Otewe jadi orang "biasa"

"Aku harap kamu segera merapikan ruanganmu, Riel," ucap Calinda begitu keputusan meeting sudah dideal kakek mereka dengan raut terpaksanya.

Calinda, gadis yang seusia dengannya menatap angkuh.

Ariella membalas sinis.

"Jangan katakan kamu yang menyebabkan mobilku mengalami gangguan," tuduhnya perlahan, agar kakeknya yang sedang ditemani om Fredo tidak mendengar.

"Ketahuan, ya?" satu senyum sinis juga terhampar di bibirnya.

"Hemm....," dengus Ariella. Sudah dia duga. Mungkin masalah dia harus ditanya tanya petugas hampir setengah jam pun pasti ulah sepupu bejatnya juga.

Hari ini dia ngga mungkin bisa merapikan barang barang yang ada di ruangannya.

Ariella pun menuliskan pesan pada sekretarisnya agar memindahkan barang barangnya ke bekas ruangan Calinda.

Sterilkan dulu ruangan itu, baru pindahkan barang barangku di sana.

"Sekretarisku akan mendesain ulang ruanganmu. Jadi segeralah bawa barang barangmu keluar," tukas Calinda saat Ariella menyimpan ponselnya.

Dia ngga tau siapa yang dikirimi pesan oleh sepupunya.

"Ngga perlu menyuruh. Kata kata itu malah cocok untukmu," sarkas Ariella sambil berlalu meninggalkan wajah yang awalnya merasa menang kini berubah jadi mangkel.

Terburu buru Ariella keluar dari dalam lift. Orang orang yang ada di sana menduga kalo gadis itu akan mengunjungi papanya, tidak menahan langkahnya.

Dia hanya pamit sekadarnya pada kakeknya tadi. Kepada om om dan tante tante juga para sepupu, hanya diberikannya senyum singkat.

Tidak ada yang menahannya, karena hubungan mereka tidak dekat. Mereka hanya bertemu saat kerja atau pada waktu rapat penting begini.

Ariella ngga tau apa yang dia rasakan saat melihat mobilnya masih ada di tempatnya. Posisinya pun ngga berubah.

Lega dan deg degan.

Jangan marah, jangan marah, ya.... pintanya dalam hati.

Hufftt... Ariella menghembuskan nafasnya ketika mendekatkan matanya pada kaca jendela gelap itu untuk memeriksanya. Apakah si Javin itu masih ada atau sudah pergi.

Laki laki itu ternyata tertidur dengan pulas.

Nyaman sekali, decihnya dalam hati.

TOK TOK

Ariella mengetuk pelan jendela mobilnya.

Sean membuka matanya perlahan ketika telinganya menangkap suara ketukan di kaca.

Ooo... Ternyata gadis itu sudah datang.

Sean melirik jamnya.

Hemm.... Satu jam. Lama juga dia tidur.

Jok yang lembut dan mobil yang wangi membuat betah tidurnya. Ditambah rasa capek dan pegal.

Dia pun merapikan rambutnya yang agak panjang dengan tangannya lebih dulu, baru kemudian merapikan pakaiannya.

Untung saja ngga kesingkap, nyengirnya dalam hati.

Dia yakin gadis itu tadi pasti mengintip, karena ada bekas udara yang dihembus di kaca jendela mobil itu.

Setelah yakin cukup rapi, dia segera menurunkan separuh kaca jendela mobil.

"Antarkan aku ke rumah sakit xxxx," ucapnya seperti perintah. Kemudian Ariella membuka pintu belakang mobil dan duduk di sana.

Eiitt....! Ada yang aneh.

Sean tersenyum miring.

Aku dikira supir tembak, ya. Asem...

"Siapa yang nyuruh kamu duduk di belakang?"

"Mulai sekarang, aku hired kamu jadi supir. Terserah minta gaji berapa," sahut Ariella tegas.

"Sekarang antarkan aku ke rumah sakit."

"Kita belum sepakat," sanggah Sean tenang.

Ariella mengangkat sebelah alisnya.

"Kamu menolak?" Dia ngga percaya ada orang yang berani menolak tawaran yang sangat menggiurkan.

Bebas minta gaji berapa!

Padahal hanya supir!

Yang keahliannya hanya nyetir!

Apalagi laki laki ini juga tampak miris. Dia dari bandara tapi ngga membawa apa apa.

Paling engga bawa satu koper kecil, kan? batinnya mulai menduga.

"Aku yakin kamu pasti membutuhkannya. Aku juga yakin kamu ngga memegang kartu identitas karena dompetmu hilang. Sudah sering aku melihat orang orang yang kecopetan di bandara kemudian mereka tidur di emper jalanan, karena mereka menyimpan semua uangnya di dompet atau di koper," analisanya datar dalam satu nafas.

Di emper jalanan? Hampir saja Sean tergelak.

"Oke, kamu pintar sekali menebak. Aku memang kecopetan. Tapi aku masih punya tempat tidur yang nyaman," kilah Sean santai.

Dia makin senang karena gadis ini bisa mendeteksi situasi yang dia alami. Walaupun hanya tiga puluh persen saja.

Ariella mencebikkan bibirnya. Penampilannya memang oke, terlihat dari apa pun yang dia kenakan di tubuhnya. Dari kaos, celana panjang hingga sepatu. Mungkin ko-lornya juga bermerek.

Wajah Ariella merona sejenak saat memikirkan under wear laki laki itu.

Kenapa pikiranku terlalu jauh, umpatnya kesal dalam hati.

"Tiga puluh juta, aku bayar di awal."

"Lima puluh juta," tawar Sean santai.

"Oke."

"Kita beli ponsel dulu,"

"Bisa, nggak, setelah kamu antar aku ke rumah sakit. Aku yakin kamu pasti sudah tau tempat membeli ponsel yang bagus," tukas Ariella ngga mau dibantah. Dia sudah ngga sabar untuk melihat keadaan papanya.

"Oke."

"Ini."

Sean menerima sebuah kartu atm platinum.

"Isinya lebih dari tiga ratus juga. Kamu kupekerjakan setengah tahun."

Sean terkekeh pelan.

Biasanya ngga nyampe sehari bisa dia habiskan isi atm itu

Oke, dia akan melanjutkan peranannya sebagai orang biasa yang harus selalu berhemat.

"Kamu bisa tinggal di rumah ku. Kami punya paviliun. Aku butuh supir yang siaga."

"Oke."

Sean menghidupkan mesin mobil, mengacuhkan ocehan gadis itu.

Seingatnya dia ngga terlalu cerewet terhadap supirnya.

"Ini nomer ponselku. Kamu bisa memberitahukan nomermu nanti padaku."

Sean menerima kartu nama silver itu dengan tangan kirinya, sebelum menaruhnya di samping joknya. Karena tangan kanannya sedang memutar stirnya.

Dia kembali bermanuver dan melaju sangat kencang di atas jalan layang menuju rumah sakit yang sangat terkenal di kota hiu vs buaya ini.

*

*

*

"Mam...."

"SEAN......!"

Sean menjauhkan ponselnya ketika suara maminya terdengar sangat menggelegar, menggetarkan saraf saraf pendengarannya.

"Siapa? Sean?" Terdengar suara daddynya bertanya.

"Iya...." Maminya terdengar menyahuti.

"Kamu dimana? Ini nomer baru?" tanya maminya beruntun. Suaranya bernada khawatir.

"Kenapa baru ngasih kabar?" tanya maminya lagi.

"Maaf, mam. Aku kecopetan," kekeh Sean. Belum tiga jam dia hilang kabar, tapi maminya sudah secemas itu.

"Kecopetan? Kenapa bisa?"

"Hey, tengil! Kenapa kamu ngumpet dari pengawal daddy...." kekeh daddynya menyahuti.

Kemudian terdengar suara ringisan Eriel-daddy Sean.

*Pasti mami sudah mencubit gemas lengan daddy*nya, batin Sean geli.

"Kamu dimana sekarang? Kamu pinjam ponsel siapa? Kenapa kamu ngga langsung ke hotel kita aja?" tanya Edna-maminya Sean beruntun. Nadanya masih terdengar khawatir walau sudah tidak sepanik di awal.

"Maaf, mam," ucap Sean setelah deraian tawanya mereda.

"Ya, ya..... Sekarang kamu dimana?" tanya Edna tambah penasaran. Eriel mendekat, ikut mendengarkan.

"Mam, dad..... Boleh nggak aku ke perusahaan kita bulan depan aja? Atau hemmm... enam bulan lagi?" tanya Sean.

Hening.

Edna dan Eriel saling pandang.

"Kamu mau ngapain?" tanya Eriel mulai curiga.

"Mau aneh aneh, ya?" sambungnya lagi.

Sean terkekeh.

Firasat daddynya tajam sekali.

"Sean... Jangan aneh aneh kayak daddy," semprot Edna kesal. Terdengar suara kekehan Eriel.

"Ngga aneh aneh, kok, mam," kilah Sean santai.

"Trus kamu mau ngapain?" desak Edna ngga sabar.

Sean tertawa lagi karena membayangkan reaksi orang tuanya jika dia mengungkapkan keinginannya.

"Aku bekerja di tempat lain, mam."

"Kerja dimana? Jadi apa?" Terdengar helaan nafas berat maminya.

"Sean sayang.... katakan cepat. Jantung mami mau copot, nih. Mami ngga mau kamu kenapa kenapa...."

"Tenanglah, Sean sudah besar. Dia pasti tau apa yang dia lakukan," terdengar suara Eriel lembut berusaha menenangkan hati Edna.

"Mam.... Aku mau seperti Aaron," ucapnya akhirnya.

"Maksudnya?"

"Hemm.... Aku ketemu calon mantu mami di sini," kekeh Sean dengan jantung berdebar aneh. Rasanya berbeda saat dia mengaku pada mami dan daddynya.

Hatinya belum terlalu yakin, hanya saja mungkin dengan alasan ini dia bisa merasakan sedikit kebebasan dari masalah perjodohan.

Sunyi lagi.

Beberapa saat kemudian terdengar ledakan tawa kedua orang tuanya.

Apalagi maminya terdengar sangat senang.

"Kamu serius?" Edna ngga bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

"Serius, mam."

Terpopuler

Comments

Deandra Putri

Deandra Putri

lahh.. calon mantu??? baru aja kenalan Sean !!!🤣🤣🤣 Wahh... udah di claim aja

2025-01-16

1

Rahmawati

Rahmawati

kl utk ngejar calon mantu mami Edna pasti mendukung

2025-01-16

1

Sri Siyamsih

Sri Siyamsih

critanya sean terinspirasi dr Aeron to.

2025-02-17

1

lihat semua
Episodes
1 Belum totalitas
2 Ditinggal tidur
3 Masih berdebat panas
4 Otewe jadi orang "biasa"
5 Terlambat
6 Mengambil lagi kekuasaan
7 Jangan nakal Sean
8 Mulai tau sedikit
9 Sudah diantisipasi
10 Diinterogasi
11 Mengantar nona muda
12 Bukan supir biasa
13 Cowo matre
14 Perhatian Sean
15 Mulai akrab
16 Aksi 007
17 Gagal lagi
18 Keberangkatan papa Ariella
19 Yang Terlupakan
20 Tentang surat izin mengemudi
21 Rencana Idrus dan Maglena
22 Kejutan
23 Kejutan yang belum berakhir
24 Turun gunung
25 Panas
26 Rawonnya enak
27 Nyebelin banget
28 Kencan?
29 Kencan? part 2
30 Kencan? part tiga
31 Masih kencan
32 Akhir kencan
33 Larangan
34 Penyerangan
35 Penyerangan part 2
36 Belum berakhir
37 Di detik detik terakhir
38 Masih khawatir
39 Rencana membalas Eleanor
40 Putaran dendam masa lalu
41 Memberi Kabar
42 Yang dilakukan Fazza dan Eriel
43 Rencana jahat
44 Eksekusi
45 Ancaman di penjara
46 Masih di kantor polisi
47 Shock
48 Udah masuk kerja lagi
49 Ngga tenang
50 Tuan muda?
51 Menemui calon mantu
52 Masih bersama calon mantu
53 Will say good bye
54 Target baru
55 Fakta tentang Javin
56 Merajuk?
57 Curhat
58 Berbaikan?
59 Yang tidak bisa dimiliki
60 Mengaku
61 Beban masa lalu
62 Otewe pernikahan Sean
63 Mendapat restu
64 Pengumuman Cerita Baru
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Belum totalitas
2
Ditinggal tidur
3
Masih berdebat panas
4
Otewe jadi orang "biasa"
5
Terlambat
6
Mengambil lagi kekuasaan
7
Jangan nakal Sean
8
Mulai tau sedikit
9
Sudah diantisipasi
10
Diinterogasi
11
Mengantar nona muda
12
Bukan supir biasa
13
Cowo matre
14
Perhatian Sean
15
Mulai akrab
16
Aksi 007
17
Gagal lagi
18
Keberangkatan papa Ariella
19
Yang Terlupakan
20
Tentang surat izin mengemudi
21
Rencana Idrus dan Maglena
22
Kejutan
23
Kejutan yang belum berakhir
24
Turun gunung
25
Panas
26
Rawonnya enak
27
Nyebelin banget
28
Kencan?
29
Kencan? part 2
30
Kencan? part tiga
31
Masih kencan
32
Akhir kencan
33
Larangan
34
Penyerangan
35
Penyerangan part 2
36
Belum berakhir
37
Di detik detik terakhir
38
Masih khawatir
39
Rencana membalas Eleanor
40
Putaran dendam masa lalu
41
Memberi Kabar
42
Yang dilakukan Fazza dan Eriel
43
Rencana jahat
44
Eksekusi
45
Ancaman di penjara
46
Masih di kantor polisi
47
Shock
48
Udah masuk kerja lagi
49
Ngga tenang
50
Tuan muda?
51
Menemui calon mantu
52
Masih bersama calon mantu
53
Will say good bye
54
Target baru
55
Fakta tentang Javin
56
Merajuk?
57
Curhat
58
Berbaikan?
59
Yang tidak bisa dimiliki
60
Mengaku
61
Beban masa lalu
62
Otewe pernikahan Sean
63
Mendapat restu
64
Pengumuman Cerita Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!