Sesampai di depan gang, sesuai janjian kemarin, aku menunggu Siti lewat. Ga sampai 5 menit, dari kejauhan aku sudah bisa melihat Siti naik motornya, menepi ke arah aku berdiri. Saat sudah dekat, Siti berhenti, memberiku helm dan menyuruhku segera naik boncengan motor nya, dan kami segera melaju menuju sekolah. Oh yaa, aku lupa dengan helm. Ditengah perjalanan, "Siti maaf yaa, aku belum ada uang untuk beli helm, aku nabung dulu, kalau uangku sudah cukup aku akan beli helm sendiri, jadi kamu ga perlu bawa helm cadangan buatku" kataku sedikit berteriak di boncengan belakang biar Siti kedengaran ditengah berisiknya angin sepanjang perjalanan. "Gampang Yang, pakai aja helm itu, dirumah ga ada yang pakai kok helm itu" balas Siti juga dengan sedikit berteriak. " Terimakasih banyak yaa" jawabku, "iyaaaaa" balas Siti.
Alhamdulillah, hari itu kami sampai disekolah dengan selamat. Untuk pulangnya, aku tidak bisa menumpang lagi dengan Siti karena Siti tiap sepulang sekolah langsung menuju ketempat les nya. Jadi tiap pulang sekolah, aku tetap jalan kaki kerumah. Sebenarnya uang ongkos naik angkot saat berangkat sekolah bisa aku pindah fungsikan untuk naik angkot sepulang sekolah. Tapi karena aku bertekad untuk sekadar menambah bahan bakar untuk motor Siti, atau mentraktir jajanan, dan sebagian untuk kutabung agar bisa segera beli helm sendiri. Jadi untuk pulang sekolah, aku tetap dengan jalan kaki.
Beberapa hari setelahnya, aku sementara tidak melanjutkan belajar mengendarai motor diam-diam di pagi hari, karena di sekolah lagi ada jadwal ujian tengah semester. Jadi waktu sebelum subuh, aku gunakan untuk belajar agar materi mata pelajaran lebih aku kuasai.
Tapi, kebaikan Siti yang tak kupungkiri, beberapa kali memberiku kesempatan untuk mengendarai motornya kesekolah, yaa walau ga selancar Siti, aku cukup bisa mengendarai motor hingga sampai kesekolah dengan selamat. Jadi secara tidak langsung, Siti memberikan kursus mengendarai motor secara gratis kepadaku. Ya Allah, sangat bersyukur dengan kebaikan-kebaikan Siti dan keluarganya.
Ayahku mengetahui kalau aku tiap berangkat sekolah selalu menumpang motor Siti, karena aku memang memberitahu serta meminta ijin ke ayah. Bagaimanapun, ayah harus tahu, karena kalau ada apa-apa, ayah bisa membantuku. Syukurlah ayah mengijinkan dan memberi pesan, "jangan merepotkan, kalau suatu saat Siti tidak bisa memberimu tumpangan, jangan marah atau kecewa, dan jangan mengandalkan tumpangan dari Siti ya..kalau ayah ada rejeki, ayah belikan helm buat kamu" ujar ayah. "Iya Yah, pasti. Aku juga pasti tahu diri kalau aku hanya menumpang. Terimakasih untuk ijinnya ya Yah, aku juga lagi nabung buat beli helm sendiri kok" jawabku. Ayah tersenyum sembari mengelus rambutku. Aku tidak memberitahu ibu, karena aku tahu dan paham kalau ibu ga bakal mengijinkan bahkan akan marah. Bagi ibu, aku akan mempermalukan ibu karena numpang naik motor ke orang lain. Itu akan melukai gengsi ibu. Dan kalau sampai mas Levi dan mbak Diaz tahu, mereka ga akan berhenti mencemooh ku dan melabeli ku sebagai anak yang mempermalukan keluarga. Jadi cukup ayah saja yang mengetahui, dengan ijin dari ayah, aku sudah merasa lebih tenang.
Ayah berpesan, "kalau besok sudah ada helm sendiri, saat sepulang sekolah, jangan lupa helm nya dibawa kekamar dan ditaruh ditempat yang ga gampang terlihat. Saat kamu pulang kan kondisi rumah sepi, saat kamu berangkat bawa tas yang besar yang bisa muat helm hingga ga kelihatan. Doakan ayah ada rejeki berlebih, agar bisa membelikanmu motor walau mungkin motor bekas, jadi saat kamu sudah diijinkan ibu bawa motor, sudah ada helm nya" kata ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments