak caknyo"

"Kita tunggu bae 1 minggu lagi, kan masih ada jeda 2 minggu menuju pemberangkatan"

Keduanya lalu terdiam, tanpa obrolan lagi. Masing-masing fokus dengan handphone sampai tanpa disadari mereka mulai tenggelam ke alam mimpi. Faras yang memang lelah karena banyak fikiran, nampak gelisah dalam tidurnya. Belum sampai 1 jam tidur, Faras sudah terbangun lagi. Dia melihat jam di handphone, menunjukkan angka 16:15. Dia bergegas ke kamar mandi, mengambil wudhu karena sudah masuk waktu ashar. dia masih punya tugas lain untuk mengambil tempat kue di kantin kampusnya.

Faras memang menyuruh ibunya untuk membuat kue yang akan dititipkan di kantin. Saat mengajukan test food, dari 3 jenis keu hanya 1 yang lolos, karena yang 2 jenis kue lainnya sudah ada yang menitip. Jadi dia setiap jam 7 pagi mengantar kue dan sore hari jam 17:00 mengambil tempat sekaligus menghitung yang tersisa. Uang jajan dan uang bensinnya sebulan ini dicukupi dari penjualan kue itu. Dia berfikir kalau ada lagi yang bisa dititipkan mungkin hasilnya akan lebih banyak lagi. Dia sudah mensurvei jajanan yang hits di kalangan mahasiswa namun yang belum dijual di kantin. Tak lupa dia juga konfirmasi dengan penjaga kantin untuk memastikan hasil temuannya.

Faras sudah menyampaikan idenya pada sang Ibu, tinggal menunggu dibuatkan untuk test food nya terlebih dahulu.

Faras sangat memahami kesulitan sang ibu, sehingga dia tidak pernah mengeluh apapun, apalagi yang berkaitan perkuliahan. Biarlah dia selesaikan sendiri, kecuali memang memerlukan keterlibatan orang tua. Dia sudah menghubungi wali dosennya perihal pengajuan cuti kuliah, dan mencoba mencari jalur-jalur beasiswa jika masih memungkinkan, namun hingga saat ini masih belum ada informasi.

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!