Sampai ke warung warung dan rumah rumah penduduk yang bersembunyi akhirnya di temukan juga oleh gadis kesurupan itu.
Teriakan menyayat hati dan tangisan serta suara orang sekarat berteriak terputus putus menjadi penghantar malam dingin itu.
Hujan deras pun turun membasahi tubuh Silya yang masih saja mengejar orang yang masih hidup dan bergerak di kampung pantai patani tersebut.
Hingga pagi hari menjelang barulah gadis itu pingsan di dalam hutan besar sebelah timur kampung yang mengalami kegegeran akibat hampir seluruh penduduk di temukan tewas dan terluka parah dengan berbagai macam kondisi.
Ketika gadis itu kembali siuman, dia merasakan kedinginan dan kelaparan yang sangat hebat. Tubuhnya terasa sangat tersiksa tanpa seorang pun yang menolong nya.
Dengan sisa tenaga, Silya berjalan perlahan menyusuri hutan lebat hingga tiba tiba seekor ular kobra berbisa menghadang dan mematuknya.
Namun gerakan reflek dari gadis itu membuat patukan ular tersebut hanya mengenai sepatunya saja.
Dengan gerakan gesit dia menangkap ular itu dan menekan kepalanya hingga hancur. Ular yang ingin memangsa Silya malah menjadi korban gadis itu.
Dengan bangkai ular kobra besar di tangan nya, gadis tersebut melanjutkan perjalanan sampai dia menjumpai sebuah warung mie di pinggir pemukiman yang baru saja di jumpainya.
Melihatnya hanya menatap ke arah warung itu, ibu pemilik warung melambaikan tangan nya ke arah Silya memanggil gadis itu untuk masuk ke warung.
Bangkai ular di tangan Silya segera di ambilnya dan di olahnya menjadi makanan yang sangat lezat.
Gadis itu pun makan minum disana di temani seorang kakek dan ibu pemilik warung tersebut.
"Habiskan saja makanan mu". Ucap ibu itu melihat pandangan ketakutan dan kekhawatiran dari wajah Silya.
"Aku tak punya uang sedikit pun. Bagaimana bisa makan?" Silya akhirnya membuka suara nya yang merdu setelah sekian lama.
"Sudah, kau tak perlu bayar Nak". Sahut si ibu berwajah lembut itu.
Setelah kenyang mengisi perutnya, gadis yang sangat kelelahan itu di berikan sebuah tempat di warung tersebut untuk tidur dengan layak malam itu.
***~###~***
"Aku pergi dulu. Terimakasih atas kebaikan kalian". Seru Saloka kepada suami istri aneh itu sambil menyodorkan sekeping uang emas kuno.
"Tak perlu membayar. Aku hanya bercanda semalam. Terimakasih sudah singgah disini. Jika kelak kau lewat, mampirlah ke tempat ini. Pintu kami selalu terbuka untuk mu". Seru Ciriak dengan mata berkaca kaca.
Baru saja Saloka ingin melangkah, empat orang pria kasar segera berteriak teriak ke arah wanita dan suaminya itu.
"Cepat serahkan peta itu pada kami. Sebelum kami mengobrak abrik rumah kalian".
"Maaf tuan, siapa kah kalian?" tanya pemuda itu tenang.
"Enyahlah bocah, bukan urusan mu". Seru seorang yang menendang ke arah Saloka.
"Jangan main kasar". Sahut pemuda tampan itu.
"Jangan pukul dia, kami tak tau maksud kalian apa. Biarkan dia pergi. Kau pergilah adik Loka". Seru Ciriak membela.
"Masih banyak omong kalian ya?" Orang paling depan mengarahkan pukulan ke arah tuan Ki yang tampak bingung dan bodoh.
"Duuaak,, aduuh". Teriak seorang diantara empat pengacau itu yang terkena tendangan kilat Saloka.
"Pergilah sebelum aku marah". Seru Saloka sambil tersenyum.
"Kurang ajar". Serempak serangan ke empat orang itu ke arah nya.
Dengan gesit Saloka mengelak dan membagi pukulan kesana sini membuat muka dan kepala mereka benjol membiru.
"Tunggu kalian ya". Ancam ke empat orang itu sambil berlari memegangi kepala dan muka masing masing yang terasa nyeri.
"Kalian ada masalah apa dengan mereka?" Tanya Saloka.
"Sudah lah, kau pergi saja. Aku tak menyangka ternyata kau seorang yang hebat sekali". Seru Tuan Ki sambil bertepuk tangan kegirangan.
"Biar kami yang menghadapi mereka sendiri. Kau cepatlah pergi". Si istri juga menyeru hak serupa.
"Aku tak akan pergi sebelum kalian ceritakan padaku". Ucap Saloka yang berjalan ke teras dan duduk di kursi suami istri itu.
Setelah ketiganya duduk, akhirnya Ciriak menceritakan kisah bertahun tahun yang lalu saat awal mula permasalahan menimpa mereka.
*Flashback On*
Sepasang suami istri itu tampak pergi ke propinsi Assam menjumpai seorang dukun yang terkenal untuk berobat, karena sudah dua tahun menikah belum juga di karuniai anak.
Setelah sampai di desa Mayong, dukun yang mereka jumpai mengatakan bahwa keduanya tidak baik baik saja.
Dukun itu memberikan sebuah peta menuju ke tempat penyimpanan leluhur nya dimana disana terdapat obat tumbuhan sejenis ginseng ajaib yang bisa menyembuhkan segala penyakit.
Pada saat mereka kembali, banyak sekali yang memata matai mereka hingga akhirnya keduanya memutuskan kembali dulu ke tempatnya untuk mencari orang bayaran yang akan mengantar mereka.
Dua bulan kemudian kebetulan mereka berjumpa dengan paman lewat jalur ibu suami Ciriak bernama Indrayana yang mengetuai perkumpulan besar di Nusantara.
Akhirnya keduanya berangkat ke ujung Nusantara dimana tempat itu berada di kawal oleh Indrayan dan puluhan anak buahnya.
Namun setelah mendapatkan barang tersebut, barang itu hilang di curi orang di pelabuhan. Bukan hanya tumbuhan sejenis ginseng itu saja yang mereka dapatkan, namun banyak harta dan benda berharga yang juga mereka kumpulkan selain banyak sekali barang barang peninggalan yang masih terdapat disana.
*Flashback Off*
"Hingga sekarang ini kami belum mendengar kabar dari paman ku itu. Ini salah kami juga" Seru Kisura dengan wajah bodoh.
"Maksud nya bagaimana?" Tanya Saloka tertarik.
"Dukun Dhulaga sudah memberi tahu kami bahwa kami hanya boleh mengambil obat itu saja tanpa menyentuh barang barang lainnya. Tapi paman Indrayana keras kepala sehingga kini kami tak berani kembali ke rumah dukun itu lagi". Jawab Ciriak sedih.
"Lalu siapa mereka tadi?"
"Itu orang orang nya juragan Ma yang juga menginginkan barang itu. Mereka sudah beberapa kali kemari mencari peta, namun makin lama cara mereka semakin kasar dan tadi kau lihat sendiri. Sudahlah. Memang nasib kami saja yang sial". Sahut wanita itu sambil masuk ke dalam.
"Kalau begitu aku permisi dulu". Saloka pamit kepada Tuan Ki yang juga menyusul masuk ke dalam.
Pergilah pria muda itu dari situ dengan berjalan santai. Tujuannya kini tak jadi ke Nusantara dulu karena dia merasa penasaran dengan dukun bernama Dhulaga yang tinggal di desa Mayong propinsi Assam india itu.
***~###~***
Setelah hari agak siang, Silya terbangun. Gadis itu bangun dan mengintip banyak orang yang sedang makan minum diwarung tersebut.
Akhirnya dia kembali duduk di pembaringan yang ada di bagian belakang dapur.
"Kau sudah bangun nak? Sebentar ibu siapkan makanan dulu".
Gadis itu hanya diam sambil tersenyum ramah kepada ibu yang sangat baik tersebut. Sambil menunggu, Silya mendengarkan percakapan para pria yang sedang makan tentang pembantaian yang terjadi di desa sebelumnya.
Mereka semua sedikitpun tak menyangka kalau si pembantai sedang berada di belakang makan minum dengan lahap nya.
Tak lama setelah itu, Silya memberikan sekeping emas kuno pada ibu pemilik warung yang membungkus bekal yang banyak untuk diperjalanan nya yang akan menuju ke india itu.
"Simpan saja emas ini untuk perjalanan mu nak. Ibu ikhlas. Bawa bekal ini dan hati hati di jalan".
"Tak apa buk, saya masih punya beberapa keping yang bisa saya tukarkan di kota nanti. Ibu simpan saja. Meski hanya sekeping, emas ini sangat berharga kata ayah". Seru Silya yang segera berlalu dari tempat itu lewat pintu belakang.
BERSAMBUNG. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments