Ditinggal tidur

"Aku harus cepat cepat. Nanti katakan saja tarifnya berapa," ucap Ariella sambil keluar dan tanpa menunggu jawaban Sean dia setengah berlari meninggalkan pintu mobilnya yang masih dibiarkan terbuka.

"Gadis ceroboh," nyengir Sean sambil menarik pintu itu hingga tertutup

Sean kemudian memundurkan kursi dan sandarannya.

"Boleh juga tidur sebentar," ucapnya pelan. Pegal kakinya masih cukup terasa. Untung mobil mewah ini bisa membuat dia nyaman dengan bisa menselonjorkan kedua kakinya.

Sandaran jok mobil yang sudah tiga puluh derajat miringnya membuatnya ngga lama kemudian tertidur nyenyak. Tentu saja jendela mobilnya sudah dibuka sedikit untuk pertukaran oksigennya.

Sementara itu Ariella terus melarikan kaki kakinya mendekati lift. Sapaan stafnya tidak dia hiraukan.

Sesampainya di dalam lift, Ariella baru mengatur nafasnya.

Sebentar lagi. Sebentar lagi dia akan menghadapi orang orang serakah yang ngga tau diri.

"Nona....!" Beberapa pengawalnya menyambutnya ketika pintu lift sudah terbuka dan langsung berjalan mengiringi langkahnya.

Pengawal yang sedang berjaga di depan pintu ruangan meeting mengangguk hormat.

"Nona....." Mereka pun membukakan pintu ruangan meeting untuknya.

Semua orang di sana menatapnya dengan ragam tatapan yang berbeda.

"Ariel," seru seorang laki laki yang mendekati setengah abad usianya terkejut bercampur senang.

Cucunya yang dia harapkan kedatangannya akhirnya muncul juga.

"Kenapa dia bisa di sini?" bisik seorang wanita angkuh empat puluhan pada anak gadisnya yang kira kira usianya ngga jauh beda dengan Ariella.

Gadis yang dia tanyakan tidak menjawab, tapi melihat pada pengawal yang berada ngga jauh darinya

Pengawalnya tampak menunjukkan wajah bersalahnya. Tindakannya yang merusak mobil sepupu nonanya gagal total.

Harusnya dia memotong saja kabel remnya, gumamnya dilanda rasa takut membayangkan hukuman yang akan diterimanya nanti.

Tapi karena merasa ngga tega terhadap sepupu nonanya yang mungkin akan mengalami kecelakaan, dia hanya melonggarkan saja kabel kabel di mobil itu, terutama pengapiannya hingga mobil ngga bisa dijalankan.

Dia dan teman temannya tadi juga sudah membuat nonanya harus mendapat banyak pertanyaan di ruang imigrasi akibat obat tidur yang berhasil temannya masukkan ke dalam tas sepupu nonanya.

Perintahnya jelas agar sepupu nonanya tidak bisa menghadiri rapat penting ini.

Tapi ternyata mereka gagal. Padahal sudah dilakukan dengan sangat teliti dan cermat.

Sialan, sialan! makinya berulang kali dalan hatinya.

Melihat wajah nona dan nyonya besarnya yang tampak sangat marah, dia sudah tau beratnya hukuman yang akan mereka terima nanti.

"Kenapa terlambat sekali?" tanya kakeknya sambil memegang lengannya lembut.

"Hari ini banyak sekali masalahnya, kek," ucapnya penuh arti.

Tante tante dan om om nya beserta para sepupunya memasang wajah B aja.

"Syukurlah kamu datang, Ariel," sapa tante Maglena dengan menyunggingkan sedikit senyuman.

Ariella hanya membalas dengan sama sedikitnya bibirnya yang berkedut.

Dia ngga tau sekarang, tante dan om mana yang tulus dengannya saat ini.

Keadaan sudah berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalan hitungan jam.

"Sudah ke rumah sakit?" tanya Om Fredo, adik bungsu papanya.

"Belum, om," sahut Ariella sambil menggelengkan kepalanya.

"Bisa kita mulai rapatmya?" sergah Om Idrus, adik papanya yang nomer dua. Papanya adalah anak pertama. Omnya yang paling ambisius.

Tante Maglena adalah satu satunya perempuan yang merupakan adik papanya yang nomer tiga.

Yang nomer empat adalah om Yusra.

Selain itu adalah para istri dan suami juga beberapa sepupunya yang hadir.

Kakeknya Luthfi Muhsin segera membimbingnya menuju kursi tertinggi yang selama ini ditempati papanya membuatnya tercekat. Sama sekali ngga menduganya. Juga menginginkannya.

"Papa tidak bisa begitu. Harusnya aku yang menggantikan mas Ghosam," protes Om Idrus yang merupakan putra kedua papanya, menghentikan langkah keduanya.

"Ariella mewarisi semua saham papanya. Ditambah papa, dia memiliki saham tertinggi " kilah kakeknya tegas.

"Tidak akan terjadi jika kami semua bersatu, papa," ucap tante Maglena cepat dan mengubah suasana menjadi dingin mencekam.

Lutfi Muhsin tetap menggenggam lengan cucu kesayangannya.

Dia menatap wajah putra putra dan putrinya dengan tatapan tajam.

"Jadi kalian sudah sepakat menggantikan Idrus dengan Ghosam?" bentak Luthfi Muhsin dengan suara keras dan bergetar hebat.

"Papa harus bisa lebih mempercayaiku," ucap Om Idrus lantang.

"Kami sudah menduga kalo papa akan menggantikan kedudukan mas Ghosam dengan Ariel. Ariel belum matang, perusahaan bisa hancur kalo berada di tangannya sekarang," sambung Tante Maglena panjang lebar

Ariella menatap para om dan tantenya ngga percaya. Ngga menyangka om dan tantenya bisa berucap yang menyakitkan hatinya.

Papanya baru beberapa jam yang lalu masuk ICU, tapi mereka sudah bekerja sama untuk menggantikannya.

Padahal papanya selalu adil membagikan laba perusahaan.

"Papa harus adil dengan cucu cucu papa yang lainnya juga. Bagaimana perasaan mereka jika tau Ariella yang malah melewati orang tua mereka dan menjadi bos " ucap Om Idrus lagi.

"Ariel, kamu jangan salah paham. Kami hanya ngga mau perusahaan sebesar ini malah hancur lebur di tangan kamu karema kurangnya pengalaman dan keahlian kamu," tukas tante Maglena, lagi lagi panjang lebar menjelaskan asumsi dan dugaannya.

Kata katanya begitu tajam menghunjam hati lembut Ariella.

"Hanya sementara sampai papamu sadar dan sembuh, Ariel," tambah Om Yusra berusaha mendinginkan suasana.

"Ya, saat papamu sembuh kita akan langsung rapat untuk menentukan pemimpin selanjutnya," sanggah tante Maglena lagi.

BRUK!

"KAKEK!"

"PAPA!"

Luthi Muhsin menahan sakit di dadanya ketika kedua tangannya dihempaskan dengan kasar di atas meja.

"Kalian.... Mengapa.... tidak ada empati .... sedikitpun?" ucapnya dengan nafas terengah.

Suasana mendadak hening.

Ariella menahan punggung kakeknya bersama Nikko, putra Om Fredo.

"Ini hanya sementara, papa. Perusahaan harus tetap berjalan, selama Mas Ghosam sakit," ucap Om Idrus memecah kesunyian.

"Ariel, kamu ngga keberatan, kan?" tanya Om Yusra pelan. Dia terpaksa ikut dalam keributan ini.

"Kamu bisa konsen mengurus papa kamu. Perusahaan biarkan saja om Idrus yang mengurusnya," sambung Om Fredo lagi. Dia ingin perdebatan ini cepat berakhir.

Jauh jauh dipanggil pulang hanya untuk terlibat dalam kekisruhan begini, batinnya mengomel.

"Masa kamu ngga percaya dengan Om Idrus yang pengalamannya sama banyaknya dengan papa kamu, Riel," sarkas tante Maglena menyentak hati kecil Ariel.

Dia terpaku. Selama ini dia memang membantu papanya atas permintaan papa dan kakeknya.

Sepupu sepupunya yang lain juga begitu.

Di dalam kepalanya ngga ada sedikitpun keinginan untuk menguasai perusahaan setelah papanya pensiun.

Tapi bisakah mereka memintanya baik baik?

Tidak di saat papanya sedang koma di ICU begini? berontaknya dalam hati.

"Perusahaan saingan kita sedang melebarkan sayapnya di sini. Kita harus bisa dengan cepat mengatur strategi agar ngga kalah dalam setiap tender melawannya. Kabarnya cucunya sendiri yang langsung diturunkan di sini. Ariel belum pengalaman tapi cucu Pak Rakha sudah ngga diragukan lagi otak dan kinerjanya. Apalagi kalo teman temannya membantunya. Kita bisa hancur, papa," tukas Om Idrus panjang lebar.

Opa Lutfi Muhsin ngga menjawab. Tangannya masih mengepal kuat dengan tubuh bergetar menahan kekesalan.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

yah ternyata Sean datang untuk menjadi saingan bisnis keluarga Aril... gimana dong ... apakah cinta akan mengalahkan segalanya.... penasaran banget lika-liku kisah cinta Sean....

2025-01-15

2

Sleepyhead

Sleepyhead

Ketika Mandat Akhirny jatuh ditangan Om Idrus, Seketika Aril bersekutu dengan Sean untuk menggulingkan perusahaan yang dulu dipercaya Dan dikelola oleh Papah Aril.

2025-01-15

1

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

ya ampuuuunnnn.... trnyata kluarganya pada toxic semua ya ariela....

2025-01-15

2

lihat semua
Episodes
1 Belum totalitas
2 Ditinggal tidur
3 Masih berdebat panas
4 Otewe jadi orang "biasa"
5 Terlambat
6 Mengambil lagi kekuasaan
7 Jangan nakal Sean
8 Mulai tau sedikit
9 Sudah diantisipasi
10 Diinterogasi
11 Mengantar nona muda
12 Bukan supir biasa
13 Cowo matre
14 Perhatian Sean
15 Mulai akrab
16 Aksi 007
17 Gagal lagi
18 Keberangkatan papa Ariella
19 Yang Terlupakan
20 Tentang surat izin mengemudi
21 Rencana Idrus dan Maglena
22 Kejutan
23 Kejutan yang belum berakhir
24 Turun gunung
25 Panas
26 Rawonnya enak
27 Nyebelin banget
28 Kencan?
29 Kencan? part 2
30 Kencan? part tiga
31 Masih kencan
32 Akhir kencan
33 Larangan
34 Penyerangan
35 Penyerangan part 2
36 Belum berakhir
37 Di detik detik terakhir
38 Masih khawatir
39 Rencana membalas Eleanor
40 Putaran dendam masa lalu
41 Memberi Kabar
42 Yang dilakukan Fazza dan Eriel
43 Rencana jahat
44 Eksekusi
45 Ancaman di penjara
46 Masih di kantor polisi
47 Shock
48 Udah masuk kerja lagi
49 Ngga tenang
50 Tuan muda?
51 Menemui calon mantu
52 Masih bersama calon mantu
53 Will say good bye
54 Target baru
55 Fakta tentang Javin
56 Merajuk?
57 Curhat
58 Berbaikan?
59 Yang tidak bisa dimiliki
60 Mengaku
61 Beban masa lalu
62 Otewe pernikahan Sean
63 Mendapat restu
64 Pengumuman Cerita Baru
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Belum totalitas
2
Ditinggal tidur
3
Masih berdebat panas
4
Otewe jadi orang "biasa"
5
Terlambat
6
Mengambil lagi kekuasaan
7
Jangan nakal Sean
8
Mulai tau sedikit
9
Sudah diantisipasi
10
Diinterogasi
11
Mengantar nona muda
12
Bukan supir biasa
13
Cowo matre
14
Perhatian Sean
15
Mulai akrab
16
Aksi 007
17
Gagal lagi
18
Keberangkatan papa Ariella
19
Yang Terlupakan
20
Tentang surat izin mengemudi
21
Rencana Idrus dan Maglena
22
Kejutan
23
Kejutan yang belum berakhir
24
Turun gunung
25
Panas
26
Rawonnya enak
27
Nyebelin banget
28
Kencan?
29
Kencan? part 2
30
Kencan? part tiga
31
Masih kencan
32
Akhir kencan
33
Larangan
34
Penyerangan
35
Penyerangan part 2
36
Belum berakhir
37
Di detik detik terakhir
38
Masih khawatir
39
Rencana membalas Eleanor
40
Putaran dendam masa lalu
41
Memberi Kabar
42
Yang dilakukan Fazza dan Eriel
43
Rencana jahat
44
Eksekusi
45
Ancaman di penjara
46
Masih di kantor polisi
47
Shock
48
Udah masuk kerja lagi
49
Ngga tenang
50
Tuan muda?
51
Menemui calon mantu
52
Masih bersama calon mantu
53
Will say good bye
54
Target baru
55
Fakta tentang Javin
56
Merajuk?
57
Curhat
58
Berbaikan?
59
Yang tidak bisa dimiliki
60
Mengaku
61
Beban masa lalu
62
Otewe pernikahan Sean
63
Mendapat restu
64
Pengumuman Cerita Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!