Bab 2 Faisal Rahmadi

Malam terus bergerak semakin sunyi, hanya desiran angin yang menggerakkan dedaunan dan nyanyian kodok yang bersahutan. Jarum jam di dinding sudah bertengger di angka 12:00, namun Faisal masih terjaga dan matanya masih segar menatap langit-langit kamar. Desahan nafas berat sesekali terdengar pertanda beratnya beban yang difikirkan. Hingga satpam yang berkeliling terdengar memukul tiang listrik dua kali, pertanda waktu sudah jam 02:00 dinihari, namun rasa kantuk itu tidak juga menghampiri.

Faisal menoleh ke sebelahnya, tempat biasa sang istri berbaring. Masih kosong,.. Berarti sang istri belum masuk kamar, dan biasanya akan tertidur di ruang sholat. Faisal tidak tahu Hanum sempat pergi ke pantai, karena dia sedang berkunjung ke rumah temannya dan baru kembali saat adzan isya berkumandang. Dia langsung masuk kamar dan sholat isya, dan merebahkan tubuhnya dan tenggelam dalam dunia maya. Seperti itulah memang kegiatannya setiap hari, sampai abai dengan kewajibannya mencari nafkah. Dia segera bangun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri ruang sholat.

"Pasti Hanum tertidur lagi di ruang sholat" ujar Faisal pelan.

sampai di ruang sholat, dia tertegun melihat Hanum masih bermukena lengkap tertidur di atas sajadah. Dengkuran halus terdengar berirama pertanda dia tidur cukup nyenyak. Namun di ujung matanya terlihat berkilau, bekas tetesan air mata yang belum mengering. Faisal menarik nafas panjang perlahan, lalu mendekatinya sambil menepuk tangan Hanum berkali-kali

"Bu, ayo pindah tidurnya ke kamar nanti kedinginan." kata Faisal sambil terus menepuk tangannya.

Namun Hanum tidak memperlihatkan tanda-tanda terbangun. Dia masih asyik bermain di dunia mimpinya. Faisal pun kembali mencoba membangunkan Hanum, hingga tak lama kemudian Hanum terlihat membuka mata perlahan-lahan. Setelah jeda beberapa saat dan kesadarannya berkumpul, dia langsung terbangun dan melipat mukena yang dipakainya lalu membereskan peralatan sholat ke rak. Dia berjalan ke kamar, dan langsung merebahkan tubuh miring ke kanan. Karena dasarnya sudah mengantuk, Hanum langsung tertidur dengan nyenyak, tanpa merespon kehadiran sang suami.

Faisal memilih duduk di ruang tamu sambil menghisap rokok yang belakangan ini mulai kembali dikonsumsi. Perasaannya cukup gamang, antara kebingungan dan putus asa. Perlahan dia memejamkan mata, seolah menyalurkan kegundahannya pada kesunyian malam. Dia cukup tahu kesulitan yang dihadapi sang istri, tapi dia sendiri merasa ragu dan takut untuk melangkah kembali. Dua kali merintis usaha, namun selalu gagal dan berakhir dengan asset yang terjual. Dan kini jangankan untuk kembali merintis usaha baru, untuk makan sehari-hari pun kadang ada, kadang tidak ada.

Faisal sudah tidak memiliki orang tua, hanya ada seorang adik laki-laki dan kakak perempuan yang tinggal di Kota Lampung. Dia sempat menyampaikan keinginannya untuk meminta hak waris yang hingga saat ini belum dibagikan. Niat awalnya dari uang pembagian waris itu dia akan membeli rumah untuk keluarganya. Namun penolakan keras dari kakaknya membuat dia marah dan memutuskan komunikasi dengan semua saudaranya. Keputusannya untuk menguliahkan sang anak di Universitas swasta pun disebut sebagai kesalahan terbesarnya. Karena itulah meski sekarang kondisinya sangat sulit dan terjepit, dia tidak bisa meminta tolong pada kakak ataupun adiknya. Mereka sudah tidak bersedia menolongnya lagi dengan alasan masih memiliki hutang yang cukup besar karena meruginya proyek mereka.

Saat ini Faisal tidak bisa mencari pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik, karena kondisi kesehatannya sudah mulai menurun. Sedangkan untuk yang pekerjaan kantoran juga tidak mungkin mengingat latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini yang lebih banyak di lapangan. Itulah yang menjadi penghambat bagi Faisal untuk mencari pekerjaan.

Faisal sendiri masih belum mengerti apa yang menyebabkan dirinya bisa berhutang sampai 200 jutaan dari 2 proyek terakhirnya. Karena untuk menghidupi keluarganya setiap hari pun nggak sampai 100 ribu, jadi timbul hutang itu masih terasa janggal. Hutang itu sebetulnya uang saudaranya yang ikut memodali proyek, sedangkan bagi hasilnya sudah mereka terima. Tapi waktu tidak bisa diputar ke masa lalu untuk mencari kesalahan sebelumnya, jadi Faisal sudah pasrah untuk menghadapinya. Sebenarnya tawaran untuk mengerjakan proyek-proyek pemerintah itu masih ada, tetapi rasa trauma akan kerugian dan pemeriksaan BPKP mendominasi dalam fikirannya. kalau perkara modal awal, mungkin saja dia bisa bekerjasama dengan investor, tetapi kalau sudah turun petugas BPKP itulah yang membuat sport jantung, banyak fikiran, rasa cemas dan was-was.

Masih terbayang jelas dalam ingatan Faisal saat pemeriksaan pekerjaan proyek pasar rakyat yang senilai Rp 1,2 Milyar. Ada 5 kontraktor yang mengerjakan proyek pasar rakyat yang sama tapi di daerah yang berbeda. Satu bulan setelah serah terima pekerjaan, turun surat dari BPKP yang ingin memeriksa kelayakan pekerjaan tersebut. Begitu diceritakan kepada Hanum, dia langsung mengaji Surah Al Baqarah setiap malam selama 1 bulan penuh. Guru di pengajian Hanum pernah menyampaikan, kalau kita punya hajat atau ingin menghindari dari fitnah atau orang berniat dzalim serta mencari-cari kesalahan kita, bacalah surah Al Baqarah setiap malam. Dan itu dipraktekkan oleh Hanum, ditambah dengan shalat tahajud memohon perlindungan Allah. Faisal ingat jelas doa sang istri di akhir qiyamullail.

"Ya Allah, suami saya sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya sesuai instruksi pemerintah. Tidak ada sedikitpun niat untuk curang ataupun jahat dalam mengerjakannya. Jika memang tujuan dari pemeriksaan BPKP ini hanya untuk mencari-cari kesalahan dan menindas kepada suami hamba, hamba mohon pertolongan-Mu untuk menyelesaikannya dengan cara-Mu. Tetapi jika memang ada kesalahan yang disengaja oleh suami hamba, kami Ridha untuk mengembalikannya. Kami tidak ingin rejeki yang dinikmati keluarga ini tercampur dengan hak orang lain. Engkau yang Maha Tahu atas segala sesuatu dan Engkau juga yang Pemberitahuan Keadilan. Ya Allah lindungilah suami hamba dan keluarga hamba dari orang-orang yang berniat dzalim, yang selalu mencari-cari kesalahan yang tidak jelas. Kami memasrahkan semuanya kepadaMu ya Allah, dan kami percaya dengan ke Maha Besaran-Mu."

Selama 1 bulan penuh Hanum melakukan tilawah surah Al Baqarah dan doa di akhir qiyamullail nya. Dan pada saat keluar surat hasil pemeriksaan dari BPKP, memang hanya proyek Faisal yang tidak memiliki catatan kekurangan apapun, sehingga dinyatakan bersih dan sesuai dengan ketentuan. Qadarullah yang indah, namun Sejak saat itu juga Faisal menjadi bimbang untuk meneruskan kembali pengerjaan proyek pemerintah. Memang semua pekerjaan akan ada konsekunsi yang harus dihadapi, tetapi bukan yang sengaja direkayasa oleh pihak lain, yang berujung pada kerugian.

Secara tidak langsung rasa trauma itu terus membayangi Faisal. Sepupunya menawari untuk kembali mengikuti tender pekerjaan pun sudah tidak dihiraukan lagi. Seakan gairahnya terjun bebas, dan memilih masuk di comport zone, dengan tidak mengerjakan apapun. Inilah keputusan yang fatal dan berakibat pada terpuruknya perekonomian keluarga mereka.

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72 Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
72
Bab 70 Mengumpulkan Puing-puing Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!